News in Picture

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Friday, April 19, 2013

Iran Sukses Uji Coba Tiga Rudal Terbaru





Wakil Komandan Pasukan Angkatan Darat Republik Islam Iran, Kiumars Heidari mengatakan, Tehran telah berhasil menguji tembak tiga rudal terbaru.

"Ketiga jenis rudal itu diproduksi oleh industri pertahanan Iran, dan Angkatan Darat telah sukses menguji tembak selama latihan baru-baru ini," kata Heidari dalam wawancaranya dengan Fars News, Sabtu (13/4) ketika menyinggung prestasi terbaru Iran di hari Ulang Tahun Angkatan Bersenjata yang jatuh pada tanggal 29 Farvardin bertepatan dengan tanggal 18 April.

Heidari tanpa menyinggung nama dan keistimewaan tiga rudal itu menandaskan, ketiga rudal baru itu adalah rudal permukaan ke permukaandan berbeda dengan rudal jarak dekat Naziat 10 dan rudal jarak jauh Fajr yang telah ditembakkan dalam latihan sebelumnya.

Lebih lanjut pejabat senior militer Iran itu menuturkan, Pasukan AD Iran juga berencana menampilkan kendaraan lapis baja terbaru pengangkut personel militer di Hari Angkatan Bersenjata.


Ketika menyinggung ancaman musuh bahwa untuk menghadapi Iran opsi militer ada di atas meja, Heidari mengatakan, pilihan pertahanan kami juga di atas meja dan Tehran akan memberikan respon menghancurkan terhadapsetiap petualangan musuh.

Unit-unit peluncur rudal AD Iran akan dikerahkan untuk menggelar manuver rudal selama sehari pada hari Kamis di Iran tengah.


Latihan itu bertujuan mempertahankan kesiapan dan meningkatkan kemampuan defensif unit-unit tersebut terhadap setiap ancaman musuh.

Selama beberapa tahun terakhir, Tehran telah mengadakan berbagai manuver militer untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan menguji taktik dan peralatan militer modern.

Iran berulang kali meyakinkan negara-negara lain, khususnya negara tetangga, bahwa kekuatan militernya tidak menimbulkan ancaman bagi negara-negara lain, kerena doktrin pertahanan didasarkan pada pencegahan.
»»  READMORE...

Lockheed Martin Unveils Concept Design for a Carrier-Based Drone (UCLASS)



A forward view of the UCLASS concept design by Lockheed Martin's Skunk Works.
A forward view of the UCLASS concept design by Lockheed Martin’s Skunk Works.
A side view of the concept design by Lockheed Martin's Skunk Works. Image: Lockheed Martin
A side view of the concept design by Lockheed Martin’s Skunk Works. Image: Lockheed Martin
Lockheed Martin unveiled today the concept design of the company’s Unmanned Carrier Launched Airborne Surveillance and Strike (UCLASS) air vehicle, that integrates technologies from F-35C, RQ-170 and other systems to provide persistent ISR and light strike capabilities. The company said its UCLASS design will balance endurance, early operational capability, and inherent growth that will enable operations in any environment or threat scenario. The US Navy foresee the UCLASS type drones assume operational roles in full-spectrum operations – supporting operations from asymmetric warfare and counter terrorism to carrier-based ISR and strike missions.
The company said the new vehicle being developed by its Skunks Works operation will integrate proven technologies leveraging manned and unmanned operational systems providing the carrier air group persistent 24/7 Intelligence, Surveillance and Reconnaissance support for full spectrum operations. Lockheed Martin is planning to equip the new unmanned aircraft with high level of autonomy, enabling a single operator to control and operate multiple drones.
This lower side view clearly shows the payload bay with the low-observable aperture covering the EO/IR sensors.
This lower side view clearly shows the payload bay with the low-observable aperture covering the EO/IR sensors.
Skunk Works is designing the stealthy drone to feature advanced signature control, featuring cutting edge multi-spectral stealth, communications and bandwidth management, to defeat detection and enable operations in access denied environment. According to Lockheed Martin, the new drone will leverage open system architecture to achieve rapid integration and system upgrading, maximize the reuse of hardware, software, payloads, comms and subsystems  and reduce manpower demands.
Among the stealth elements visible in these concept drawings are the engine exhaust tailpipe, recessed and blended into the trailing edge to improve thermal emission and radar reflection – a design already used to a limited extent in the RQ-170. A serrated panel seen on both sides of the fuselage could be an auxiliary air intake, augmenting power for carrier catapult launch and full-power landing approach. The main payload bay combines a low-profile installation similar to that of the F-35, employing an EO/IR and Infra-Red Search and Track (IRST) sensors positioned behind specially coated aperture that masks the payloads to eliminate radar reflections. Additional space for more payloads and weapons could be located at the wing roots, but no indication is provided by the video or photos. Radar and electronic sensors are likely located along the leading edge, similar to the F-22, F-35 or B-2, but there are no indications for such.  A bulge above the air intake seems to be a radome covering the satellite communications terminal, providing low-probability of intercept connectivity. High level of autonomy designed into the vehicle possibly means the SATCOM link can be shut down completely, to reduce signature emission in critical mission phases.
The company said its proposed approach supports the Navy’s efforts to develop an operational UCLASS capability within the current schedule and budget.
A forward view of the concept design by Lockheed Martin's Skunk Works.  Image: Lockheed Martin
The UCLASS concept design proposed by by Lockheed Martin’s Skunk Works. The tailless, flying wing design features classical intake and recessed exhaust for signature reduction. Image: Lockheed Martin

