News in Picture

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sunday, August 4, 2013

Marinir Siap Kirim Pasukan Ke Ambalat



Dalam rangka menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Korps Marinir TNI AL menyiapkan prajuritnya untuk dikirim ke daerah penugasan di wilayah Ambalat, pulau Sebatik, Kalimantan Timur.

Sebelum berangkat ke daerah penugasan di pulau Sebatik, Kalimantan Timur, Kompi Satgasmar Ambalat XVII dibawah pimpinan Kapten Marinir Ahmad Fauzi melaksanakan aplikasi latihan pratugas di daerah latihan Puslatpurmar-3 Grati, Pasuruan mulai tanggal 15 Juli hingga 4 Agustus 2013.

Sebelum melaksanakan latihan Pra Tugas di Grati, prajurit yang tergabung dalam Satgasmar Ambalat XV telah menerima pembekalan-pembekalan tentang kondisi geografi dan demografi, pengetahuan keimigrasian, pengetahuan hukum HAM dan Humaniter, pengetahuan hukum laut internasional, situasi keamanan saat ini di daerah perbatasan dan pengetahuan agama, adat istiadat serta bahasa yang dipakai masyarakat pulau Sebatik.


 
Sementra itu Letkol Marinir Agus Gunawan Wibisono selaku perwira pelaksana latihan mengatakan latihan Pra Tugas ini dengan tujuan menyiapkan personel yang tergabung dalam satuan tugas untuk melaksanakan penugasan operasi baik operasi tempur maupun operasi teritorial. 

Materi yang dilatihkan, lanjutnya, dibagi menjadi tiga tahap, tahap pertama diisi dengan pembekalan, tahap kedua diisi materi tehnik dan taktik dan tahap ketiga berupa aplikasi di lapangan, yaitu aplikasi menembak reaksi dengan materi latihan menembak TTO/TTD, menembak pistol, menembak SMB, menembak senjata Daewo, menembak GPMG, menembak Ultimax, menembak SPR, menembak GLM dan menembak malam, kemudian aplikasi Operasi Darat (Opssrat) dengan materi latihan pertahanan, patroli tempur, patroli penyelidik, raid, penyergapan bivak, pertempuran jumpa, penghadangan/anti penghadangan dan Pengepungan Penggeledahan Rumah (Pungdahmah). 

Selain itu juga dilatihkan aplikasi IMMP dengan materi latihan Kompas, Interseksi/Reseksi, peta Topografi, peta Geografi, dan GPS, dan yang terakhir yaitu aplikasi laut dengan materi latihan renang laut, Exersisi perahu karet, motoris, dayung, Longmalap, Sea Survival, Raid Amfibi dan Pendaratan Khusus (Ratsus).

“Satgasmar Ambalat XVII ini disiapkan untuk melaksanakan penugasan selama enam bulan di pulau Sebatik menggantikan Satgasmas Ambalat XVI yang saat ini berada di daerah penugasan,” tegasnya.


Lebih lanjut disampaikan bahwa selama melaksanakan latihan pratugas di Grati, tim dari Mabes TNI dibawah pimpinan Letkol Laut (P) Agus Prabowo melaksanakan peninjauan dan evaluasi latihan Pratugas Ambalat XVII didampingi pejabat dari Sops Pasmar-1 Letkol Mar Nurhidayat dan Letkol Mar Amir Kasman.





Sumber : Kormar
»»  READMORE...

Program Jet Tempur Turki Senilai US$ 50 Miliar Jadi Tanda Tanya



3 Desain TF-X Turki
Tiga Desain jet tempur TF-X Turki
Turki setidaknya harus mengeluarkan dana sebesar US$ 50 juta jika tetap ingin berniat melanjutkan rencananya untuk membuat 200 jet tempur dalam negeri, dan membeli 100 unit lebih jet tempur F-35 dari Amerika Serikat. Dan sayangnya jumlah dana yang fantastis tersebut bahkan belum termasuk biaya mesin untuk pembuatan jet tempur dalam negerinya.

Ketika Ankara berencana untuk mengembangkan sendiri alutsista udaranya, ini tentu rencana yang besar dan memang tidak ada yang menyangsikannya. Tapi ambisi turki yang ingin membangun jet tempur sendiri dan membeli jet tempur multinasional F-35 mungkin akan melampaui kapasitas pembiayaan Turki.

