News in Picture

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sunday, November 2, 2014

Tambahan 4 Kapal Selam U-214s, TNI AL Makin Gahar

Greece Financial Crisis Pictures & Photos
Pada hari Senin 21 September 2009, ThyssenKrupp Marine memberitahu Menteri Pertahanan Yunani bahwa itu membatalkan "The Archimedes Project" kontrak untuk 4 U-214 kapal selam diesel-listrik dengan teknologi Propulsion Air-Independent, karena pembayaran pemerintah itu tetap di bawah air terlalu panjang. Akumulasi tunggakan pembayaran lebih dari EUR 520 juta (kemudian $ 767.000.000), dan sebagainya ThyssenKrupp dan anak perusahaan Hellenic Shipyards mencari arbitrase internasional, dalam rangka untuk memulihkan beberapa pembayaran karena di bawah kontrak.

German submarine type 214
Pembangunan itu hanya bab terbaru dalam saga panjang dan berkelanjutan. Jika masalah tetap tidak terselesaikan, atau arbitrase mengakibatkan pembayaran terminasi tapi tidak ada pengiriman, Yunani mungkin telah menemukan sendiri tanpa kekuatan kapal selam. Sebuah resolusi itu tiba di, tapi gagal eksekusi oleh Hellenic Shipyards telah meninggalkan armada kapal selam Yunani masa depan dalam limbo, bahkan saat investigasi dan uji coba mengirim mantan pejabat Yunani ke pengadilan dan penjara karena korupsi yang terkait dengan pembelian.

German submarine U34, Class 212

Indonesia dan Jerman tandatangani Memory of Understanding (MoU) di bidang pertahanan, Senin, 27 Pebruari 2012 selain pembelian Tank MBT Leopard 2A7 juga termasuk 4 unit Kapal Selam Diesel elektrik U-214s yang merupakan pesanan AL Yunani. Melihat pembelian ini tidaklah mengherankan, dimana Indonesia sudah familier dengan kapal selam dari Jerman yakni U-209 yang telah memperkuat TNI AL selama ini. Dan jangan lupa berita terbaru mengenai upgrade kapal selam U-209 ke Jerman langsung dan tidak lagi ke Korea Selatan merupakan momen untuk mengirim U-214s ke Indonesia. Jadi jangan kaget bila sewaktu-waktu kapal ini muncul di perairan Indonesia mengingat barangnya ready stock.

»»  READMORE...

Pabrik Propelan Indonesia - Prancis Siap Beroperasi 2018



Propelan merupakan bahan baku pembuata amunisi, roket dan peluru kendali, akan diproduksi bersama oleh  Indonesia dan Perancis di Subang dan akan beroperasi tahun 2018 (photo : Roxel)

Indonesia Menuju Kemandirian Industri Propelan

Jakarta, DMC –  Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang industri pertahanan, Kemhan melalui PT Dahana (Persero) telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk membangun pabrik propelan bersama dengan mitranya dari Perancis yaitu Eurenco dan Roxel France.  Pembangunan pabrik ini merupakan wujud dari program nasional Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) menuju pada kemandirian industri propelan melalui strategic partner.

Hal tersebut terungkap dalam jumpa pers yang di selenggarakan Pusat Komunikasi Publik Kemhan, Senin (26/5), yang dihadiri Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Kemhan sekaligus merangkap Kepala Sekretariat KKIP  Brigjen TNI Zaenal Arifin, S.IP, Staf Ahli KKIP Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim dan Direktur Utama PT Dahana (Persero) F. Harry Sampurno, P.hD, di Kemhan Jakarta.

Pabrik propelan yang akan dibangun terintegrasi dengan PT Dahana ini akan menjadi pabrik pertama berdiri di Indonesia yang memproduksi propelan dimana sebelumnya BPPT/Lapan hanya membangun laboratorium penelitian propelan (research and development). Selama ini untuk memenuhi kebutuhan propelan, Indonesia masih menggantungkan propelan produksi Belgia. “Penghematannya jelas signifikan, kurang lebih kalau diperkirakan dengan proyeksi 5 tahun ke depan mendekati angka Rp1 triliun per tahunnya, sehingga ini salah satu hal yang istimewa," ujar Staf Ahli KKIP ini.