»»  READMORE...

AH-64 Apache, Helikopter Tempur Buatan AS



AH-64 Apache (Foto 1). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara

AH-64 Apache (Foto 2). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara

AH-64 Apache (Foto 3). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara

AH-64 Apache (Foto 4). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara

AH-64 Apache (Foto 5). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara

Galeri Wallpaper Foto Helikopter Tempur AH-64 Apache :

AH-64 Apache adalah type helikopter militer dari jenis penyerbu / penempur yang bisa diterbangkan dalam berbagai keadaan cuaca. Helikopter serbu ini dikendalikan oleh dua orang crew dan persenjataan utamanya terdiri dari sebuah senapan mesin M230 kaliber 30 mm yang terletak di bawah hidung AH-64 Apache. Helikopter ini juga bisa membawa gabungan persenjataan lain seperti AGM-114 Hellfire dan pod roket Hydra 70 di empat hard point pada pangkal sayap. AH-64 Apache merupakan helikopter penyerang utama bagi Angkatan Darat Amerika Serikat dan merupakan pengganti helikopter serbu AH-1 Cobra.

AH-64 Apache telah dirancang oleh perusahaan Hughes Helicopters untuk memenuhi kebutuhan program Helikopter Serbu Angkatan Darat AS. Perusahaan McDonnell Douglas kemudian membeli Hughes Helicopters dan meneruskan pengembangan helikopter ini. Pengembangan selanjutnya helikopter ini kemudian telah menghasilkan helikopter AH-64D Apache Longbow yang kini diproduksi oleh Boeing Integrated Defense Systems. Helikopter-helikopter AH-64 milik Angkatan Darat A.S ini pernah beraksi dalam operasi-operasi di Panama, Perang Teluk, Afghanistan, dan Iraq. 

AH-64 Apache digerakkan oleh dua unit mesin turbin aci General Electric T700 dengan knalpot yang terletak dibawah rotor. Apache AH-64 memiliki empat bilah rotor utama dan empat bilah rotor ekor. Posisi duduk crew dalam susunan depan dan belakang, pilot duduk di belakang atas, sementara petuga pengendali senjata duduk ruang kokpit berperisai yang berada di depan. Ruang crew dan tangki bahan bakar dilindungi sedemikian rupa sehingga helikopter ini dapat tetap diterbangkan meskipun menerima tembakan daripada senjata berkaliber 23 mm.