Pejabat industri pertahanan Turki memperkirakan bahwa untuk membangun delapan prototipe-nya saja dari pesawat tempur nasional Turki setidaknya akan memakan biaya lebih dari US$ 10 miliar.
"Setidaknya akan menghabiskan dana US$ 11 miliar hingga US$ 13 miliar," ujar seorang pejabat senior yang turut andil dalam program tersebut.

Mengenai harga dan jumlah final jet tempur Turki jika program itu berhasil, pejabat tersebut mengatakan: "Kami menargetkan US$ 100 juta per pesawat. Saya pikir 200 (unit) adalah angka yang realistis mengingat armada pesawat kami yang sudah tua yang segera akan memasuki phase out pada dekade depan."

Itu berarti Turki harus menghabiskan US$ 31 miliar hingga US$ 33 miliar untuk seluruh jet tempur mulai dari merancang, mengembangkan hingga memproduksi. Namun banyak analis independen berpendapat bahwa perhitungan Turki ini terlampau optimis.

"Kita tahu bahwa rencana Turki tersebut belum termasuk biaya mengembangkan mesin untuk pesawat tempurnya. Selain itu, saya pikir, US$ 100 juta per pesawat mungkin terlalu optimis mengingat kendala teknologi Turki, tingginya biaya industri dan fakta bahwa pendatang baru (dalam industri jet tempur) seperti Turki akan mengalami kemunduran, cobaan dan kesalahan selama proses secara keseluruhan," ujar seorang analis.

Sebelumnya Turki telah melalukan pembicaraan dengan Saab, industri dirgantara terkemuka Swedia, mengenai pekerjaan desain pra-konseptual untuk jet tempur nasional pertama negara itu. Saab sendiri adalah pembuat JAS 39 Gripen, jet tempur ringan multiguna bermesin tunggal. Jet tempur ini dibuat untuk menggantikan Saab 35 Draken dan 37 Viggen di Angkatan Udara Swedia. Jet tempur Gripen ini sendiri menggunakan mesin Volvo-Flygmotor RM12, turunan dari mesin General Electric F404, dan memiliki kecepatan tertinggi Mach 2.

100 Unit F-35 dari AS

Turki berharap jet tempur nasional yang dijuluki TF-X tersebut, akan bisa terbang pada tahun 2023, tepat 100 tahun Republik Turki. Perusahaan dirgantara utama Turki, TAI, telah mengonsep tiga desain jet tempur yang berbeda, dan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan lah yang kemungkinan akan memutuskan apakah akan terus maju dengan rencana ini pada pertemuan komite industri pertahanan akhir tahun ini.

Sementara itu, Turki, yang armada tempur udaranya terdiri dari pesawat-pesawat tempur buatan AS, juga berencana untuk membeli F-35 Joint Strike Fighter, jet tempur generasi kelima, hasil pengembangan program multinasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat.

Sebagian besar armada tempur udara Turki adalah F-16, yang telah diupgrade oleh Lockheed Martin, dan rencana pembelian Turki untuk F-35 kemungkinannya sangat besar mengingat pengaruh teknologi AS yang sudah melekat pada Turki. Pesawat tua Turki sendiri adalah F-4, diupgrade sendiri oleh Turki dan F-16 yang tertua juga diupgrade oleh Turki sendiri, setidaknya cukup "bersih" dari pengaruh teknologi AS. Tapi pesawat-pesawat tua ini akan segera dinonaktifkan pada tahun 2020.

Pejabat pengadaan Departemen Pertahanan Turki mengatakan Ankara berencana untuk membeli 100 F-35. Analis pertahanan memperkirakan total biaya yang dibutuhkan untuk itu adalah sekitar US$ 16 miliar (jika harga F-35 tidak naik lagi), itulah sebabnya dana yang dibutuhkan untuk memodernisasi armada tempur udara Turki di masa depan menjadi sebesar US$ 50 miliar (program TF-X plus F-35).





Sumber : Artileri
»»  READMORE...

Indonesia Perancis Sepakat Kerjasama Industri Pertahanan




Pemerintah Prancis, menyepakati sejumlah hal di bidang pertahanan dengan Pemerintah Indonesia setelah masing-masing Menteri Luar Negeri (Menlu) bertemu di Jakarta, Kamis (1/8/2013).

Menurut Menlu Indonesia, Marty Natalegawa dalam jumpa pers bersama dengan Menlu Prancis, Laurent Fabius, sejumlah hal yang disepakati bersama di bidang pertahanan, termasuk di bidang industri pertahanan.

