Informasi Seputar Teknologi Komputer Alutsista Militer Indonesia dan Dunia
News in Picture

Sang Badak Andalan Pindad
Setelah melewati masa pengembangan yang panjang, Pindad akhirnya melansir panser kanon yang kemudi...

Peluru yang bisa berubah arah
Aku tidak tahu apa yang Anda bayangkan ketika Anda berpikir tentang masa depan teknologi milite...

MENGINTIP PABRIK ALUTSISTA PINDAD
Alutsista Made In Indonesia Senjata varian terbaru Pindad kini dipakai oleh pasukan e...

Klewang Class Fregat Lewat, Zumwalt Minggat
Bila masyarakat dunia kawatir akan perkembangan militer China tentulah sangat beralasa...

US allocates $100 million for Russian rocket engine replacement
File image: RD-180 engine. The US Senate Committee on Armed Services has approved a plan to...

ZBD-05 Amphibious Infantry Fighting Vehicle, China
ZBD-05 is an amphibious infantry fighting vehicle produced by China North Industrie...

Tank Ringan Amphibi 2S25 Sprut-SD Pendamping BMP-3F
Tank Ringan Amphibi PT-76 milik TNI AL memasuki usia tua meskipun berbagai perbaikan dan...

Jelang Indo Defence 2014, SAAB JAS 39 Gripen NG dan Eurofighter Typhoon Bersaing Rebut Perhatian
Ajang pameran militer tahunan yang diselenggarakan Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI, Indo Def...
Saturday, April 20, 2013
Iran Peringkat Lima Negara Dunia Pemilik Teknologi Drone
IBM PureSystems: Solusi yang Terintegrasi
Small Diameter Bomb – GBU-39
Since the days of the first Gulf War, when it became clear to the world that precision air strikes would be the “go to” option for the opening rounds of nearly any theater scale military operations, the technology of precision guided munitions has increased rapidly. We have witnessed bombs being guided into their targets by lasers, GPS, and even a human watching through a camera on the nose of the weapon. Once the concept of precision guidance was no longer a novelty, the virtuous auspices of limiting collateral damage and economic efficiency have led military planners and weapons designers to push the envelope of precision weapon technology even further.
During the Desert Storm era, the smallest precision bombs available packed 500 lb high-explosive warheads, and the 500 pounder was typically used on only the smallest of targets. They certainly were precise enough on surgical targeting, but the massive explosion and pressure wave still causes widespread devastation to buildings and well, people, that are in the vicinity of the blast. Now I’m not saying that it’s ever goign to be possible to truly eliminate collateral damage, but I believe technology has reached a stopping point concerning precision-guided air-launched munitions. It’s not as if limiting collateral damage is such a bad thing after all; so I guess we can go ahead and bestow the honorable hallmark characteristic of the next wave of precision munitions: Efficiency…because accuracy is a given.
Not only does the GBU-39 Small Diameter Bomb limit it’s size to only 250 lbs, it also can be fitted with different types of warheads, one of which is specially designed to limit the blast radius and shockwave of the explosion. This new explosive is called D.I.M.E., short for Dense Inert Metal Explosive. DIME explosives basically combine a powder of inert metals–inert means that the metal is resistant to chemical reactions–into the explosive, which essentially weighs down the blast. The explosive ignites, but the metal powder will only fly so far before air resistance and gravity will slow it down. DIME explosives are proven to limit the blast radius of explosions, but they are also notorious for the effects that they can have on personnel. Decapitations, dismemberments, and even cancer later down the line caused by the imbedded metal powder are all facts of life when DIME is deployed. i guess the counter-point is that those folks were at the wrong place at the wrong time, especially under the known threat of air raids.