Helikopter ini dipersenjatai dengan meriam rantai M230 berkaliber 30 mm yang dikendalikan menggunakan sistem pengendali pada helm yang digunakan oleh penembak, yang ditetapkan pada kedudukan terkunci menembak di depan, atau dikendalikan melalui Sistem Penandaan dan Perolehan Sasaran (TADS). AH-64 Apache membawa beberapa gabungan persenjataan pada gantungan senjata di pangkal sayapnya. Biasaannya terdiri dari rudal anti tank AGM-114 Hellfire, roket tak berpandu kaliber 70 mm (2.75 in) Hydra 70 dan rudal udara ke udara AIM-92 Stinger untuk mempertahankan diri. Jika terjadi situasi darurat, titik beban pada gantungan senjata bisa digunakan untuk dudukan personil saat evakuasi.

Helikopter tempur AH-64 Apache dirancang untuk bertahan pada garis depan dan bisa dioperasikan pada siang atau malam hari dalam berbagai macam jenis cuaca dengan menggunakan avionik dan elektronik seperti Sistem Penandaan dan Perolehan Sasaran, Sistem Penglihatan Malam Juruterbang (TADS/PNVS), pertahanan diri pasif inframerah, GPS, dan sistem pengendali persenjataan pada helm penembak (IHADSS).

Spesifikasi AH-64 Apache

Karakteristik Umum :
  • Jumlah Crew: 2 orang; pilot dan petugas persenjataan
  • Panjang: 17,73 m (dengan kedua-dua rotor dihidupkan)
  • Diameter rotor: 14,63 m
  • Tinggi: 3,87 m
  • Berat kosong: 5.165 kg
  • Berat berisi: 8.000 kg
  • Berat Maksimum Lepas-Landas: 9.500 kg
  • Mesin penggerak: 2× General Electric T700-GE-701 atau T700-GE-701C & T700-GE-701D (1990-hari ini) turboshaft, -701: 1,690 shp, -701C: 1,890 shp -701D 2,000 shp (-701: 1,260 kW, -701C: 1,490 kW)
  • Sistem rotor: 4 bilah rotor utama, 4 bilah rotor ekor
Kinerja :
  • Kecepatan Maksimum: 158 knot (293 km/jam)
  • Kecepatan jelajah: 143 knot (265 km/jam)
  • Radius Tempur: 480 km
  • Jarak Jangkau: 1.900 km
  • Ketinggian Maksimum: 6.400 m
  • Kecepatan Panjat: 12,7 m/detik
Persenjataan :
  • Meriam: 1× 30 x 113 mm meriam mesin M230 dengan putaran 1.200 butir peluru
  • Roket: Hydra 70 FFAR
  • Peluru Kendali: AGM-114 Hellfire, AIM-92 Stinger, dan AIM-9 Sidewinder
Video Helikopter Tempur AH-64 Apache :
»»  READMORE...

Pencapaian MEF TNI-AU Lima Tahun Lebih Cepat Dari Target




Sukhoi Su-30MK2 TNI-AU. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
TNI AU terus tambah alutsista baru

TNI Angkatan Udara akan terus menambah jumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimilikinya, bahkan ada 102 alutsista baru pada rencana strategis pembangunan TNI AU tahun 2010-2014. 
Alutsista baru tersebut meliputi pesawat tempur F-16T-50, Sukhoi,Super TucanoCN-295, pesawat angkut Hercules, Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing 737-500 dan radar, kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia usai geladi bersih pelaksanaan HUT ke-67 TNI AU, di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (7/4/2013). "Pada tahun 2013 ini akan datang Super Tucano untuk melengkapi yang sudah ada dan pesawat tempur F-16," kata Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia.

