Menjelang berlangsung Indo Defence 2014 pada 5 -8 November mendatang, ada yang unik dilakukan dua principal jet tempur asal Eropa Barat ini. Contohnya Eurofighter Typhoon akan menggelar konfrensi pers dan media briefing pada 3 November 2014. Eurofighter cukup gencar merangkul media dan mitra blogger, bahkan lewat kampanye “Indonesia Lepas Landas,” Eurofighter mengadakan aneka lomba foto/video hingga car free day eksklusif di Jakarta pada 2 November 2014. Sementara kubu SAAB yang menyodorkan JAS 39 Gripen NG mengundang mitra media dan blogger untuk melihat secara langsung cockpit demonstrator Gripen yang akan dipajang di Indo Defence 2014. Tak mau ketinggalan, Eurofighter pun akan menampilkan cockpit demonstrator Typhoon di acara yang sama.
Kebutuhan akan mesin propulsi bebas udara menjadi semakin aktual saat ini, karena proses pengisian ulang baterai akumulator milik kapal selam tenaga disel secara berkala menurunkan efektivitas kapal tersebut. Tanpa mesin propulsi bebas udara, kapal selam tenaga disel membutuhkan waktu dua hingga lima jam per hari hanya untuk mengisi ulang baterai akumulatornya. Selain itu, kapal selam tenaga disel memiliki keterbatasan dalam penyimpanan energi, sehingga kapal selam ini tidak dapat digunakan di daerah-daerah Arktik yang diselimuti oleh lapisan es. Adapun baterai ion litium dan sistem penghasil energi bebas udara dengan daya seratus hingga 300 kilowatt dapat menjawab masalah besarnya intensitas waktu kapal selam tenaga disel muncul ke permukaan. Penggunaan udara di dalam mesin penggerak dapat meningkatkan waktu ketahanan kapal selam dalam air hingga 720 jam.Pada 2006 lalu, Wakil Direktur Utama Rosoboronexport Vladimir Pakhomov mengungkapkan bahwa persaingan antara produsen kapal selam tenaga non-nuklir meningkat tajam. Oleh karena itu, para produsen asal Rusia harus bertarung untuk bisa mendapatkan klien-klien potensial. Kurangnya pendanaan di era 2000-an membuat perusahaan-perusahaan Rusia tertinggal dari para pesaingnya dalam teknologi pembuatan kapal selam. Kapal selam buatan Jerman, Swedia, dan Prancis sudah berkelana di lautan dunia menggunakan mesin propulsi bebas udara yang dibuat pada abad lalu, hasil pengembangan era 1980-90-an.
Direktur Umum Admiralteyskie Verfi Vladimir Aleksandrov mengatakan, kapal selam dengan mesin propulsi bebas udara akan bekerja efektif bila didukung dalam armada laut yang memiliki sistem koordinasi yang sangat baik dengan infrastruktur yang menunjang serta kompetensi personil yang tinggi, baik personil pengendali kapal selam sendiri maupun personil yang berbasis di daratan.Namun, sistem penggerak bebas udara ini merupakan proyek yang memakan waktu, biaya dan tenaga. “Penggunaan sistem baterai yang baru mengharuskan perombakan sistem elektro dan energi penggerak kapal selam serta pembaharuan dasar perawatan kapal tersebut. Hal tersebut terkait proyek Warszawianka 636.3 dan Paltus 877,” ujar pakar independen Vladimir Ilin kepada RBTH.
Secara keseluruhan, kapal selam tenaga non-nuklir buatan Rusia saat ini sangat dibutuhkan oleh para calon pembeli mancanegara, berkat harga yang bersaing dan kualitas tinggi teknologi itu sendiri.Terkait penggunaan kapal selam tenaga disel dengan sistem penghasil energi bebas udara di Armada Laut Rusia, para pakar ahli memperkirakan teknologi tersebut kemungkinan akan ditempatkan di Laut Baltik. Belum jelas kapan mesin penggerak baru tersebut dapat digunakan oleh kapal selam tipe Lada, kapal selam generasi keempat yang rencananya akan diluncurkan pada 2016. Hal tersebut karena proyek kapal selam percobaan generasi baru era 1990-an itu dibuat menggunakan pengembangan inovasi yang tidak biasa. Lada memiliki 127 komponen teknologi kapal selam yang baru. “Pada dasarnya, hal tersebut membuat kapal selam ini menjadi sebuah wadah percobaan dan meminimalkan peluang untuk menyelesaikan proses uji coba itu sendiri,” ujar Mantan Presiden United Shipbuilding Corporation Rusia Roman Trotsenko pada RBTH.