Proyek yang dibangun diatas tanah seluas 50 ha tersebut dibangun dalam dua tahap pembangunan dimana tahap pertama akan dilakukan pembuatan nitrogliserin sebanyak 200 ton/tahun, Spherical powder (propelan double base untuk Munisi Kaliber Kecil/MKK) sebanyak 400 ton/tahun dan propelan double base rocket sebanyak 80 ton/tahun.

Sementara itu tahap kedua pembangunan akan dilakukan pembuatan propelan komposit sebanyak 200 ton/tahun, rocket motor sebanyak 8000 rounds/tahun,  propelan single base untuk MKB sebanyak 120 ton/tahun dan propelan double base untuk MKB sebanyak 13 ton/tahun.

Pembangunan pabrik propelan yang menelan investasi sekitar € 400 juta dan direncanakan akan selesai dalam tahun 2018 diharapkan nantinya dapat memenuhi kebutuhan Indonesia akan bahan baku dalam pembuatan munisi, roket dan peluru kendali dalam lima tahun kedepan sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan Kemhan.

Sementara itu Dirut PT Dahana menyatakan bahwa pembangunan pabrik propelan di Subang tidak akan mengurangi defisit listrik di Pulau Jawa karena pabrik propelan ini tidak banyak menghabiskan energi listrik. “Energi listriknya tidak terlalu besar, dan kita menggunakan PLTA Jati Besar yang 2 tahun lagi, dan PLTA Subang yang 10 tahun lagi akan selesai," ungkapnya. (DMC)

Indonesia – Perancis Bangun Pabrik Propelan Bersama

Jakarta, DMC - Untuk membantu pemerintah Indonesia dalam memenuhi kebutuhan propelan dalam negeri, PT Dahana (Persero) bersama dengan Eurenco dan Roxel France telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pembangunan pabrik propelan di Subang, Jawa Barat. Penandatanganan MoU dilakukan Jumat (23/5) di Kemhan oleh Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dahana Heri Heriswan, Senior VP Business Development Jean Claude Bossy dan CEO Roxel France Jacques Desclaux dengan disaksikan Plt. Dirjen Pothan Kemhan Dr. Timbul Siahaan, Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Kemhan Brigjen TNI Zaenal Arifin, S.IP dan Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim.

Proyek pembangunan pabrik propelan seluas 50 ha yang akan dibangun di area PT Dahana, Subang Jawa Barat akan memakan waktu pembangunan kurang lebih empat tahun dimana proyek ini merupakan bagian dari program nasional yang ditetapkan dalam sidang KKIP pimpinan Presiden RI dengan ketua harian Menhan RI. Program nasional KKIP ini akan mendorong kemandirian bangsa Indonesia dalam memproduksi alat peralatan pertahanan dan keamanan. 

Penandatanganan MoU antara PT Dahana, Roxel France dan Eurenco selain wujud pemerintah Indonesia dalam mendorong kemandirian industri pertahanan dan kerjasama strategis Indonesia – Perancis, juga merupakan wujud dari perjanjian pertahanan antara Indonesia - Perancis khususnya di bidang industri pertahanan.  Mou  B to B (business to business) ini  akan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama yang akan ditandatangani oleh PT Dahana, Eurenco dan Roxel Perancis dengan harapan ground breaking akan dilaksanakan sebelum HUT TNI tanggal  5 oktober tahun ini . 