Saat ini, TNI AU telah memiliki empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano, sehingga diharapkan TNI AU memiliki satu skadron pesawat Super Tucano yang ditempatkan di Skadron Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang. Ia mengatakan, untuk pencapaianMinimum Essential Forces (MEF) ada tiga rencana strategis pembangunan TNI AU, yakni renstra 2010-2014, 2015-2019 dan 2020-2024. Namun, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro pencapaian kekuatan pokok minimum dapat tercapai pada dua renstra saja.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan optimistis pencapaian kekuatan pokok minimal dapat dilakukan pada 2019 atau lebih cepat lima tahun dari target yang telah ditentukan pada 2024. "Pada awalnya pencapaian MEF ditargetkan selesai dalam tiga kali renstra (2009-2024). Namun, ternyata bisa dicapai dalam dua kali renstra (2009-2019). Saya yakin MEF bisa tercapai pada 2019," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro beberapa waktu lalu.

Menurut dia, pencapaian MEF yang lebih cepat lima tahun dari yang ditargetkan itu merupakan sebuah terobosan dan keberhasilan berkat besarnya APBN yang digelontorkan ke Kemhan, meski pada 2012 lalu pencapaian MEF tak sesuai rencana. "Kemhan akan melakukan percepatan pembelanjaan anggaran pada 2013 ini," ujarnya.

Menhan pun meyakini kekuatan alutsista TNI AU hingga semester I 2014 mendatang dalam rangka kekuatan pokok minimum (Minimum Esensial Force/MEF) akan mencapai 40 persen. "Hadirnya pesawat tempur F-16, pesawat angkut dan pesawat tempur lainnya akan memercepat dan menambah prosentasi kekuatan pertahanan kita, khususnya TNI AU," kata Purnomo.

Terlebih, lanjut dia, TNI AU telah menerima empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano. Diharapkan pada 2014 nanti 14 jenis alutsista akan menambah kekuatan TNI AU, seperti pesawat tempur, pesawat angkut, helikopter, pesawat latih, pesawat intai dan pesawat tempur lainnya. "Saat ini TNI AU telah menerima empat unit pesawat Super Tucano. Diharapkan pada akhir 2013 atau awal 2014 akan tiba delapan unit lagi, sehingga tercapai satu skadron atau 16 unit," katanya.

Menurut dia, hingga 2014 mendatang pada akhir masa kabinet ini, diperkirakan ada sekitar 45 alutsista bergerak, baik untuk TNI AU, TNI Angkatan Laut maupun TNI Angkatan Darat. "Sebanyak 45 alutsista bergerak ini termasuk pesawat tempur maupun angkut, yang tiba di Indonesia," ujarnya. 

www.antaranews.com
 
»»  READMORE...

Mahasiswa Iran Desain Pesawat Tanpa Awak Baru



Sekelompok mahasiswa Universitas Azad di Sanandaj, Iran, beberapa waktu lalu merancang dan memproduksi sebuah pesawat tanpa awak yang selain berhasil meningkatkan kualitas rekaman foto dan video juga dilengkapi dengan payung yang akan aktif ketika terjadi masalah teknis pada pesawat tanpa awak tersebut.

Mehr News (15/4) melaporkan, Muhammad Makroufi, seorang anggota tim desain pesawat itu mengatakan bahwa pesawat tanpa awak tersebut mampu terbang selama tiga jam dan menggunakan motor berkekuatan 60cc bensin yang dipasang pada buritan pesawat.

Ditambahkannya bahwa kemampuan merekam foto dan video pesawat tanpa awak tersebut telah ditingkatkan dan karena penempatan motor pada bagian belakang pesawat maka getaran yang ditimbulkan dapat dikurangi.

Makroufi menjelaskan bahwa panjang sayap pesawat tanpa awak itu mencapai 3,5 meter sementara panjang badan pesawat 2,5 meter. Selain dilengkapi dengan GPS, pesawat juga dapat terbang hingga ketinggian 12 ribu kaki.

Salah satu keunggulan lain pesawat tanpa awak karya para mahasiswa Universitas Azad Sanandaj ini adalah badan yang ringan terbuat dari serat karbon dan total beratnya hanya 22 kilogram.