Fast forward to Israel’s Operation Cast Lead against the Hamas regime in Gaza, and you’ve got the exact scenario where this weapon is intended to be used. A crowded urban environment, where military targets are amorphous among the civilian landscape, and limiting collateral damage is essential to maintaining some semblance of self-restraint, saw small diameter bombs being deployed in large numbers. Indeed, reports have come out of Gaza of people suffering the effects of DIME explosives, but the IDF remains deflective about admitting to their use. The use of the GBU-39 that isn’t debated is the penetrator version being deployed against the smuggling tunnels at the Rafah crossing. The IDF deployed multiple GBU-39 penetetrators along the lengths of the tunnels, essentially burying them in successive sections.
SPACEX UJI ROKET "BELALANG" TERBARU
![]() |
Grasshopper |
Dilansir Telegraph, perusahaan swasta yang bergelut di bidang antariksa ini menguji armada terbarunya. Purwarupa roket tersebut dijajal di fasilitas pengembangan roket mereka di McGregor, Texas, Amerika Serikat pekan lalu.
Grasshopper dengan tinggi 130 kaki (40 meter), ditenagai oleh roket Falcon 9 dan mesin Merlin 1D. Roket ini mampu melayang di udara beberapa saat sebelum mendarat dengan aman di landasan peluncuran.
Roket ini menggunakan kontrol katup gas serta daya dorong vektor loop tertutup. Upaya pengujian ini merupakan lompatan terbesar untuk Grasshopper ketimbang dua pengujian terbang sebelumnya.
Di pengujian sebelumnya, sebelum mendarat, roket mampu melayang di ketinggian enam kaki dan 17 kaki dari tanah. SpaceX mengembangkan generasi baru dari roket yang mampu digunakan kembali, yang juga memiliki kemampuan meluncur, terbang dan mendarat.
Roket jenis reusable ini diklaim lebih hemat dan memangkas biaya pengeluaran untuk perjalanan luar angkasa komersial. Pengujian berikutnya direncanakan sekira pertengahan tahun baru 2013.
C-295 AEW&C, Pesawat Radar Peringatan Dini Yang Ditawarkan Untuk TNI-AU
![]() |
Pesawat AEW&C atau AWACS berfungsi sebagai BVR Missile Guidance, Electronic Warfare (EW) dan Reconnaissance. Ia menjadi mata dan backbone informasi bagi armada tempur sebuah negara.
Sony Hadirkan Internet Cepat
Unit CMOV (Central Monitoring and Observation Vehicle) TNI-AU
Friday, April 19, 2013
Jet Tempur Sukhoi Su-30 Flanker-C
![]() |
|
|
|
|
Galeri wallpaper foto jet tempur Sukhoi Su-30 Flanker-C :
- Sukhoi Su-30 (File Foto 1)
- Sukhoi Su-30 (File Foto 2)
- Sukhoi Su-30 (File Foto 3)
- Sukhoi Su-30 (File Foto 4)
- Sukhoi Su-30 (File Foto 5)
Spesifikasi Jet Tempur Sukhoi Su-30 Flanker-C :
- Kru : 2
- Panjang : 21,935 m
- Lebar sayap : 14,7 m
- Tinggi : 6,36 m
- Luas sayap : 62,0 m²
- Bobot kosong : 17.700 kg
- Bobot terisi : 24.900 kg
- Bobot maksimum lepas landas : 34.500 kg
- Mesin : 2unit AL-31FL low-bypass turbofans
- Dorongan kering : 7.600 kgf masing-masing
- Dorongan dengan pembakar lanjut : 12.500 kgf masing-masing
- Kecepatan maksimum : Mach 2.0 (2.120 km/jam, 1,320 mph)
- Jarak jangkau : 3.000 km pada ketinggian maksimal penerbangan
- Ketinggian maksimum penerbangan : 17.300 m
- Laju panjat : 230 m/detik
- Beban sayap : 401 kg/m²
- Dorongan/berat : 1.0
- Cannon : 1 unit GSh-30-1 kaliber 30 mm, 150 putaran
- Rudal Udara-ke-Udara : 6 unit R-27ER1 (AA-10C), 2 unit R-27ET1 (AA-10D), 6 unit R-73E (AA-11), 6 unit R-77 RVV-AE(AA-12)
- Rudal Udara-ke-Permukaan : 6 unit Kh-31P/Kh-31A rudal anti radar, 6 unit Kh-29T/L rudal berpandu laser, 2 unit Kh-59ME
- Bom : 6 unit KAB 500KR, 3 unit KAB-1500KR, 8 unit FAB-500T, 28 unit OFAB-250-270
Video Jet Tempur Sukhoi Su-30 Flanker-C :
SH-2G Super Seasprite Anti-Submarine Helicopter, Australia
Super Seasprite helicopter orders and deliveries
Cockpit
SH-2G weapons
Super Seasprite countermeasures
Sensors
Magic lantern airborne laser mine detection system
Engines
SH-2G performance
KEEL LAYING Kapal Cepat Rudal (KCR-60 METER) TNI AL
- Panjang garis air (LWL) : 54.82 M
- Lebar (B) : 8.10 M
- Tinggi pada tengah kapal (T) : 4.85 M
- Sarat muatan penuh (Dd) : 2.60 M
- Berat muatan penuh (Displacement) : 460 Ton
1. 1 X Meriam Utama 57 mm
2. 2 X Senjata 20 mm
3. 2 X 2 Peluncur rudal anti kapal permukaan (SSM)
4. 2 X Decoy Launcher