Produk yang dihasilkan nantinya akan diserap oleh industri pertahanan yang ada karena produk ini merupakan bahan baku untuk membuat peluru, roket, peluru kendali (missile), propelan untuk munisi kaliber kecil, menengah dan besar. Pabrik propelan  tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan propelan di Indonesia dengan kemampuan memproduksi antara lain nitrogliserin sebanyak 200 ton/tahun, Spherical powder (propelan double base untuk MKK) sebanyak 400 ton/tahun, propelan double base roket sebanyak 80 ton/tahun dan propelan komposit sebanyak 200 ton/tahun 

Eurenco merupakan perusahaan yang mengembangkan, memproduksi dan menyediakan aneka ragam bahan energetik untuk pertahanan dan pasar komersial. Sedangkan Roxel France sebagai perusahaan yang memiliki keahlian dalam bidang desain, pengembangan, produksi dan pemasaran motor roket dan peralatan terkait hardware dan perangkat ledak untuk semua jenis misil taktis, roket, guided airbone bombs, tactical or cruise weapons mengintegrasikan motor roket propelan padat, ramjet dan teknologi sensitif mesiu.  

Sementara itu PT Dahana (Persero), sebagai perusahaan milik negara yang bergerak di bidang industri bahan peledak, bersama dengan Eurenco serta Roxel France telah berkomitmen untuk saling membantu dan mendukung pemerintah RI dalam mempersiapkan pabrik propelan dan spherical powders di Indonesia.

(DMC)
»»  READMORE...

Perbedaan Sistem Operasi 32-bit dengan 64-bit

Perbedaan Sistem Operasi 32-bit dengan 64-bit
Saat ini komputer PC baik laptop maupun desktop yang menggunakan sistem operasi Windows umumnya tersedia dalam dua jenis, menggunakan Windows versi 32-bit atau versi 64-bit. Perbedaannya ialah jumlah informasi yang mampu ditangani oleh prosesor PC pada saat tertentu. Sedangkan komputer yang dirancang untuk sistem operasi 64-bit memiliki potensi kinerja komputer yang jauh lebih besar, sehingga memerlukan perubahan mendasar dalam merancang sebuah software untuk sistem operasi 64-bit.
Kata “bit” mengacu pada cara komputer menangani informasi dalam kode binary, dimana seluruh data dikenali sebagai serangkaian angka digit yang terdiri dari 1 atau 0. Masing-masing digit dihitung sebagai satu bit, yang artinya prosesor 32-bit dapat memproses 32 digit sekaligus.
Software untuk komputer dengan prosesor 32-bit termasuk sistem operasi seperti Windows, memiliki keterangan khusus untuk menyesuaikan dengan jenis prosesor, hal yang sama juga berlaku pada prosesor 64-bit. Microsoft memproduksi Windows XP dan Vista edisi 32-bit dan 64-bit dan melakukan hal yang sama pada Windows 7.
Ada pula batasan matematis yang signifkan terhadap dua jenis prosesor. Prosesor 32-bit hanya dapat bekerja dengan kapasitas memori maksimal mencapai 4GB dan ini biasanya dibatasi 2GB untuk setiap satu DIMM memory. Sementara prosesor 64-bit secara teori, dapat bekerja dengan kapasitas memory hingga 17 juta GB. Prosesor 64-bit juga mampu menangani tugas hingga dua kali lebih cepat.
Keterbatasan memori untuk prosesor 32-bit mulai terlihat jelas ketika Windows Vista, yang memerlukan memory kapasitas besar dan kerap kesulitan menjalankan beberapa program secara bersamaan, bahkan bila menggunakan memory dengan kapasitas penuh hingga 4GB sekalipun.
Sebelumnya, mustahil setiap satu program memerlukan lebih dari 2GB memori, namun beberepa video game moderan kini telah melebihi batas tersebut. Alasan inilah yang membuat prosesor 64-bit menjadi sangat pupuler, sehingga jumlah pelanggan yang tertarik untuk membeli sistem operasi 64-bit makin meningkat.
Windows edisi 64-bit dapat menjalankan sebagian besar software yang dirancang untuk edisi 32-bit melalui modus kompatibitas khusus, namun hasilnya bisa sangat bervariasi. Menggunakan sistem operasi 64-bit juga bisa menimbulkan sedikit masalah pada driver, yang merupakan bagian kecil software untuk mengkordinasi setiap perangkat hardware dengan sistem operasi. (fahrur)
»»  READMORE...