"Menjaga perdamaian, bajak laut, industri pertahanan, dan kerjasama memperkuat minimum force TNI kita," ujarnya.
Namun Marty melihat perlunya dialog lebih lanjut dengan melibatkan pihak terkait, untuk menerapkan kesepakatan itu.
"Namun dialog ini akan terus berlanjut diantara dua negara yang memiliki hubungan strategis," katanya.
Kedua belah pihak juga menyambut pelaksanaan Dialog Pertahanan Indonesia-Prancis, yang sudah dilaksanakan pada April 2013, dalam prespektif kerjasama lebih dekat di bidang industri pertahanan






Sumber : Tribunnews
»»  READMORE...

Dahlan Iskan Akan Safari Indonesia Timur Dengan CN-295



Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan berjanji setelah lebaran atau pada tanggal 24 Agustus 2013 akan menjajal pesawat terbang CN295 buatan PT Dirgantara Indonesia (Persero). 

Langkah Dahlan naik pesawat yang dirakit dan diproduksi di Bandung, Jawa Barat ini merupakan bagian dari rangkaian safari ke wilayah Indonesia Timur.

"Saya nanti tanggal 24 Agustus akan naik CN295, safari ke Indonesia Timur, karena saya ngomongin CN295 tapi gak pernah naikin," ujar Dahlan di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (1/8/2013).

Dahlan menuturkan perjalanannya menuju Indonesia Timur dilakukan melalui Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta. Rute yang di tempuh yakni Jakarta-Jember-Sumbawa-Ende/Ruteng-Rote-Atambua kemudian balik ke Jakarta. Safari ke Indonesia Timur ini akan dilakukan selama 3 hari.

"Berangkat dari Halim, selama 3 hari, nanti tanggal 24 Agustus," tambahnya.

Selama safarinya, Dahlan akan menghadiri beberapa agenda yang sangat padat seperti melihat peternakan kelinci di Jember Jawa Timur, proyek Geothermal di Ende hingga ke Atambua NTT untuk melihat program penanaman sorgum.

"Jember liat kelinci, kacang kedelai, Sumbawa liat apa yang bisa diliat disana, kemudian Ende/Roteng melihat geothermal, Pulau Rote disana ada Bupati yang hebat sekali, Atambua mau lihat panen sorgum dan bioetanol, skalian mengecek hasil pengecekan SMK yang kita didik, pengecekan alat lalu baliknya lewat Pulau Komodo, terus Bali, terus Jakarta," jelasnya.

Mantan Dirut PLN ini pada safarinya ke Indonesia bagian Timur akan menyambangi Pulau Rote. Ia akan bertemu dengan Bupati Pulau Rote. Menurutnya Bupati Pulau Rote ini berani mengambil keputusan merevisi peraturan adat yang merugikan masyarakat.

"Karena Bupati ini berani melarang pesta adat yang memotong sapi hingga ratusan, ini yang menghambat pengentasan kemiskinan, dan hanya memperbolehkan satu pemotongan saja," terangnya.






Sumber : Detik
»»  READMORE...

AGUSTUS : INDIA SIAP LUNCURKAN KAPAL INDUK DALAM NEGERI



Seorang pejabat pemerintah India baru-baru ini mengatakan kepada wartawan bahwa kapal induk buatan dalam negeri pertama India Indigenous Aircraft Carrier (IAC) akan diluncurkan pada 12 Agustus 2013.



INS Vikrant
Ilustrasi INS Vikrant, kapal induk pertama buatan dalam negeri India (Foto : Cochin Shipyard)
Kapal induk yang berbobot 40.000 ton ini dinamai dengan INS Vikrant, dan saat ini masih dalam tahap penyelesaian di galangan kapal Cochin. Uji coba laut akan dilakukan setelah sepuluh bulan sejak diluncurkan pada Agustus nanti, dan baru akan siap operasional setelah lima tahun masa uji coba, menurut laporan Aviation Week.
Sebelumnya pemerintah India mengatakan bahwa kapal induk ini akan beroperasional secara penuh pada tahun depan (2014), namun karena kesulitan dengan pasokan dan gearbox kapal dalam pembangunannya maka kapal ditunda hingga 2018.

INS Vikrant dirancang sebagai kapal induk short-takeoff but arrested recovery (STOBAR) bertenaga konvensional. Pembangunan kapal induk berikutnya (ke-2) dalam program IAC yaitu INS Vishal, telah ditunda. Hal ini terkait rencana untuk mengembangkannya lebih lanjut menjadi kapal induk 65.000 ton (sebelumnya 40.000 ton) dengan catapult-assisted takeoff dan konfigurasi barrier arrested recovery(CATOBAR).
Laporan lain dari Aviation Week juga menyebutkan bahwa kapal induk INS Vikramaditya, 45.000 ton dan panjang 262 meter, yang sebelum diakuisisi India bernama Admiral Gorshkov dari kelas Kiev Rusia, saat ini masih dalam tahap akhir uji coba laut dan segera akan bergabung dengan kapal induk satu-satunya India saat ini yaitu INS Viraat, yang usianya sudah mendekati pensiun.
»»  READMORE...