Lebih lanjut Makroufi menjelaskan, "Kamera dipasang di ujung pesawat dan selain itu dilengkapi dengan payung yang akan aktif ketika pesawat mengalami gangguan teknis atau masalah lain. Tujuannya adalah pesawat dapat mendarat tanpa kerusakan. Rekaman video dan foto pesawat itu langsung dikirim ke stasiun operatornya.
»»  READMORE...

Thursday, April 18, 2013

Hydra-70 Rocket System, United States of America


Hydra

Hydra-70 rocket system is a family of 2.75in unguided air-to-surface rockets derived from the Mk 4/Mk 40 Folding-Fin Aerial Rocket (FFAR) developed in the 1940s. It is the most commonly used helicopter-launched weapon system in the world.
The rockets are used to perform various roles, including anti-material, anti-personnel, air-to-ground suppression and illumination. General Dynamics Armament and Technical Products (GDATP) is the prime contractor for production of the Hydra-70 rocket system.

Hydra-70 system development

The original Mk 4/Mk 40 FFAR was developed by the Naval Ordnance Test Station as an air-to-air weapon. It was later modified for air-to-ground use.
Hydra-70 lacks precision when compared to other guided missile systems, such as the Hellfire II. Hydra-70, however, is less expensive. The US Army initially planned to reduce the production of the systems, but revised its decision considering their cost efficiency.
Efforts are ongoing to improve the overall accuracy of the Hydra-70 rocket system. The system is being tested to include a laser guided system, such as the Hellfire II, to improve its performance.

Rocket system design and warheads

"General Dynamics Armament and Technical Products (GDATP) is the prime contractor for production of the Hydra-70 rocket system."
The Hydra-70 rocket system is 2.75in in diameter, 55in to 70in long and weighs 23lbs to 27lbs. It comprises of three main components - the Mk 66 MOD 4 rocket motor, a warhead and a point-detonating remote-set fuse.
The Mk 66 MOD 4 motor has a diameter of 2.75in, is 41.7in long and weighs 13.6lbs. The rocket system can fire at a speed of 2,425ft/s (739m/s). Maximum range of the system is 11,500 yards (10,500m).
The Hydra-70 rocket system can be paired with nine different warheads categorised into two areas - unitary and cargo. Unitary warheads are fitted with detonating warheads, whereas cargo warheads are fitted with airburst range settable or fixed stand-off fuses.
The nine warheads used with Hydra-70 include the M264 smoke, M255A1 flechette, M257/M278 illuminating flare, M278 infrared flare, M151 high explosive (10lbs), M229 high explosive (17lbs), M156 (WP), WTU-1/B (practice) and M274 (practice) smoke signature. M264 smoke warhead is filled with red phosphorus and used for smoke obscuration. It is 26.9in long and weighs 8.6lbs.
M255A1 Flechette contains 1,179 60-grain hardened steel flechettes. It is used against light material and personnel targets. Upon firing, the flechettes contained in the warhead form a disk-like mass, with each flechette taking an independent trajectory. The warhead is 26.9in long and weighs 14lbs.
M257/M278 illuminating flare is used for battlefield target illumination and includes an ignition system, flare, parachute, drogue parachute assembly, fuse and delay assembly. The warhead can illuminate an area of 1km². It is 29.1in long and weighs 11lbs.
M278 infrared flare is also used for battlefield illumination with infrared goggles. It can provide infrared light for three minutes. The warhead is 29.1in long and weighs 11lbs.
M151 high explosive is an anti-personnel warhead, which breaks into thousands of high velocity fragments upon detonation. It is 16.2in long and weighs 9.3lbs. M229 high explosive is a heavier variant of the M151. It is 26in long and weighs 17lbs. M156 (WP) is a smoke warhead filled with white phosphorus. It is 16.2in long and weighs 9.65lbs.
WTU-1/B is a 16.2in long fused warhead and weighs 9.3lbs. M274 is identical to the M151 and is used to provide training with a smoke signature. It is 16.2in long and weighs 9.3lbs.

