Peluru kendali (disingkat:
rudal),
peluru berpandu atau
misil adalah senjata
roket militer yang bisa dikendalikan atau memiliki sistem pengendali otomatis untuk mencari target atau menyesuaikan arah. Dalam penggunaan sehari-hari, istilah "misil" merujuk kepada roket dengan sistem kendali, sedangkan "roket" digunakan untuk roket tanpa sistem kendali. Perbedaan utama di antara dianggap sangat sedikit selain perbedaan sistem kendali.
Peluru kendali balistik
Jenis peluru kendali
Peluru kendali balistik adalah peluru kendali yang memakai lintasan
trayektori yang ditentukan oleh
balistik dalam sistem pengirimannya. Peluru kendali ini hanya dikendalikan dalam masa peluncuran saja. Peluru kendali balistik yang pertama adalah
roket V-2 yang dikembangkan oleh
Nazi Jerman pada
1930-an dan
1940-an atas instruksi dari
Walter Dornberger. Peluru kendali balistik dapat diluncurkan dari lokasi tetap seperti
silo misil,
kendaraan peluncur,
pesawat,
kapal atau
kapal selam. Tahap peluncuran dapat berlangsung dari puluhan detik sampai beberapa menit dan dapat terdiri sampai dengan tiga tingkat roket. Trayektori rudal balistik terdiri dari tiga tahap yaitu tahap peluncuran, tahap terbang bebas dan fase memasuki kembali atmosfer Bumi.
Peluru kendali jelajah
Peluru kendali jelajah adalah peluru kendali yang memakai
sayap dan menggunakan
jet sebagai tenaga penggerak. Peluru kendali jelajah intinya adalah bom terbang. Peluru kendali jelajah dirancang untuk membawa
hulu ledak konvensional dalam jumlah besar atau nuklir dan dapat menjangkau ratusan mil dengan tingkat akurasi tinggi. Peluru kendali jelajah modern dapat terbang mencapai kecepatan
supersonik atau di atas
subsonik, menggunakan sistem kendali otomatis dan terbang pada ketinggian rendah untuk menghindari
radar. Rudal jelajah pertama yang dikembangkan adalah
Kettering Bug yang dikembangkan oleh
Amerika Serikat pada
1917 untuk digunakan dalam
Perang Dunia I. Rudal ini terbang lurus untuk waktu yang telah ditentukan sebelumnya kemudian sayapnya akan dilepaskan untuk kemudian badan rudal yang mengandung hulu ledak jatuh menghujam tanah. Rudal ini tidak pernah digunakan dalam perang karena Perang Dunia I selesai sebelum rudal ini dapat digunakan. Rudal jenis ini yang terkenal antara lain adalah
BGM-109 TomahawkAS yang dapat mencapai jangkauan 1.100 km.
Peluru kendali anti-kapal
Contoh peluru kendali anti kapal :
- Boeing Harpoon (USA) - 221 kg warhead, 93-315 km range depending on platform
- C-802/YJ-82 CSS-N-8 'Saccade' (China) - 165 kg warhead, 500+ km range
- Exocet (France) - 165 kg warhead, 70-180 km range
- RBS-15 (Sweden) - 200 kg warhead, 200 km range
- Sea Eagle (UK) - 230 kg warhead, 110+ km range
- Kh-35 (Rusia) - 1645 kg warhead, 130 km range
Peluru kendali darat ke udara
RIM-116 Rolling Airframe Missile Launcher.
Peluru kendali darat ke udara adalah peluru kendali yang diluncurkan dari darat untuk menghancurkan
pesawat. Istilah terkenal untuk rudal jenis ini adalah SAM yang merupakan singkatan dari rudal
darat ke
udara dalam
bahasa Inggris yaitu
suface-to-air missile. Rudal darat ke udara dapat diluncurkan dari lokasi tetap atau
kendaraan peluncur. SAM terkecil yang dikembangkan oleh
Uni Soviet dapat dibawa dan diluncurkan oleh seorang
tentara. SAM juga dapat diluncurkan dari kapal, contoh dari jenis ini adalah
Aegis.
Peluru kendali udara ke udara
Peluru kendali udara ke udara adalah rudal yang dipasang di pesawat terbang dengan target menghancurkan pesawat musuh. Rudal udara ke udara yang terkenal antara lain adalah
AIM-9 Sidewinder buatan
Amerika Serikat. Rudal jenis ini dapat mendeteksi target dengan menggunakan pelacak radar,
inframerah atau
laser. Rudal udara ke udara umumnya berbentuk panjang, silinder tipis untuk mengurangi efek gesekan pada kecepatan tinggi. Rudal ini umumnya digerakkan oleh satu atau lebih
roket berbahan bakar padat atau cair.
MBDA Meteor buatan
Britania Raya menggunakan
ramjet dan dapat mencapai kecepatan
Mach 4.
Peluru kendali anti-tank
Peluru kendali anti-balistik
Peluru kendali anti-satelit
Peluru kendali anti-satelit adalah rudal yang memiliki fungsi untuk menghancurkan
satelit buatan musuh. Rudal jenis ini antara lain adalah
Anti-satellite weapons (ASAT) yang diluncurkan dari pesawat. Rudal jenis ini relatif masih dalam tahap pengembangan.
