News in Picture

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Thursday, May 30, 2013

Panser Canon Tarantula TNI AD



Panser Canon Tarantula

Doosan DST Korea Selatan akhirnya menyelesaikan produksi Panser Tarantula berbobot 18 ton yang dilengkapi canon 90 mm serta senjata mesin 7,62mm/ 12,7mm. Panser Tarantula (Korsel: Black Fox) merupakan kendaraan tempur beroda 6 yang dioperasikan tiga orang (sopir, kkomandan, petembak) yang melaju dengan kecepatan maksimal 100 km/jam serta 8 km/jam di dalam air.

Menurut Doosan DST, Panser Tarantula telah disesuaikan dengan kondisi alam Indonesia, sehingga dibuat lebih ringan dan memiliki kemampuan amphibi. Dengan senjata meriam 90mm dan senapan mesin, Tarantula didisain untuk bisa menyerang lawan yang memiliki kemampuan penuh ataupun bertempur dengan tank musuh. Panser ini juga memiliki kemampuan operasi gerilya: search and destroy.
Chasis Black Fox dengan turret CSE90 Belgia
Chasis Black Fox dengan turret CSE90 Belgia
tarantula2
Blackfox / Tarantula versi APC
Blackfox / Tarantula versi APC

Tahun 2009, TNI AD memesan Panser Canon Tarantula ke Doosan DST Korea Selatan. Panser 6×6 ini memasuki tes operasional, uji menembak dan uji manuver lapangan sejak November 2011. Setelah lulus inspeksi, panser mulai diproduksi Korea Selatan pada awal tahun 2012. Tanggal 5 Mei 2013, Doosan DST mengumumkan telah menyelesaikan produksinya untuk dikirim ke Indonesia.


Tanpa menyebutkan jumlahnya, pihak Cmenyatakan segera mengirim sejumlah Panser Tarantula ke Angkatan Darat Indonesia. Dalam pembuatan panser ini Doosan DST bertanggung jawab membangun panser dan pemasangan turret meriam. PT Pindad juga akan melakukan perakitan semi-knocked-down (SKD) di Indonesia. Menurut catatan SIPRI 2012, Indonesia memesan 22 Black Fox/ Tarantula ke Korea Selatan dan 11 diantaranya akan dirakit di Indonesia.


Masih menurut SIPRI 2012, turret dari Panser Tarantula adalah CSE 90 mm buatan CMI Defence Belgia. Turret ini mengusung meriam Cockerill MkIII 90 mm, senjata mesin 7,62mm / 12,7mm serta pelontar granat. Meriam utama dikendalikan secara elektronik dan mampu menembak sasaran di malam hari. CSE90 mm dilengkapi penjejak laser jarak jauh untuk menembakkan amunisi APFSDS-T, serta berbagai jenis amunisi lainnya.
Defence-Cockerill-CSE-90LP-01

Dengan munculnya informasi dari Doosan DST Korea Selatan ini, menunjukkan road map kendaraan tempur TNI semakin jelas. Setelah Panser Anoa, akan muncul Panser Canon Tarantula lalu disusul Tank Kerjasama FNSS Turki dan PT Pindad.

Indonesia merupakan pengguna pertama Panser Canon Tarantula Korea Selatan, sehingga belum diketahui sejauh apa ketangguhan dari Panser ini. Diharapkan Indonesia bisa mengembangkan disain dan kualitas panser ini, karena TNI AD hanya memesan 22 Panser Tarantula.
»»  READMORE...

KRI DAN KAPAL PERANG AS BERMANUVER DI SAMUDERA HINDIA




Dua kapal perang yakni KRI Sultan Iskandar Muda-367 dan kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat USS Charles Momsen DDG-932 saat bermanuver di Samudera Hindia. (Foto:Dispenal)

Latihan bersama antara TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Amerika Serikat dengan nama sandi Carat/2013 saat ini memasuki tahap Sea Phase di Samudera Hindia, Minggu-Selasa, 26-28 Mei 2013. TNI AL mengerahkan KRI Oswald Siahaan-354 dan KRI Sultan Iskandar Muda-367, Sedangkan U.S. Navy mengerahkan USS Tortuga LSD-46, USNS Safeguard T-ARS 50, dan USS Charles Momsen DDG-932.