Russia to buy Drones from the UAE



At IDEX 2012 ADCOM unveiled its newest and largest drone - United 40 Block 5. Few months later the drone made its first flight.
At IDEX 2012 ADCOM unveiled its newest and largest drone – United 40 Block 5. Few months later the drone made its first flight.

According to RIA Novosti The Russian military is planning to purchase aerial drones namely unmanned air systems (UAS) in the United Arab Emirates, i-hls reports.
“We are talking about at least two United 40 Block 5 models developed by the company ADCOM Systems,” the source, who preferred to remain anonymous, told RIA Novosti. United 40 is a medium-altitude, long-endurance unmanned aerial vehicle (UAV), designed to carry out near real-time combat assessment, special and reconnaissance operations and communications relays. The vehicle can carry up to 10 air-to-ground missiles with a delivery range of 60 kilometers and fly for up to 120 hours, according to the developer.
The United 40 Block 5 model was unveiled at this year’s IDEX arms show in Abu Dhabi in February, and made its first test light in March (see video below). Its estimated cost is $20-30 million range.
The Russian military stressed a need for advanced reconnaissance systems in the wake of a brief military conflict with Georgia in August 2008, when the effectiveness of Russian military operations was severely hampered by a lack of reliable intelligence. According to various estimates, the Russian military needs up to 100 UAS;s and at least 10 guidance and control systems to ensure effective battlefield reconnaissance. Immediately after the Georgian campaign Russia turned to Israel for unmanned systems, buying Searcher II and I-View tactical UAVs and Birdeye 400 mini drones from israel Aerospace Industries (IAI). However, Israel’s MOD denied the transfer of the larger, more sophisticated Heron I drone Moscow also needed.
Russian Defense Minister Sergei Shoigu said in June that aerial drones being developed in Russia for the military were inferior to similar foreign models. Russia has reportedly signed two UAS contracts with Israel. Under the first contract, signed in April 2009, Israel delivered two Bird Eye 400 systems (worth $4 million), eight I View MK150 tactical UAVs ($37 million) and two Searcher Mk II multi-mission UAVs ($12 million). The second contract was for the purchase of 36 UASs, worth a total of $100 million, was due for delivery in 2010. The shipment, however, has not been confirmed by the Russian Defense Ministry.
ADCOM Systems, a group of firms headquartered in Abu Dhabi, specializes in manufacturing UAS, aerial targets, air traffic control radar systems, and advanced communication systems. It is unclear what are the drivers for the Russian decision to buy the new drone. United 40 is the first large drone developed by ADCM and in its current state the drone is far from operational or relevant for learning lessons the Russians don’t already know.

»»  READMORE...

GMD Interceptor fails to hit missile target over the Pacific

Ilustrasi rudal intercept




Over the Pacific Ocean today the United States missed a long-range ballistic missile in an operationally realistic test with its first generation Ground-Based Interceptor (GBI) that is currently deployed to defend the United States against a target missile flown out of Kwajalein Atoll in the western Pacific.
The Ground-based Midcourse Defense (GMD) element of the U.S Ballistic Missile Defense System failed yesterday as a three-stage Ground-Based Interceptor (GBI) interceptor missile was fired from Vandenberg AFB in California failed to intercept a long-range ballistic missile target launched from the U.S. Army’s Reagan Test Site on Kwajalein Atoll, Republic of the Marshall Islands. During the test, a target missile was fired at 11:30 a.m. PDT; the interceptor was launched Five minutes later. “Program officials will conduct an extensive review to determine the cause or causes of any anomalies which may have prevented a successful intercept.” the Missile Defense Agency announced.
The test was part of an integrated exercise conducted yesterday by the U.S. Air Force 30th Space Wing, Joint Functional Component Command, Integrated Missile Defense (JFCC IMD) and U.S. Northern Command.
“As a result, there is reduced confidence and reliability in regards to GBIs capability to defend all of the United States of America against the current and future North Korean long-range nuclear ballistic missiles as well as the future first generation Iranian long-range ballistic missiles.” Riki Ellison, Chairman of the Missile Defense Advocacy Alliance commented.
“This reduced confidence is reflective of the current testing record of this GBI first generation interceptor class deployed today in Alaska and California. That testing record is at eight intercepts out of 14 intercept attempts. The last successful intercept of this system was December 15, 2008. A product of this test will most likely be an increased shot doctrine and a higher number of these GBIs will most likely be used against a single incoming ballistic threat rather than the reduced the shot doctrine had the test been successful and brought more confidence, efficiency and reliability in interception. The fact of hitting 8 intercepts by this GBI first generation gives baseline confidence but comes at a heavy price using a lot of our limited 30 GBI inventory.” Ellison warned.
“As the technical data unfolds over time and analysis of the roots to the cause of this failure, the underlying factors is the lack of testing on an annual basis to the GMD system and acceptance of high adversity to risk by the Department of Defense to not test these GBIs regularly because of the chance of failure. This has to be remedied so that we may learn from failures and quickly adjust to fix, modernize and launch again until the corrections are completed of the existing issues. We, as a nation, with this critical mission to defend our population cannot afford to wait every four years to test this system. This system needs to be tested at least two times a year for intercepts.
We must have the fortitude to fix the issues that caused the failures quickly, soundly and as soon as possible. This system is all our nation has today to stop and intercept long-range nuclear missiles. We have to have it.”
»»  READMORE...