KCR 60M mempunyai kemampuan olah gerak yang tinggi, lincah dalam posisi tembak dan mampu melaksanakan penghindaran dari serangan balasan lawan.
1. Ketahanan dilaut : 9 hari
2. Jarak jelajah : 2.400 nm pada kecepatan 20 knot
3. Akomodasi : 43 orang
KCR 60m dirancang dengan mempertimbangkan kriteria kelaikan laut sbb :
1. Stabilitas kapal memenuhi kriteria standar IMO A (749)
2. Tugas patroli hingga sea state 3
3. Kemampuan pengoperasian senjata hingga sea state 4
NASA SIAPKAN ROKET RAKSASA YANG SUPER CEPAT
Ilustrasi |
Misi pertama roket canggih ini kabarnya mulai beroperasi pada 2017. Kini, insinyur NASA tengah sibuk menggarap desain tahap akhir pada kendaraan peluncur tersebut.
MENGENAL ROKET LUAR ANGKASA PROTON-M BUATAN RUSIA
![]() |
Roket Proton M |
Dilansir Spacedaily, Rusia berencana meluncurkan roket Proton M tahun 2013 ini dengan jumlah yang lebih sedikit dari yang telah direncanakan. Keputusan tersebut diambil oleh otoritas pemerintah Kazakhstan untuk memangkas peluncuran Proton M dari 17 roket menjadi 12 roket di fasilitas peluncuran luar angkasa Baikonur.
Proton-M merupakan roket pengangkut yang dikembangkan Rusia. Peluncuran roket Proton-M pertama kali dimulai pada 7 April 2001.
Roket yang diproduksi oleh Khrunichev State Research yang berbasis di Moskow ini memiliki beberapa tingkat. Roket yang dapat mengangkut muatan dengan berat lebih dari 20 ribu kilogram ini memiliki tinggi 53 meter (174 kaki) dan berdiameter 7,4 meter (24 kaki).
Wikipedia menerangkan, Proton-M memiliki fitur modifikasi pada tahap yang lebih rendah untuk mengurangi massa struktural, meningkatkan dorong dan sepenuhnya menggunakan teknologi propelan (daya pendorong tingkat tinggi).
Proton-M mengusung sistem konsumsi penuh pada propelan. Sehingga, ini akan meningkatkan kinerja roket ketimbang varian roket sebelumnya.
Selain itu, pengembangan terbaru memungkinkan roket untuk mengurangi jumlah bahan kimia beracun yang tersisa akibat dampak downrange (jarak jorizontal perjalanan roket luar angkasa).
SABR, RADAR CANGGIH F-16
Bagi pilot jet tempur, penggunaan radar akan sangat menentukan hasil operasi. Untuk itu, Northrop Grumman menghadirkan Big SAR (synthetic aperture radar) for Scalable Agile Beam Radar (SABR) guna menghasilkan pemetaan yang besar dengan resolusi tinggi. Ini merupakan pencitraan radar paling tajam yang pernah dibuat untuk jet tempur F-16.
SABR telah berhasil mendemonstrasikan beberapa kemampuan radar canggih untuk F-16, termasuk pemetaan Big SAR dengan isyarat sasaran otomatis. SABR Big SAR menawarkan kesadaran situasional dan identifikasi sasaran yang belum pernah ada sebelumnya untuk pilot F-16.
"SABR Big SAR adalah pencitraan radar definisi-tinggi yang mencakup area luas di darat/permukaan dalam satu gambar," ujar Joseph Ensor, wakil presiden dan general manager dari divisi sistem Intelijen, Pengawasan, Pengintaian dan Sasaran Northrop Grumman. "Kecanggihan ini akan memberikan pilot F-16 peta terbesar dan sangat detail yang belum pernah mereka lihat sebelumnya di kokpit. Dikombinasikan dengan kemampuan isyarat target otomatis dalam SABR, F-16 akan memiliki kemampuan penargetan yang tak tertandingi oleh pesawat tempur generasi keempat lainya."
SABR dilengkapi radar active electronically scanned array (AESA) multifungsi yang dirancang khusus untuk F-16 retrofit. SABR juga menyediakan jarak deteksi dan pelacakan yang jauh, peta SAR resolusi-tinggi untuk penargetan presisi semua lingkungan, interleaved mode operations untuk kesadaran situasional dan keandalan yang lebih tinggi.
Northrop Grumman sudah berpengalaman hampir empat dekade untuk integrasi dan pembangunan radar F-16, dan telah melahirkan lebih dari 6.000 radar kontrol tembak untuk Angkatan Udara AS dan internasional. Perusahaan AS yang didirikan pada tahun 1927 ini juga telah memasok radar kontrol tembak untuk pesawat tempur F-16 Block 60, F-22 dan F-35.
Northrop Grumman adalah perusahan keamanan global terkemuka yang selalu menghadirkan sistem yang inovatif, produk dan solusi untuk sistem tak berawak, keamanan cyber, C4ISR*, logistik dan modernisasi untuk pelanggan pemerintah dan komersial di seluruh dunia.