Secara garis besar tahap latihan di laut berupa latihan manuvra dan peperangan laut oleh unsur-unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dan kapal perang milik US Navy. Fase ini meliputi beberapa materi latihan, di antaranya Visit Boarding Search and Seizure (VBSS)Fast Ropping, dan SAR di laut. Selanjutnya, Replanishment at Sea (RAS), Gunnery Exercise” (GUNEX) dan Anti Submarine Warfare, anti serangan udara, serta Cross Deck.
Latihan bersama ini digelar TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Amerika Serikat (United State Pacific Command/USPACOM) dengan nama sandi Carat  (Cooperation Afloat Readiness and Training) 2013 yang dilaksanakan pada 21 s.d 28 Mei 2013. Latihan yang dibuka oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio pada tanggal 21 Mei lalu ini merupakan kerangka kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Amerika Serikat,  khususnya Angkatan Laut kedua negara. Sebanyak 4.500 personel TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Amerika terlibat dalam latihan ini.
Dalam Carat/2013 terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap pangkalan yang meliputi kegiatan simposium, pelatihan, olah raga persahabatan dan interaksi sosial melalui pertunjukan musik, dan kunjungan ke Sekolah Dasar  di wilayah Jakarta Utara, serta tahap laut yang meliputi kegiatan latihan tempur kapal di perairan Samudera Hindia dan latihan Marinir di daerah latihan Koprs Marinir, Antralina, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Materi latihan yang akan diaplikasikan diantaranya peningkatan kemampuan teknis dan taktis pada pelaksanaan Operasi Militer Perang (OMP), peningkatan kemampuan teknis dan taktis pada pelaksanaan Operasi Militer Selain Perang (OMSP), dan pelaksanaan simposium tentang perkembangan teknologi alutsista masa kini. Sedangkan lokasi latihan yang digunakan adalah wilayah Jakarta dengan pos Komando di Mako Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar), perairan Tanjung Priok hingga Kepulauan Seribu,  daerah Tanjung Pasir, Tangerang, Provinsi Banten, serta Samudera Hindia.
Latihan bersama dengan sandi CARAT 2013, yang dilaksanakan setiap tahun oleh TNI Angkatan Laut bersama Angkatan Laut Amerika, bertujuan guna meningkatkan kerja sama internasional khususnya dibidang pertahanan, antara Angkatan Laut kedua negara dalam menambah profesionalisme prajurit, dihadapkan pada perkembangan tuntutan dan dinamika tugas ke depan yang semakin kompleks, khususnya terkait masalah keamanan di wilayah perairan.
Selain melaksanakan latihan dengan nama sandi CARAT, TNI Angkatan Laut bersama Angkatan Laut Amerika juga rutin melaksanakan beberapa latihan lainnya yang telah dilaksanaan, yaitu: FLASH IRON, PASSEXRIMPACUSAID,SILENT IRON 12-1MINEX 2012MAREX 2012SALVEX 2012, serta  LANTERN IRON 2012.
Demikian berita Dinas Penerangan Angkatan Laut.

Sumber: TNI AL
»»  READMORE...

AU IRGC Terima Peluncur Rudal Jarak Jauh Dalam Jumlah Besar


Pasukan Angkatan Udara Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) telah dilengkapi dengan peluncur rudal jarak jauh dari permukaan ke permukaan.

Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi dalam sebuah acara Ahad (26/5) mengatakan bahwa peluncur rudal tersebut dikembangkan secara kolektif oleh Kementerian Pertahanan Iran dan Divisi Angkatan Udara IRGC.

Hadir pula dalam acara tersebut Panglima Divisi Angkatan Udara IRGC, Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh.

Vahidi lebih lanjut menyatakan bahwa kekuatan rudal Republik Islam hanya bersifat defensif dan digunakan untuk menjaga perdamaian dan dalam rangka pencegahan.

"Sekarang, Kementerian Pertahanan, dengan menggunakan strategi kunci kepercayaan diri, kerja keras dan kemandirian, telah merancang dan memproduksi berbagai jenis senjata dan sistem militer untuk ruang angkasa, laut, udara, darat, serta bidang elektronik dan optik," kata Vahidi.

"Iran tidak ingin berperang dengan negara manapun dan tidak akan menjadi penyulut perang atau konflik, tetapi juga tidak akan mengizinkan segala bentuk agresi atau aksi konfrontatif [terhadap negara itu]," tambah Menhan Iran.

Ditegaskannya, Republik Islam akan memberikan balasan destruktif terhadap segala agresi musuh, yang akan membuat mereka menyesali tindakan mereka.

Dalam beberapa tahun terakhir, Iran mengukir prestasi penting di sektor pertahanan dan mencapai swasembada dalam memproduksi peralatan dan sistem militer penting.