Latihan Kerjasama Taktis KRI Ahmad Yani-351 Dan KRI Dr. Suharso-990


Kondusifnya stabilitas keamanan negara bukan berarti waktu bertopang dagu bagi prajurit, namun berpedoman pada “Jika ingin damai kita harus siap berperang” menjadi acuan pembinaan yang dilaksanakan agar stamina, profesionaliltas, mentalitas dan moralitas tetap terpelihara guna mengantisipasi berbagai kemungkinan dan tugas yang akan diemban.

Pelaksanaan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan bagi prajurit KRI Ahmad Yani – 351 sama seperti tahun – tahun sebelumnya yaitu dilaksanakan diluar pangkalan dan jauh dari keluarga tercinta, namun hal tersebut tidak menjadi penghambat untuk tetap semangat dalam melaksanakan tugas yang sedang diemban yaitu “Operasi Taring Hiu 2013”. 

Kekhusukhan puasa bertambah dengan dilaksanakannya kegiatan taraweh bersama di kapal saat berlayar dan kauseri agama yang dilaksanakan secara periodik. Saat sandar di Ambon dukungan yang diberikan Lantamal IX sangat baik bagi KRI berkaitan Dukungan 4 R (replenishment, recreation, refueling,  repair) yang didukung berbagai fasilitas dan kondisi lingkungan yang sangat nyaman bagi unsur – unsur di daerah operasi. Undangan malam akrab, shalat taraweh dan buka bersama Komandan Lantamal IX, Laksamana Pertama TNI Asep Burhanudin kepada unsur – unsur yang sandar di Ambon menunjukkan besarnya perhatian terhadap KRI sebagai garda terdepan TNI Angkatan Laut yang sedang melaksanakan tugas.

Kesiapan teknis dan moril pasukan sangat mendukung performa kapal perang, setelah melaksanakan pemantapan kondisi teknis di Ambon, KRI Ahmad Yani – 351 dan KRI DR. Suharso – 990 melaksanakan Passex sebelum menempati sektor patroli dan misinya masing – masing. Semangat berlatih harus selalu dikobarkan di masa damai sehingga profesionalitas prajurit selalu terasah. 

Latihan dimulai koordinasi penyusunan OCS Plan yang dilaksanakan oleh perwira kedua kapal sehingga dalam pelaksanaan di lapangan serial – serial yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya kerugian personel maupun material. Kegiatan manuver lapangan dilaksanakan dimulai saat communication ceck, leaving harbour, Rasap (RAS approach), flag hoist, flashex dan saat break away dilanjutkan tactical manuver (Tacman). Walaupun di tengah – tengah hembusan angin dan cuaca mendung seluruh kegiatan berjalan lancar, kedua Komandan KRI tersebut, Letkol Laut (P) Yayan Sofiyan, S.T., (Komandan KRI Ahmad Yani – 351) dan Letkol Laut (P) Putu Darjatna (Komandan KRI Dr. Suharso – 990) menyatakan kekagumannya atas pencapaian hasil latihan yang dilaksanakan.