Hydra-70 rocket launch system and orders

Hydra-70 rockets are fired from the LAU-61 19-tube, M261 19-tube, LAU-68 7-tube and LAU-131/A 7-tube rocket launchers.
"The Hydra-70 rocket system is 2.75in in diameter, 55in to 70in long and weighs 23lbs to 27lbs."
The rocket system can be installed on most rotary and fixed-wing aircraft, such as the AH-64 Apache, AH-1Z Viper, AH-1 CobraOH-58 KiowaUH-60 Black Hawk, P-3 Orion, MH-6 Little Bird, A-10 Thunderbolt II, AV-8B Harrier II, UH-1 Iroquois, F-4 Phantom II, F-16 Fighting Falcon, F/A-18 Hornet, OV-10 Bronco, A-4 Skyhawk and A-6 Intruder.
GDATP was awarded a $900m five-year contract by the US Army in May 2005 for the production of Hydra-70 rockets and warheads. Deliveries concluded in 2010. In August 2010, GDATP was awarded a $278m contract with three additional one year options. A $33m contract was awarded in March 2011 to provide Hydra-70 rockets, warheads, motors and service support.
GDATP delivered the four millionth Hydra-70 rocket to the US Army in May 2011. In June 2011, GDATP won a $286m contract to produce Hydra-70 rockets.
The latest order from the US Army, placed in February 2013, is valued at $224m. GDATP will supply Hydra-70 rockets and provide engineering support services as part of the contract. The deliveries are scheduled to be completed by 2015.
»»  READMORE...

Brazil’s GUARANI to Replace EE-11 URUTU Armored Vehicles by 2015




The Brazilian Army has already inducted over 86 VBTP-MR GUARANI 6x6 APCs armed with remote weapon station under the URUTU-3 modernisation programme to replace their EE-11 URUTU by 2015.  Brazilian Army has already inducted over 86 VBTP-MR GUARANI 6×6 APCs armed with remote weapon station under the URUTU-3 modernisation programme to replace their EE-11 URUTU by 2015.

One of the leading displays at Brazil’s LAAD exhibition opening today is the GUARANI project new VBTP-MR, a combat armored vehicle at full recommended weight (GVW) of 18-20 ton, supporting amphibious capacity up to 17.5 tonnes. It will be powered by a FPT diesel engine coupled to an automatic gearbox, and is designed to carry a crew of 10 dismounts plus the driver. The vehicle is designed to fit into a C-130 Hercules or forthcoming Brazilian KC-390 transport aircraft.
The Brazilian Army has already inducted over 86 VBTP-MR GUARANI 6×6 APCs armed with remote weapon station under the URUTU-3 modernisation programme to replace their EE-11 URUTU by 2015. The Brazilian Army plans to induct additional 2,044 units of the VBTP-MR GUARANI 6×6 APCs by 2030. Development and manufacturing of the VBTP-MR is being carried out jointly by the Brazilian Army, through the project Mobility Strategy and the DCT – Department of Science and Technology and Iveco.
VBTP-MR can be fitted with a variety of remote-controlled weapon stations for additional firepower, the model selected by the Brazilian Army is Elbit Systems’ ORCWS UT-30BR, mounting a 30mm cannon with provisions to carry additional anti-tank missiles. Standard UT-30BR armament is a 30mm cannon, 7.62mm co-axial machine gun, and smoke grenades, along with a panoramic commander’s sight and a laser warner. Elbit System’s Brazilian subsidiary Ares Aeroespacial e Defensa announced in October 2012 a $25 million contract to supply its stabilised REMAX remote weapon stations to the Brazilian Army. This is the first production order, and deliveries will be made from 2012-2014. REMAX was designed to be part of the VBTP programme, and seems to be characterised by a simple and easy to maintain design. The RCWS has already completed testing, and can also be mounted on other vehicles.
The Brazilian Army has already inducted over 86 VBTP-MR GUARANI 6x6 APCs armed with remote weapon stations. The Brazilian Army plans to induct additional 2,044 units  by 2030.
The Brazilian Army has already inducted over 86 VBTP-MR GUARANI 6×6 APCs armed with remote weapon stations. The Brazilian Army plans to induct additional 2,044 units by 2030.
»»  READMORE...