Joint Direct Attack Munition (id:Mesiu Serangan Langsung Gabungan)
JDAM adalah perlengkapan pemandu yang mengubah bom gravitasi tak berpandu, atau "bom bodoh", menjadi mesiu "pandai" di segala cuaca. Perlengkapan JDAM bom adalah digunakan untuk memandu pada target dengan suatu sistem pemandu inersial terintegrasi yang dipasangkan sebuah penerima Global Positioning System (GPS) untuk menambah akurasi, memberikan daerah peluncuran lebih dari 15 nautikal mil (28 km) dari titik peluncuran.
Varian JDAM :
Torpedo
VA-111 Shkval. Kecepatan torpedo ini dapat mencapai 200 knots (370 km/h).
Senjata roket anti kapal selam UUM-44 SUBROC.
Peluru kendali ini diluncurkan oleh
kapal selam dari dalam
laut.
Torpedo adalah
proyektil berpenggerak sendiri yang diluncurkan dari atas permukaan atau di bawah permukaan air yang kemudian meluncur di bawah permukaan air, dirancang untuk meledak pada kontak atau jarak tertentu dengan target. Torpedo dapat diluncurkan dari
kapal,
kapal selam,
helikopter,
pesawat dan
ranjau laut. Beberapa contoh torpedo modern antara lain
MK 48 AS yang diluncurkan dari tabung torpedo kapal selam dan menggunakan
sonar pasif atau aktif, serta
VA-111 Shkval buatan Rusia yang menggunakan efek
superkavitasi dapat mencapai kecepatan 200
knot atau 370 km/jam.
Pemandu peluru kendali
Pemandu radar
Sistem pemandu radar umumnya digunakan untuk rudal jarak menengah atau jauh dimana sinyal inframerah target umumnya terlalu lemah untuk dilacak detektor inframerah. Ada dua macam rudal berpandu radar yaitu aktif dan semi-aktif. Rudal dengan sistem pemandu radar aktif mempunyai sistem radarnya sendiri untuk mendeteksi dan melacak targetnya. Tetapi ukuran dari antena radar dibatasi oleh diameter rudal yang kecil sehingga membatasi jangkauan deteksi rudal. Untuk mengatasi hal tersebut, rudal harus memiliki cara lain (umumnya sistem pemandu inersial) untuk mendekati target sebelum mengaktifkan radarnya. Rudal berpandu radar semi-aktif adalah lebih umum. Rudal jenis ini mendeteksi energi radar yang dipancarkan dari target. Sinyal radar dipancarkan oleh pesawat penembak. Dengan ini berarti pesawat penembak harus menjaga penguncian target sampai dapat dijangkau rudal, sehingga membatasi daya manuver pesawat penembak yang dapat membahayakan pesawat seiring dengan ancaman musuh. Rudal jenis ini juga lebih gampang dikacaukan (jamming) karena jarak pesawat penembak ke target lebih jauh dibandingkan jarak target ke rudal. Rudal berpandu radar dapat diatasi dengan manuver terus menerus yang mengakibatkan penguncian yang terhenti, menyebarkan chaff atau menggunakan electronic counter-measures.
Pemandu inframerah
Sistem pemandu inframerah akan melacak panas yang dihasilkan pesawat musuh. Detektor inframerah pada awalnya memiliki tingkat sensitivitas rendah sehingg hanya bisa melacak panas yang dihasilkan saluran pembuangan pesawat. Ini berarti pesawat penyerang harus bermanuver untuk dapat menembakkan rudal ketika berada di belakang pesawat musuh. Sinyal inframerah yang melemah ketika jarak makin menjauh juga menjadi kendala sistem lama. Rudal berpandu inframerah modern dapat mendeteksi panas dari bagian manapun dari pesawat musuh yang menjadi panas oleh adanya gesekan dengan udara. Hal ini membuat pesawat penembak tidak perlu bermanuver untuk mencari posisi di belakang pesawat musuh sebelum dapat melepaskan tembakan. Walaupun demikian hal ini tetap dapat memperbesar kemungkinan mengenai target. Untuk mengatasi rudal jenis ini, digunakan flare yang lebih panas dari pesawat sendiri sehingga rudal akan melacak panas yang lebih tinggi tersebut. Penelitian terkini mengembangkan alat laser yang dapat menghancurkan sistem pemandu inframerah di rudal. Rudal modern seperti ASRAAM menggunakan pencitraan inframerah sehingga rudal dapat “melihat” target (seperti sebuah kamera video digital) dan dapat membedakan antara pesawat dengan sumber panas seperti flare. Sistem ini juga memiliki sudut lebar sehingga pesawat penyerang tidak perlu harus berada dalam garis lurus dengan target untuk dapat dikunci. Pilot hanya perlu menggunakan helmet mounted sight (HMS) dan kemudian “melihat” targetnya sebelum melepaskan tembakan. Su-27 Rusia dilengkapi dengan sebuah sistem pencari dan pelacak inframerah dilengkapi dengan pengukur jarak laser untuk sistem HMS-nya. Untuk dapat bermanuver dari sudut tembak yang kurang memadai pada jarak pendek untuk mencari targetnya, rudal udara ke udara dilengkapi dengan pendorong vektor yang memungkinkan rudal untuk berputar arah.
Elektro-optikal
Elektro-optikal adalah sistem pemandu terbaru dalam pemandu misil. Salah satu rudal yang memakai pemandu elektro-optikal adalah Python-5 Israel.
No comments:
Post a Comment