Meski demikian, Republik Islam berulang kali meyakinkan negara-negara lain, khususnya negara tetangga, bahwa kekuatan militernya bukan ancaman mengingat doktrin pertahanan Iran berdasarkan pada prinsip pencegahan.(IRIB Indonesia/MZ
)
»»  READMORE...

Small Boats – Big Gains!



Super Dvora Multi Role concept drawing

Super Dvora Multi Role concept drawing
As domestic economies change into a global market, dependent on the ocean for energy, food and transportation, the open seas becoming contested areas, and pirates, outlaws and terrorists using isolated littorals as safe haven, prowling waterways and the open sea along international merchant routes, no wonder that governments are looking for new means to deal with the new challenges. Defense-Update reports from IMDEX 2013.
Changing interest span from securing off-shore assets throughout littoral and Economical Exclusion Zone (EEZ), protecting economical rights including fishery, mineral resources and merchant marine routes. Coastal protection, particularly addressing terror threats and infiltration from the sea, is also critical in defending urban centers, key infrastructure, port facilities, power stations and other strategic assets.
With the rising costs of maritime security, government agencies are interested in smaller, highly versatile boats that could operate effectively in peacetime, emergency and at war. Boats that can effectively chase smugglers, and human traffickers, defeat well-armed terror attacks and become part of the nation’s maritime power in time of war.
This is an excerpt of an article currently reserved for members only.
An affordable ‘interceptor’ type boat, Mini-Dvora enables fast and highly responsive teams to efficiently cover large areas from forward operating bases. Requiring low maintenance and minimal shore support, these boats can efficiently operate either under naval flotillas or independently, from small port facilities under coast guard control. Forward deployment can dramatically save transit time back and forth to their patrol areas, further improving utilization and lowering operating cost. With smaller boats, lower fuel costs, and minimal crews, life cycle cost of small boats is significantly lower than larger vessels. Moreover, preventive maintenance is also shorter – requiring few weeks every two years to bring the boat back in shape.
The SDMR variant uses a the Super-Dvora Mk III hull designed with a modular approach, enabling the customer to integrate specific mission systems, thus modifying the boat for new missions. These include coastal defense, surface attack, command and control etc.
The Navguard radar developed by IAI Elta Systems is a common system shared by all configurations. This radar detects all types of threats, including guided or unguided missiles fired at the boat. The system is configured in a four-panel scheme, fully integrated with signal processing and target acquisition necessary to drive active protection systems. The system’s modules are connected via fiber-optical links, for maximum speed and security. The system uses fiber-optical has already been tested at sea, proving excellent results. A unique capability offering the SDMR a high level of survivability, particularly against asymmetric threats,
In addition to self-protection, the boat is also equipped with a stabilized electro-optical payload with an integrated laser designation capability, supporting precision attack weapons. Other sensors include passive EO, communications (COMINT) and other electronic signals detector ESM.
According to Ramta, on the SMDR, a crew of 10 can effectively fulfill all tasks. The key to such efficiency is newly designed Combat Information Center (CIC) and operating consoles. Instead of dedicating specific console for each task (detection, identification, defensive systems, offensive systems, situational display, communications etc.) IAI introduced a common, compact operating station integrating all functions into a single display, similar to those used in the cockpit of fighter aircraft. Specific tasks are shown on different displays, integrated into the situational picture, which also supports routine operations. A typical CIC layout in the SDMR comprises three common and interchangeable workstations that support regular operations in peacetime and can be easily reconfigured into detection, defense and offense workstations at war. To simplify these tasks the system employs extensive automation to simplify and expedite certain processes by minimizing user interactions.
The Super-Dvora Unmanned Surface Vessel (SD-USV) concept - proposed for maritime surveillance and EEZ patrol missions.
The Super-Dvora Unmanned Surface Vessel (SD-USV) concept – proposed for maritime surveillance and EEZ patrol missions.
Eventually, IAI/Ramta plans to expand the Super Dvora to unmanned surface vessels, extending capabilities developed and fielded by the company in the past 30 years. Such autonomous vessels would establish routine patrols, generate the marine situational picture required for operation and security, supporting manned and unmanned operators with maximum security at an affordable cost
.
»»  READMORE...

KSAL: TNI AL Akan Miliki Kekuatan Tempur Signifikan di Tahun 2014

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Marsetio, Jum'at, mengemukakan TNI AL akan memiliki kekuatan tempur yang signifikan pada akhir 2014, seiring kedatangan sejumlah alat utama sistem senjata yang sebelumnya telah dipesan.