F-16 Fighting Falcon



F-16 Fighting Falcon (Foto 1). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara

F-16 Fighting Falcon (Foto 2). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara

F-16 Fighting Falcon (Foto 3). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara

F-16 Fighting Falcon (Foto 4). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara

F-16 Fighting Falcon (Foto 5). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara

Galeri Wallpaper Foto Jet Tempur F-16 Fighting Falcon :

F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multi-peran yang dikembangkan oleh General Dynamics (lalu di akuisisi oleh Lockheed Martin), di Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, dan akhirnya ber-evolusi menjadi pesawat tempur multi-peran yang sangat populer. Kemampuan F-16 untuk bisa dipakai untuk segala macam misi inilah yang membuatnya sangat sukses di pasar ekspor, dan dipakai oleh 24 negara selain Amerika Serikat. Pesawat ini sangat populer di mata international dan telah digunakan oleh 25 angkatan udara. F-16 merupakan proyek pesawat tempur Barat yang paling besar dan signifikan, dengan sekitar 4000 F-16 sudah di produksi sejak 1976. Pesawat ini sudah tidak diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, tapi masih diproduksi untuk ekspor.

F-16 dikenal memiliki kemampuan tempur di udara yang sangat baik, dengan inovasi seperti tutup kokpit tanpa bingkai yang memperjelas penglihatan, gagang pengendali samping untuk memudahkan kontrol pada kecepatan tinggi, dan kursi kokpit yang dirancang untuk mengurangi efek g-force pada pilot. Pesawat ini juga merupakan pesawat tempur pertama yang dibuat untu menahan belokan pada percepatan 9g.

Pada tahun 1993, General Dynamics menjual bisnis produksi pesawat mereka kepada Lockheed Corporation, yang kemudian menjadi bagian dari Lockheed Martin setelah merger dengan Martin Marietta pada tahun 1995. Pada tahun 1960-an, Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat menyimpulkan bahwa masa depan pertempuran udara akan ditentukan oleh peluru kendali yang semakin modern. 
Dan bahwa pesawat tempur masa depan akan digunakan untuk mengejaran jarak jauh, berkecepatan tinggi, dan menggunakan sistem radar yang sangat kuat untuk mendeteksi musuh dari kejauhan. Ini membuat desain pesawat tempur masa ini lebih seperti interseptor daripada pesawat tempur klasik. Pada saat itu, Amerika Serikat menganggap pesawat F-111 (yang pada saat itu masih dalam tahap pengembangan) dan F-4 Phantom akan cukup untuk kebutuhan pesawat tempur jarak jauh dan menengah, dan didukung oleh pesawat jarak dekat bermesin tunggal seperti F-100 Super Sabre, F-104 Starfighter, dan F-8 Crusader.

Pada Perang Vietnam, Amerika Serikat menyadari bahwa masih banyak kelemahan pada pesawat-pesawat mereka. Peluru kendali udara ke udara pada masa itu masih memiliki banyak masalah, dan pemakaiannya juga dibatasi oleh aturan-aturan tertentu. Selain itu, pertempuran di udara lebih banyak berbentuk pertempuran jarak dekat dimana kelincahan di udara dan senjata jarak dekat sangat diperlukan.

Kolonel John Boyd mengembangkan teori tentang perawatan energi pada pertempuran pesawat tempur, yang bergantung pada sayap yang besar untuk bisa melakukan manuver udara yang baik. Sayap yang lebih besar akan menghasilkan gesekan yang lebih besar saat terbang, dan biasanya menghasilkan jarak jangkau yang lebih sedikit dan kecepatan maksimum yang lebih kecil. 
Boyd menganggap pengorbanan jarak dan kecepatan perlu untuk menghasilkan pesawat yang bisa bermanuver dengan baik. Pada saat yang sama, pengembangan F-111 menemui banyak masalah, yang mengakibatkan pembatalannya, dan munculnya desain baru, yaitu F-14 Tomcat. Dorongan Boyd tentang pentingnya pesawat yang lincah, gagalnya program F-111, dan munculnya informasi tentang MiG-25yang saat itu kemampuannya terlalu dibesar-besarkan membuat Angkatan Udara Amerika Serikat memulai perancangan pesawat mereka sendiri, yang akhirnya menghasilkan F-15 Eagle.

