Pemuatan pesawat nir awak ke atas kapal induk |
Kapal Induk Pesawat Nir Awak, Kapan Kita Punya ?
Pesawat nir awak / drone / UAV (ilustrasi). |
Penggunaan drone oleh AS untuk menyerang Pakistan, Afganistan, dan Irak sudah pasti akan diikuti oleh negara-negara lain, sejauh belum ada aturan internasional yang melarang penggunaan robot untuk membunuh manusia. Sebuah aturan, seharusnya berlaku untuk semua negara tanpa kecuali. Jika pelarangan penggunaan senjata berhulu ledak nuklir berlaku untuk Iran dan Korea Utara, maka seharusnya pula berlaku untuk AS dan Israel.
Maka, sebagaimana kapal induk untuk pesawat tempur(carrier-based aircaft) seperti yang selama ini ada, kapal induk pesawat nir awak (carrier-based drone) pun cepat atau lambat akan tercipta. Ini sebuah keniscayaan, apa yang diperbuat oleh negara-negara maju akan juga dilakukan oleh negara-negara berkembang. Karena AS telah membuat bom nuklir, maka Rusia dan China pun telah berbuat serupa. Jika China dan Pakistan melakukan hal yang sama, maka Korea Utara dan Iran juga merasa perlu untuk melakukan perimbangan kekuatan, menghadapi ancaman AS dan NATO.
Jika terus begitu, maka dunia ini akan terjebak pada perlombaan senjata nuklir, senjata paling mengerikan di dunia. Sejauh ini, ASEAN, masih bebas dari senjata nuklir dan di bawah kepemimpinan Indonesia, ASEAN telah, sedang, dan masih akan terus membangun sikap saling percaya satu sama lain dan tidak akan menjadikan kawasan ini menjadi ajang perlombaan senjata nuklir. Itulah sebabnya, Indonesia sejauh ini tidak tertarik pada pengembangan senjata mematikan massal itu demi menjaga kedamaian kawasan.
Kapal Induk untuk basis pesawat-tempur-tak-berawak akan berkeliaran di segala penjuru lautan, memelototi negara-negara mana saja yang berpotensi mengancam Sang Paranoid, melepaskan kelelawar predator bernama drone/UAV untuk membunuhi manusia demi manusia.
China akan menggeser kekuatan AS dan NATO bersama dengan Rusia dan India. Plus Brazil. Ini prediksi yang cukup realistis, mengingat ekonomi China tumbuh di atas 10 % selama 15 tahun terakhir, India 7,3 % per tahun, dan Indonesia 6,3% per tahun, Rusia tumbnuh 3 % per tahun.
Jika dua puluh tahun ke depan tetap konsisten seperti itu, maka Asia akan beralih menjadi penguasa panggung dunia. Kekuatan ekonomi akan dibarengi dengan kekuatan militer dan ini akan mengubah pola interaksi antar kawasan satu sama lain.
Angkatan Laut AS bahkan telah merencanakan akan memilih salah satu dari kapal induk yang ada untuk basis pesawat tempur nir awak, sekalipun bujet anggaran pertahanan mengalami pemotongan yang signifikan. Sampai hari ini, mereka masih yang terkuat dan terdepan. Berikut ini kutipan dariDefentech.org :
The Navy plans to spend $2.31 billion through fiscal 2017 to research and develop the carrier-based drone program, according to a report last month from the Government Accountability office, the investigative arm of Congress.
“New programs typically face some uncertainties,” Robert Ruszkowski, an engineer and business development manager at Lockheed, said in an e-mail. The company sees the aircraft providing levels of intelligence, surveillance and reconnaissance “that are likely to remain in demand and relevant.”
Teknologi kita memungkinkan untuk itu. PT PAL telah mampu membuat kapal induk untuk pesawat helikopter dalam arti sesungguhnya, dan UAV helikopter yang telah digunakan untuk beberapa operasi, namun belum terpikirkan untuk menyatukannnya dalam satu kesatuan.
Jadi kebutuhan kapal induk untuk pesawat tempur dengan awak adalah hal yang paling mungkin diwujudkan saat ini jika memang perlu, dan teknologi kita cepat atau lambat akan mengarah ke sana karena kita adalah negara kepulauan.
Setelah Menteri BUMN memerintahkan PT PAL agar lebih fokus pada pembuatan kapal militer karena kepastian revenue yang dihasilkan ketimbang kapal penumpang, tentu industri galangan kapal kita akan menjadi lebih terarah dan optimal. Buktinya, dalam beberapa bulan saja kita sudah mampu mewujudkan kapal militer untuk kelas Sigma.
![]() |
Konsep Kapal Induk Helikopter buatan PT PAL-Surabaya, Indonesia. Kapal ini sedang dibuat oleh bangsa kita untuk memenuhi pesanan TNI AL menyusul pendahulunya, KRI Banjarmasin 592 dan KRI Banda Aceh 593. |
Ini tergantung keuangan, seberapa besar pertumbuhan ekonomi kita ke depan, bisakah dijaga di atas 6 % per tahuan atau lebih cepat lagi ? Jika sistem pemerintahan kita semakin efektif dan efisien dengan demokrasi yang lebih konstruktif ketimbang destrkutif, maka kita akan menjelma menjadi negara maju dalam waktu sangat cepat.
Jadi saya kira, meski AS dan Eropa Barat masih yang terdepan dalam hal penguasaan teknologi sekarang ini, namun melihat potensi percepatan negara-negara berkembang bisa ratusan kali lipat lebih besar dari awal mereka bangkit, maka sudah sepantasnya mereka (AS dan NATO) masih tetap was-was terhadap gerak langkah BIRCS untuk menyusul kemajuan yang mereka raih.
Yang terkuat pun juga tidak bisa tenang sekarang. Begitu Rusia, China, atau India mampu mengirimkan pesawat luar angkasa atau robot ke Bulan atau bahkan ke planet lain di luar angkasa, maka saat itulah penguasaan teknologi militer berbasis satelit dengan pencitraan tinggi dimulai.
Kemampuan penguasaan teknologi luar angkasa akan memberi pengaruh sangat signifikan terhadap penguasaan teknologi militer, karena begitu BRICS mampu mengirimkan dan mengendalikan robot-robot eksplorasi ke planet Mars sebagaimana Curiosity, maka saat itulah negara lain pun (diluar AS dan NATO) mampu menerbangkan drone-drone pembawa rudal yang dikendalikan dari jarak jauh menggunakan satelit yang mengorbit ribuan kilometer jauhnya dari permukaan bumi.
Sebagaimana Curiosity, drone bekerja dengan prinsip yang sama. Sebagaimana BRICS tengah berlari ke arah lintasan menuju satu titik di mana robot jarak jauh di planet lain mampu dikendalikan, maka cepat atau lambat, Indonesia pun akan ke arah sana. LAPAN, PT DI, LEN, PT INTI, PT PAL, BPPT, BATAN, Krakatau Steel, Inalum, PT INKA, dan lain-lain industri di bawah naungan Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) akan bersinergi bersama menuju satu tujuan, yakni pembangunan teknologi tingkat tinggi hingga Indonesia menjelma menjadi raksasa baru kawasan.
No comments:
Post a Comment