Thursday, October 30, 2014

Perkembangan Roket Indonesia

Roket R-Han 122 dengan Rear Control Surface
Roket R-Han 1212 dengan Rear Control Surface
rhan-jkgr-2
Rear Control Surface R-Han 1212
rhan-jkgr3
rhan-jkgr-4
Kendaraan Pengangkut Multi Roket R-Han 1212
Pemerintah melalui Konsorsium Roket Nasional terus mengembangkan roket Rhan-1212. Selain di kendaraan darat, roket ini ke depannya juga akan dipasang di kapal-kapal perang Indonesia.
Konfigurasi roket ini terus dikembangkan dan disempurnakan, termasuk propulsion dan rear control service. Konsorsium Roket Nasional juga terus mengembangkan IR Seeker, Antenna, Illuminator Electronic, processor, baterai dan warhead roket, yang kedepannya diharapkan menjadi peluru kendali. Semuanya untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap roket/ rudal dari luar negeri. Selain itu, biaya produksi roket/rudal di dalam negeri, lebih murah. (JKGR).
»»  READMORE...

Up to RM6bil for Fighter Jets?


RMAF MiG-29N (photo : ftpmirror)

KINIBIZ- The Royal Malaysian Air Force (RMAF), which is looking to replace its fleet of 18 Russian-made Mikoyan-29N Fulcrum jet fighters, will soon be accepting tenders for multi-role combat aircraft (MRCA) from defence aviation companies.

Industry sources told KiniBiz that Malaysia is going to accept proposals soon, though Defence Minister Hishammuddin Hussein has stated that Malaysia has not made any decision on whether or not to replace the ageing MiG-29N Fulcrums in RMAF’s fleet.

At an average cost of around US$100 million (RM322 million) per fighter with supporting equipment, maintenance, and training, the cost of 18 fighters is likely to be around RM6 billion, sources said.

In March last year, Malaysia had shortlisted five fighter jets as potential replacements for the flagging MiG-29Ns: the Eurofighter Typhoon by the European consortium of BAE Systems, European Aeronautic Defence and Space Company (EADS) and Finmeccanica; the French-based Dassault Aviation’s Rafale; Boeing’s F/A-18E/F Super Hornet; the Russian-made Sukhoi-30 Flanker-C, and Swedish firm Saab’s JAS-39 Gripen.
»»  READMORE...

Menjadi 'World Class Navy', Masa Depan TNI AL


KRI pada HUT TNI 69

TNI Angkatan Laut (TNI AL) menyatakan komitmennya untuk menjadi "world class navy". Langkah itu penting mengingat Indonesia merupakan negara maritim yang besar. Komitmen tersebut semakin kuat seiring niat Presiden RI Joko Widodo yang ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

"Kita banyak mengirim perwira kita ke dalam dan luar negeri untuk mengambil ilmu akademis yang mendukung kemampuan ketentaraan seperti ke AS dan Australia. Menteri Pendidikan juga memberikan dukungan 100 prajurit melanjutkan studi S2 dan S3 untuk TNI AL," kata Kadispenal Laksma TNI Manahan Simorangkir, Selasa, 28 Oktober 2014, dilansir Media Indonesia.

Menurut Kadispenal, sejumlah upaya terus dilakukan oleh TNI-AL untuk mencapai tujuan tersebut. Mulai dari pembenahan operasional, peningkatan kapasitas SDM, hingga pembenahan di sektor-sektor lainnya.

Pengakuan TNI AL sebagai "world class navy" juga muncul dari berbagai pihak, termasuk dari Angkatan Laut AS (US Navy). Apalagi, selama ini TNI AL selalu turut serta dalam berbagai kegiatan angkatan laut level internasional seperti di Lebanon, Australia, dan negara-negara lainnya.

TNI AL juga terus berupaya memenuhi standar kebutuhan pokok minimum dan kelayakan alutsista hingga tahun 2026 mendatang. "Itu kampanye kita di laut meskipun kurang mendapat publikasi serta tidak mudah untuk melakukan reportase apa yang telah kita perbuat," kata Kadispenal. ''TNI-AL berharap pemenuhan alutsista yang telah dipelopori mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dapat diteruskan,'' tuturnya.