Pada saat pengembangannya, F-15 berevolusi menjadi besar dan berat seperti F-111. Ini membuat Boyd frustrasi dan ia pun meyakinkan beberapa petinggi Angkatan Udara lain bahwa F-15 membutuhkan dukungan dari pesawat tempur yang lebih ringan. Grup petinggi Angkatan Udara ini menyebut diri mereka "fighter mafia", dan mereka bersikeras akan dibutuhkannya program Pesawat Tempur Ringan (Light Weight Fighter, LWF).

Pada Mei 1971, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan laporan yang mengkritik tajam program F-14 dan F-15. Kongres mengiyakan pendanaan untuk program LWF sebesar US$50 juta, dengan tambahan $12 juta pada tahun berikutnya. Beberapa perusahaan memberikan proposal, tetapi hanya General Dynamics dan Northrop yang sebelumnya sudah memulai perancangan dipilih untuk memproduksi prototip. 
Pesawat mereka mulai diuji pada tahun 1974. Program LWF awalnya merupakan program evaluasi tanpa direncanakan pembelian versi produksinya, tetapi akhirnya program ini diubah namanya menjadi Air Combat Fighter, dan Angkatan Udara AS mengumumkan rencana untuk membeli 650 produk ACF. Pada tanggal 13 Januari 1975 diumumkan bahwa YF-16 General Dynamics mengalahkan saingannya, YF-17. 

Spesifikasi Pesawat Tempur F-16 Fighting Falcon

Karakteristik Umum :
  • Kru: 1
  • Panjang: 49 ft 5 in
  • Lebar sayap: 32 ft 8 in
  • Tinggi: 16 ft
  • Luas sayap: 300 ft²
  • Airfoil: NACA 64A204 root and tip
  • Bobot kosong: 18,238 lb
  • Bobot terisi: 26,463 lb
  • Bobot maksimum lepas landas: 42,300 lb
  • Mesin: 1 unit Pratt & Whitney F100-PW-220 afterburning turbofan
  • Alternate powerplant: 1× General Electric F110-GE-100 afterburning turbofan
Kinerja :
  • Laju maksimum: >Mach 2 (1,320 mph, 2,124 km/h) at altitude
  • Radius tempur: 340 mi on a hi-lo-hi mission with six 1,000 lb (450 kg) bombs
  • Jarak jangkau ferri: >3,200 mi
  • Batas tertinggi servis: >55,000 ft
  • Laju panjat: 50,000 ft/min
  • Beban sayap: 88.2 lb/ft²
  • Dorongan/berat: F100 0.898; F110 1.095
Persenjataan :
  • Senjata api: 1 unit M61 Vulcan gatling gun kaliber 20 mm (0.787 in), 511 putaran
  • Roket: 2¾ in (70 mm) CRV7
  • Rudal: Air-to-air missiles: 6× AIM-9 Sidewinder, 6× AIM-120 AMRAAM, 6× Python-4. Air-to-ground missiles: 6× AGM-65 Maverick, 4× AGM-88 HARM, 4× AGM-119 Penguin
  • Bom: 2× CBU-87 cluster, 2× CBU-89 gator mine, 2× CBU-97, 4× GBU-10 Paveway, 6× GBU-12 Paveway II, 6× Paveway-series laser-guided bombs, 4× JDAM, 4× Mk 80 series, B61 nuclear bomb
wikipedia.org

Video Jet Tempur F-16 Fighting Falcon :


»»  READMORE...