Hal ini dikemukakan KSAL usai memimpin gelar pasukan sekaligus inspeksi kesiapan unsur tempur laut menjelang Latihan Gabungan TNI tahun 2013 di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jumat. Marsetio mengatakan pengadaan alutsista itu merupakan program TNI AL untuk menuju pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF).

"Alutsista yang sedang dibangun di dalam dan luar negeri, akan datang secara bertahap, baik itu kapal perang, pesawat, helikopter maupun tank," katanya didampingi Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono.

KSAL mengemukakan, beberapa alutsista yang direncanakan datang pada tahun ini, antara lain 37 unit tank BMP-3F asal Rusia untuk pasukan Korps Marinir dan kapal perang.

"Sebelumnya, Korps Marinir sudah mendapatkan 17 unit tank BMP-3F dan akhir tahun ini akan ditambah lagi 37 unit. Tahun depan, sejumlah pesanan alutsista lain datang lagi," ujarnya.

Laksamana Marsetio menambahkan Mabes TNI AL telah memesan sejumlah peralatan tempur dari industri strategis di dalam dan luar negeri, antara lain tiga kapal selam dari Korea Selatan, empat kapal LST (Landing Ship Tank) dari PAL, dan kapal Fregat (Inggris).

Selain itu, masih ada kapal cepat rudal, kapal hidrografi, helikopter antikapal selam, dan kapal latih Kadet AAL pengganti KRI Dewaruci yang usianya sudah tua.

"Kekuatan tempur TNI AL baik untuk kapal, Marinir maupun pangkalan udara akan dilengkapi secara bertahap sesuai program MEF (Minimum Essential Forces)," tambah KSAL.

Ia menambahkan pengadaan peralatan tempur baru itu untuk mendukung tugas-tugas TNI AL yang semakin berat dan kompleks dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terutama wilayah perairan.

Sementara untuk kegiatan Latgab TNI Tingkat Divisi tahun 2013 yang berlangsung 2-5 Mei di Situbondo, Jatim, TNI AL mengerahkan sebanyak 42 kapal perang dari berbagai jenis, tank amfibi, helikopter, pesawat Cassa dan Bolcow, serta sejumlah persenjataan tempur (roket dan meriam).

Sedangkan jumlah personel TNI AL dari berbagai unsur kesatuan yang terlibat latihan lebih kurang 6.500 prajurit, dari total 16.745 prajurit TNI yang ikut latgab. (TGR/ANT)

Sumber : theglobal-review.com
»»  READMORE...

PT DI AKAN MENGERJAKAN PESAWAT PESANAN VIETNAM





Vietnam ternyata telah memesan lima CN-295 dari Airbus Military, namun kemudian dikurangi menjadi tiga (photo : Kaskus Militer)

NAY PYI TAY -  PT Dirgantara Indonesia berharap, pesanan Vietnam terhadap tiga unit pesawat jenis CN-295 dari Airbus Military, dapat dikerjakan oleh PT Dirgantara Indonesia.
 

Langkah ini juga akan menguntungkan Vietnam.
 

"Vietnam telah memesan lima unit CN-295 dari Airbus Military, namun belakangan dikurangi jadi tiga. Sampai sekarang pesanan itu belum dikerjakan oleh Airbus Military," kata Direktur Niaga PT Dirgantara Indonesia, Budiman Saleh, Selasa (28/5/2013) di Nay Pyi Taw, Myanmar.
 

Budiman menjadi salah satu anggota rombongan road show CN 295 yang dipimpin Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin ke enam negara Asean.
 

Setelah kemarin di Vietnam, hari ini rombongan berada di Nay Pyi Taw, Myanmar.
 

Ketika bertemu dengan Sjafrie pada Senin (27/5/2013) di Hanoi, Vietnam, Menteri Pertahanan Vietnam Jenderal Phung Quang Thanh, menyatakan, negaranya membutuhkan pesawat terbang yang mampu menerjunkan pasukan, mengangkut pasukan, punya daya angkut maksimal 10 ton, dan memiliki pintu di bagian belakang.
 

Secara eksplisit, Phung Quang lalu menyatakan ketertarikannya dengan CN-295 yang memenuhi kualifikasi pesawat yang dibutuhkan negaranya tersebut.
 

Menurut Budiman, pengalihan produksi pesawat CN-295 pesanan Vietnam dari Airbus Military ke PT Dirgantara Indonesia amat dimungkinkan karena sudah ada kolaborasi antara Airbus Military dan PT Dirgantara Indonesia untuk memproduksi pesawat tersebut.
 

Indonesia juga ditunjuk sebagai main dealer pesawat itu untuk kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.
 