Selain kegiatan manuver lapangan di laut, kegiatan harbour phase kedua kapal dari jajaran Koarmatim juga melaksanakan berbagai aktivitas bersama yang berorientasi untuk mempertahankan ketangkasan prajurit di antaranya adalah olah raga bersama dengan menggelar pertandingan persahabatan kedua kesebelasan sepak bola yang dimenangkan oleh Tim kesebelasan sepak bola KRI Ahmad Yani – 351 di bawah asuhan pelatih Koptu SAA Yeristo Totoda dan manager kesebelasan Kapten Laut (P) Lutfi 







Sumber : Koarmatim
»»  READMORE...

Thursday, August 1, 2013

3M-54 Klub Russian Cruise Missile


The Russian 3M-54 Klub is a multi-role cruise missile system developed by the Novator Design Bureau(OKB-8). 

Its NATO reporting name is SS-N-27. Both submarine and surface ship launched versions exist. The system is designed to accept various warheads, allowing its use against surface and subsurface naval combatants along with static land targets. In one variant, the 3M-54E (Sizzler), the final stage makes a supersonic 'sprint' to its target, reducing the time the target's defense systems have to react. 

The 3M-54E1 subsonic missile is roughly comparable to both the American Tomahawk cruise missile and theASROC missile but is smaller and has a shorter range.
3M-54 KLUB
TYPEAnti-ship missile
Anti-submarine missile
Land attack cruise missile
PLACE OF ORIGIN Russia
SERVICE HISTORY
USED BYSee users
PRODUCTION HISTORY
MANUFACTURERNovator Design Bureau
SPECIFICATIONS
WEIGHTVaries on variant, from 1,300 kg-1780 kg- 2300 kg
LENGTHVaries on variant, from 8.22 m to 6.2 m
DIAMETER0.533 m

WARHEADVaries

ENGINEMulti-stage Solid-Fuel rocket, Turbojet engine for 3M-54E/E1, -14E, Solid fuel rocket for 91RE1/2
OPERATIONAL
RANGE
Varies on variant, maximum range is 300 km
FLIGHT ALTITUDE10-15 m
SPEED0.8-2.5-2.9 mach
GUIDANCE
SYSTEM
Inertial + Active Radar Homing
LAUNCH
PLATFORM
naval ships, submarines

3M-54 Klub Design

The missile is a modular system, as there exist 5 different warhead and guidance systems: two anti-shipping warheads, one land attack warhead, and two anti-submarine warheads. The missile is designed to share common components between the surface and sub-launched variants with the only difference being the design of the missile launchers and the containers. An air-launched version is believed to be in development.

'Sizzler' flight

The Sizzler variant (3M-54E) flies at subsonic speeds while going supersonic as it nears its target. It is also believed to be able to perform very high angled defensive maneuvers in contrast to the common linear flight path of other anti-ship cruise missiles.

3M-54 Klub Variants

There are two major launching vehicles: the Klub-S, designed for launch from submarines, and the Klub-N, designed for launch from surface ships. These two launchers can be equipped by the following warhead and guidance combinations:

3M-54E - Anti-shipping variant, Basic length 8.22 m, with a 200 kg warhead. Range is 220 km. Sea-skimmerwith supersonic terminal speed and flight altitude of 15 feet (4.6 m) at final stage(2.9 mach).

3M-54E1 - Anti-shipping variant, Basic length 6.2 m, with a 400 kg warhead. Range is 300 km. Sea-skimmer with subsonic terminal speed(0.8 mach). Allegedly capable of disabling or even sinking an aircraft carrier.

3M-14E - Inertial guidance land attack variant. Basic length 6.2 m, with a 400 kg warhead. Range is 275 km. Subsonic terminal speed(0.8 mach).

91RE1 - Submarine launched anti-submarine variant, with an anti-submarine torpedo. Basic length 8.0 m, with a range of 50 km. Supersonic speed. The torpedo has a warhead weight of 76 kg. For submarine use only. This, along with the 91RE2, are similar to the American ASROC/SUBROC missile/torpedo system. Follows a ballistic path into the surface, speed is 2.5 mach.

91RE2 - Ballistically launched anti-submarine variant, with an anti-submarine torpedo. Basic length 6.5 m, with a range of 40 km Supersonic speed. The torpedo has a warhead weight of 76 kg. For surface ship use only. The lightest of all variants, with a launch weight of 1300 kg. Speed is 2 mach.

3M-54 Klub Launch Platforms

The Russian Kilo class submarine is the primary launch platform for the missile, with the future Russian Lada class submarine and its variants also able to launch the missile. The Indian Talwar class frigate the current shipborne launch platform for this missile. The Akula class submarine can also launch this missile. The new Russian Admiral Sergei Gorshkov class frigates and the second flight of Steregushchy class corvettes use the same UKSK VLS as Talwar class frigates, and thus would be able to carry these missiles as well.