Sebelumnya, KASAL Laksamana TNI Dr. Marsetio melakukan pertemuan bilateral dengan U.S. Secretary of the Navy (Menteri Angkatan Laut Amerika Serikat) di JW Marriot Hotel, Medan, Sumatera Utara,  Sabtu malam, 25 Oktober 2014. Dalam pertemuan tersebut dibahas berbagai topik, termasuk pentingnya hubungan kerja sama yang baik antara US Navy dan TNI AL, serta potensi kerja sama militer di masa mendatang.

Sumber: Media Indonesia
Gambar: ANT/Suryanto 
»»  READMORE...

C Sword 90, Korvet Siluman Baru dari Prancis



C Sword 90

Galangan kapal Prancis CMN (Constructions Mecaniques de Normandie) meluncurkan korvet siluman C Sword 90 dalam pameran angkatan laut Euronaval di Paris pekan ini. Korvet siluman ini adalah satu dari tiga kapal desain baru yang diluncurkan oleh CMN. Ketiganya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan angkatan laut dunia untuk mendukung misi yang semakin kompleks baik di perairan pesisir maupun laut dalam.

Korvet C Sword 90 memiliki bentuk yang unik, formasi lambung yang inovatif dan desain suprastruktur permukaan miring, dan peralatan yang sangat terintegrasi. Korvet ini dikembangkan dengan bekerjasama dengan arsitektur angkatan laut Thierry Verhaaren, yang juga merancang kapal rudal Baynunah untuk Uni Emirat Arab. C Sword 90 didesain untuk beroperasi di laut dalam, littoral dan kawasan pesisir. Lambungnya terbuat dari baja dan suprastruktur terbuat dari baja dan aluminium.

Korvet multiperan ini diklaim memiliki daya serang tinggi dan paket sensor lengkap untuk misi intelijen, pengawasan dan pengintaian, dan misi ESM/Comint electronic surveillance dan peperangan elektronik. Sensor generasi barunya terdiri dari empat panel datar yang terpasang pada suprastruktur atas. C Sword 90 juga dikonfigurasi untuk mendukung pengoperasian beberapa sistem senjata dengan fungsi fire control. Bridge control dan sistem komunikasi yang terintegrasi membantu mengotomatisasi banyak prosedur sehingga mengurangi beban kerja awak.

C Sword 90
Selain untuk misi maritim, seperti misi anti kapal permukaan dan kapal selam, korvet ini juga didesain untuk mendukung operasi pasukan darat dari laut. Selain itu korvet ini juga dilengkapi dengan dua kontainer untuk menyimpan muatan tambahan, seperti senjata, kargo, atau perlengkapan lainnya. C Sword 90 dibekali dek belakang yang luas untuk mengakomodasi pengoperasian satu helikopter 10 ton dan UAV, baik di siang maupun malam hari.  

Desain korvet ini dioptimalkan untuk mampu bertahan dan stabil pada kecepatan maksimal 28 knot, dan jangkauan sejauh 7.000 mil dengan kecepatan rata-rata 12 knot. Lambungnya yang unik juga memberikan ketahanan dan kestabilan saat beroperasi di angin kencang dan kondisi laut kasar.
Senjata korvet ini terjadi dari satu senjata utama 76 mm atau 57 mm yang dipasang pada bagian depan dan dua stasiun senjata remot kontrol pada port dan sisi kanan (20 mm atau 30mm). Kapal ini juga dilengkapi dengan delapan peluncur rudal anti kapal MM40 Exocet ditambah peluncur vertikal rudal anti udara. Sistem decoy juga dilengkapkan sebagai alat pertahanan diri.

C Sword 90 merupakan kapal angkatan laut terbesar yang dibangun oleh CMN, satu dari tiga desain baru yang diresmikan di Euronaval. Kapal lainnya adalah Ocean Eagle trimaran, yang didesain sebagai kapal patroli atau pemburu ranjau dan varian baru dari kapal rudal Combattante.