Ada sejumlah keuntungan bagi Indonesia dan Vietnam jika pesawat itu diproduksi di PT Dirgantara Indonesia.
 

"Jika dibuat di Indonesia, 50 persen dari komponen pesawat tersebut, yaitu bagian sayap, dibuat di Indonesia. Untuk Vietnam, mereka juga akan dimudahkan dalam pemeliharaan karena kami punya pusat pemeliharaan CN-295 di Bandung. Jika ada kebutuhan suku cadang, hanya butuh waktu sekitar empat jam untuk mengirimkannya ke Vietnam," jelas Budiman.
 

 Berikut Foto dari Kenyo10 (kaskuser)


  ● Kompas  
»»  READMORE...

Monday, May 27, 2013

Helikopter Serang Agusta A 129 Mangusta Lightweight


Italian army operates 45 Augusta A 129 Mangusta lightweight attack helicopters

Entered service
1990
Crew
2 men
Dimensions and weight
Length
14.29 m
Main rotor diameter
11.9 m
Height
?
Weight (empty)
2.5 t
Weight (maximum take off)
4.1 t
Engines and performance
Engines
2 x Piaggio (Rolls-Royce) Gem 2-2 Mk 1004D turboshaft engines
Engine power
2 x 825 hp
Maximum speed
259 km/h
Combat radius
100 km
Armament
Cannon
1 x 20-mm cannon; can carry podded 12.7-mm machine guns
Missiles
8 x TOW-2A anti-tank missiles
Other
52 x 70-mm or larger 81-mm Medusa rockets
   Conceived in response to an Italian Army requirement of the mid-1970s, the A 129 Mangusta (Mongoose) was the first dedicated attack helicopter to be designed, built and deployed by a European country. 

It was also the first in the world to be built around an advanced MIL-STD 1553B digital databus, which allows a high degree of automation, considerably reducing the crew workload. 
The first A 129 prototype made its official maiden flight on 15 September 1983 at Cascina Costa (although it had already taken to the air twice before on 11 and 13 September).
   The original Italian requirement had been for 100 Mangustas in distinct anti-tank and scout versions, but as the threat of all-out war in Europe receded, the final order was cut back to 60 A 129s. In the event, a total of 45 A 129s was delivered to AVES (Aviazone Escercito - Italian army aviation) between October 1990 and 1992, when production was stopped.
   Funding problems, and changing operational needs, forced the Italian army to re-evaluate its requirement for dedicated anti-tank helicopters. The need for a more multi-role helicopter was reinforced when Mangustas were deployed on UN peacekeeping duties to Somalia between 1992 and 1994. The Mangusta's primary TOW missile armament left it inflexible where combat against tanks was not a priority mission. 

Hence, Agusta has developed the Mangusta International, which features an undernose 20-mm cannon, uprated 1 362-shp (1 016-kW) AlliedSignal LHTEC CTS800-2 engines and a five-bladed main rotor system. This aircraft also retains the HeliTOW target acquisition system, making it a highly versatile combat helicopter. The Italian army began to receive Mangusta in International form in 2002 with Rolls-Royce engines. Furthemrore in 2002 Italian helicopter manufacturers were awarded a contract to upgrade all operational Mangustas to the International standard, which is also being actively marketed for export.

»»  READMORE...

Angkatan Darat Iran Terima Rudal Anti-Armor Baru


Panglima Angkatan Darat Iran Brigadir Jenderal Ahmad Reza-Pourdastan mengkonfirmasikan pasukan negara ini kini dilengkapi dengan rudal anti-baja produksi dalam negeri.

Dalam beberapa tahun terakhir, Iran mengukir prestasi besar di sektor pertahanan dan mencapai swasembada dalam memproduksi peralatan militer dan sistem penting.

"Pasukan Angkatan Darat Iran beberapa waktu lalu menerima rudal anti-baja baru berkemampuan tinggi dan secara khusus digunakan untuk [target] tank-tank dengan pelindung baja reaktif yang tahan terhadap serangan rudal biasa," katanya.

Pejabat tinggi militer Iran itu mengatakan bahwa Angkatan Darat Iran juga menerima sejumlah peralatan militer produksi dalam negeri termasuk, sistem radar serta dua jenis kendaraan taktis, yang secara signifikan meningkatkan kemampuan pertahanan negara.

Pourdastan menambahkan bahwa sejumlah peralatan militer terbaru termasuk kendaraan angkut personel, diuji selama manuver Beit-ul-Muqaddas 25 yang digelar di Propinsi Isfahan.(IRIB Indonesia/MZ)
»»  READMORE...