It is also believed by some analysts that an air launched variant will be developed to arm the Tu-142s currently in service with both the Russian and Indian Navy, and it is also anticipated that the Tu-22M3 operated by the Indian Navy will also be equipped with the missile. A truck mounted version is also planned for development by the Novator Design Bureau.

Klub-K variant, which launches from commercial-appearing shipping container mounted on a truck, train, or merchant vessel, was advertised in 2010.

»»  READMORE...

Ambisi Amerika Kuasai Asia Pasifik


Salah seorang petinggi militer Amerika Serikat mengabarkan pengiriman jet-jet tempur negara itu ke Samudera Pasifik. Petinggi senior militer Amerika itu mengatakan, tahun ini Washington akan mengirim jet-jet tempurnya ke Thailand, India, Singapura dan Australia dengan maksud untuk memperkuat kehadiran militer negara itu di Samudera Pasifik.

Bagi sebagian kalangan militer Amerika, mungkin ide "Berputar ke arah Asia" bukan sesuatu yang menarik. Akan tetapi setidaknya para perwira militer Angkatan Udara Amerika tahu bahwa ide ini sangat serius.


Ide berputar ke arah Asia sangat sederhana, memposisikan Cina di tengah kepungan Amerika dan pasukan negara-negara sekutunya, persis seperti yang dilakukan Barat di era Perang Dingin dengan Uni Soviet.


Petinggi militer Amerika terus mengatakan bahwa mereka tidak bermaksud menaklukkan Cina dan mengaku sedang membuka kerjasama dengan Cina juga dengan negara-negara sekitar Samudera Pasifik demi menjaga stabilitas di kawasan itu. Sekalipun demikian kita melihat sesuatu yang lain dari rantai militer yang dibangun Amerika di kawasan.


Sebagaimana dilaporkan Foreign Policy, Jenderal Herbert Carlisle, Komandan Angkatan Udara Amerika di Samudera Pasifik mengatakan, "Sebagai contoh, di Amerika, AU melakukan pengiriman jet-jet tempur, tanker dan di masa mendatang akan mengirim peluncur bom."


Ia menambahkan, "Jet-jet tempur Amerika diperkirakan akan dikirim ke Australia tahun depan." Menurutnya langkah ini adalah bagian upaya untuk meningkatkan kehadiran militer Amerika di Asia. Amerika akan mengirim jet-jet tempurnya ke Thailand, Singapura dan India.


Satu-satunya anggaran pertahanan yang meningkat di dunia, terkait dengan negara-negara Asia, katanya. Ini berarti Amerika tengah berupaya meningkatkan jaringan sekutu militernya di Samudera Pasifik.


Menurut para pengamat, ide "Berputar ke arah Asia" dalam strategi baru militer Amerika merupakan manuver sangat penting. Ide ini didasari pada upaya mengepung Cina oleh Amerika dan sekutunya persis seperti strategi Barat di era perang dingin terhadap Uni Soviet.


Petinggi militer Amerika mengklaim bahwa mereka tidak berencana mengendalikan Cina dan Washington mengaku siap bekerjasama dengan Beijing serta seluruh negara Pasifik guna menjaga stabilitas di kawasan ini. Meski demikian, langkah Amerika seperti penempatan 60 persen kekuatan armada lautnya di kawasan ini sangat bertolak belakang dengan klaim Washington.


Barack Obama, presiden Amerika di awal Januari 2012 telah memaparkan strategi baru militer negara ini. Strategi tersebut menekankan kehadiran lebih besar militer Amerika di kawasan Asia-Pasifik sebagai reaksi atas kemajuan militer Cina dan kendala yang dihadapi Washington. Mengingat strategi Amerika yang melihat ancaman baru datangnya dari Asia-Pasifik, oleh karena itu, wajar jika Pentagon memberi perhatian besar terhadap kawasan ini. khususnya Cina dalam beberapa tahun terakhir memiliki program jangka panjang memodernisasi persenjataan dan sistem pertahanannya.


Cita setelah Amerika tercatat sebagai negara yang mengalokasikan dana besar bagi militer, namun pengamat mengatakan bahwa dana pertahanan dan militer Cina yang sebenarnya lebih besar dari yang diumumkan selama ini. Cina sendiri tengah memikirkan upaya untuk meningkatkan kemampuan militernya khususnya pengembangan kemampuan rudalnya mengingat intervensi Amerika serta strategi baru Washington yang menempatkan Beijing sebagai ancaman Gedung Putih.