C Sword 90

Peran

> Patroli pesisir dan lepas pantai, misi intelijen, pengintaian dan pengawasan
> Misi penegakan hukum
> Integrasi ke gugus tugas angkatan laut untuk anti kapal selam dan anti kapal permukaan
> Monitoring dan pengawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
> Operasi stabilisasi dan penyerangan
> Dukungan untuk operasi angkatan darat
> Pengoperasian helikopter 10 ton.

Karakteristik utama

> Panjang: 95 m
> Panjang waterline: 92 m
> Diameter: 15,7 m
> Diameter waterline: 12,7 m
> Draught maksimum: 4 m
> Kecepatan maksimum: 28 Knot
> Jangkauan pada 12 knot: 7.000 NM
> Kru: 65
> Additional berth: 20
> Bahan Bakar: 170 m3
> Air tawar: 30 m3
> Lambung: Baja
> Suprastruktur: Baja/Aluminium
> Klasifikasi: Bureau Veritas.

Peralatan utama dan pelengkap

> Tiga generator utama
> Satu genset darurat
> Dua mesin diesel penggerak
> Dua Controlled Pitch Propellers (CPP).

Kinerja dan fitur unggulan

> Kecepatan maksimum hingga 28 knot
> Jangkauan operasi 5000 NM dengan kecepatan 14 knot atau 7000 NM dengan kecepatan 12 knot
> Daya tahan di laut lebih lama
> Perawatan mudah
> Inversed stem untuk meningkatkan efisiensi propulsi dan penjagaan laut
> Multiperan, sesuai dengan modul misi yang diintegrasikan
> Mampu beroperasi di cuaca buruk dan laut yang kasar
> High autonomy karena hematnya konsumsi bahan bakar
> Mampu membawa muatan tambahan dengan dua kontainer
> Pengoperasian helikopter platform Level 1 Class 3 (siang & malam)
> Pengoperasian UUV, UAV dan SUV.

Sistem misi khusus

> Satu CMS dengan Tactical Data Link
> Satu Naval Radar generasi baru  (4 fixed array panels)
> Satu Sistem SSM (8 rudal)
> Satu Sistem SAM (16 rudal peluncuran vertikal)
> Dua Short Range Air Defence Missile Systems
> Satu Fire Control Radar
> Satu Electro-optical dan fire control System
> Satu R-ESM System dan satu C-ESM System
> Satu senjata utama: 76 mm atau 57 mm
> Dua senjata sekunder 20 mm (30 mm sebagai opsi)
> Satu sistem peluncur decoy
> Satu Integrated Naval Communication System
> Satu Integrated Bridge Control System (IBCS)
> Satu towed sonar module
> Satu hull mounted sonar
> Dua triple-tube torpedo launcher
> Dua 11m high speed RHIB with dedicated davits.
source:artileri.org
»»  READMORE...

MENHAN TARGETKAN INDONESIA PRODUKSI PESAWAT PENGINTAI

Kerjasama dengan Korea Selatan
UAV Lapan 

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) melakukan alih teknologi. Upaya itu bertujuan meningkatkan kemandirian Indonesia untuk memproduksi alat utama sisstem senjata (alutsista).

Dalam jangka waktu lima tahun, kata Menteri Pertahanan Jenderal TNI (purn) Ryamizard Ricudu di Jakarta, Rabu (29/10/2014), Indonesia akan memproduksi sendiri pesawat pengintai. Indonesia menggandeng Korea Selatan dalam produksi tersebut.

Menurut mantan Kepala Staf TNI AD (KSAD) itu, alih teknologi di bidang pertahanan perlu untuk memenuhi kebutuhan pengamanan Indonesia. Tujuannya yaitu menjaga kedaulatan NKRI.

Namun ia belum dapat memastikan keinginan Presiden Joko Widodo untuk membeli pesawat tanpa awak. Untuk saat ini, akunya, pengawasan pertahanan Indonesia masih mengandalkan kamera satelit.[RRN]
source: abarky

»»  READMORE...