Dalih lain perluasan pengaruh militer Amerika di kawasan ini adalah friksi antara Cina dan sejumlah negara tetangganya terkait beberapa pulau. Hal ini telah memicu perlombaan senjata di kawasan Asia Timur. Di sisi lain, kondisi Korea Utara dan khususnya rudal balistiknya serta program nuklir Pyongyang di tambah peningkatan kemampuan militer Cina, membuat Jepang dan Korea Selatan seakan berlomba membeli sistem anti rudal dan senjata baru demi menjaga diri.


Yang jelas kini salah satu pusat strategi baru Amerika  difokuskan pada Cina dan langkah militer negara ini kawasan Asia-Pasifik. Amerika di era pasca perang Dunia Kedua dengan para sekutunya di kawasan Asia Timur senantiasa menguasai kawasan ini, namun seiring dengan kebangkitan Cina di kemajuan yang diraih Beijing, Washington mulai merasa terancam.

Oleh karena itu, dalam strategi baru militer Amerika ditekankan upaya untuk menghadapi Cina dan minat lebih besar Washington untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan Asia Timur. Hal ini akan diwujudkan dengan relokasi sebagian besar armada laut Amerika ke Samudera Pasifik dan penempatan sejumlah angkatan udara di kawasan ini. 






Sumber : Irib
»»  READMORE...

Produk PT. DI Lebih Mahal Karena Kena Pajak Barang Mewah

BUMN industri penerbangan, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) mengaku harus menjual lebih mahal produknya kepada pihak swasta atau instansi di luar TNI/Polri dalam negeri. Alasannya karena setiap pembelian pesawat dan helikopter buatan PT DI oleh kena Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM). 

Peraturan ini membuat instansi pemerintahan di luar TNI/Polri atau perusahaan swasta Tanah Air harus membayar 50% lebih mahal dari harga seharusnya yang dijual PT DI.

"Betul kita ada kelemahan kalau jual di dalam negeri di instansi pemerintahan non TNI/Polri atau ke airlines. Ini ada PPn BM. Ini diatur UU, besarannya 50%," ucap GM Marketing Dirgantara Indonesia Arie Wibowo  Selasa (30/7/2013).

Misalnya Badan SAR Nasional (Basarnas) memutuskan membeli 2 unit helikopter tipe AS-365N3+ Dauphin ke PT DI. Basarnas wajib membayar PPn BM hingga 50% ketika membeli helikopter ke PT DI, padahal kalau Basarnas membeli helikopter di luar negeri harga jauh lebih terjangkau karena tidak harus membayar pajak barang mewah.

"Kita jual 2 buah heli ke basarnas. Basarnas wajib bayar PPn BM senilai 50% dari harga heli. Itu sama saja bayar 1 heli untuk beli 2 heli. Jadinya Basarnas kalau beli di PTDI mahal," terangnya.

Ia mencontohkan harga pesawat CN295 untuk versi standar dijual US$ 39 juta per unit. Ketika pesawat ini dibeli oleh maskapai dalam negeri, pihak maskapai harus membayar lebih mahal menjadi US$ 58,5 juta per unit karena adanya PPn BM.

Kondisi ini membuat pelanggan asal dalam negeri lebih memilih membeli dari impor atau dari para pemasok produsen pesawat dan helikopter dunia. Padahal secara kualitas pesawat dan helikopter yang dibuat dan dirakit pada pabrik PT DI yang terletak di Bandung Jawa Barat tidak kalah bersaing.

"Misal Lion Air, Sriwijaya beli di PT DI jadi mahal kalau mereka pengadaan pesawat lewat luar negeri mereka nggak dikenakan PPnBM. Ini kontradiksi. Jadi animo beli pesawat di PT DI rendah karena pajak," jelasnya.

Ia pun berharap pemerintah melalui Kementerian Keuangan dapat merevisi pengenaan PPnBM untuk produk-produk strategis karya BUMN Indonesia. Hal ini jika diterapkan bisa meningkatkan daya saing produk PT DI di pasar dalam negeri.

"Jadi kita jual lebih banyak ke luar negeri karena aturan PPnBM. Paling kalau jual ke luar negeri kena PPh saja. Sementara pasar dalam negeri jauh lebih besar daripada luar negeri tapi dengan aturan ini (PPnBM) jadi sulit," tegasnya.







Sumber : Detik
»»  READMORE...