News in Picture

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Saturday, May 4, 2013

Pasukan Gabungan TNI Hancurkan Kekuatan Musuh



Latgab01-n


NTB – Pasukan gabungan TNI berhasil menghancurkan kekuatan musuh negara “Sonora” yang berusaha menguasai wilayah Kalimantan Timur dan Bima Nusa Tengara Barat, dengan menggabungkan ketiga unsur kekuatan TNI yaitu Darat, Laut dan Udara.
Latgab330
Dalam waktu sekitar 2 jam akhirnya musuh berhasil dihancurkan, serangan ini merupakan latihan pendahuluan dalam Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2013, di daerah Asembagus, Jawa Timur, Jumat (3/5).
Operasi gabungan yang dilaksanakan terdiri dari Operasi Khusus, Operasi Udara, Operasi Laut Gabungan, Operasi Amfibi, Operasi Linud, Operasi Pendaratan Administrasi dan Operasi Darat Gabungan dengan kekuatan personel 16.745 orang.
Latgab475
Selain mengerahkan personil dengan jumlah besar, TNI juga mengerahkan peralatan tempur yang dimiliki, antara lain dari TNI AD 14 unit Tank Scorpion, 5 unit Tank Stormer APC, 2 unit Tank Stormer Komando, 13 unit Tank AMX, 21 pucuk meriam, 12 unit Helikopter Mi-17, 12 Helikopter Bell, tiga NBO-105 dan 15 Panser Anoa 6×6.
TNI AL mengerahkan 36 Kapal Perang (KRI), 17 unit Tank Amfibi BMP-3F, 33 BTR-50, 6 Kapa K-61, dua unit peluncur Rudal Multilaras RM-70/Grad, 7 unit Tank Angkut Personel Amfibi LVT-7A1, dua unit BVP-2, 3 Pesawat NC 212, dan lima Helikopter.
Sementara dari TNI AU mengerahkan lima unit Pesawat Sukhoi SU 27/30, lima Pesawat Hawk SPO, lima unit F-16, lima unit Hawk PBR, 11 Pesawat C-130, dua Pesawat B-737 Intai, dua Pesawat NC-212, dua unit CN-235, 1 unit CN-235 MPA, dua Helikopter NAS332/Sa-330 dan empat Helikopter EC-120 Colibri.
Latgab04
Dengan tembakan gencar secara terpadu dari seluruh kekuatan senjata yang dikerahkan dan di dukung dengan kemampuan prajurit infantri yang handal, akhirnya dalam waktu tidak lama musuh berhasil dihancurkan. Sementara, untuk mengejar kelompok musuh yang melarikan diri dilaksanakan operasi Mobud (Mobil Udara) sebagai upaya tindak lanjut pembersihan terhadap musuh.
Pelaksanaan latihan gabungan ini ditinjau dan disaksikan langsung oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono bersama Wakil Presiden RI Boediono yang menyaksikan serangan hingga selesai di titik tinjau tersier 12 di daerah latihan Marinir Situbondo. (puspen/d)
»»  READMORE...

Norway Invests $750 Million Modernizing and Expanding CV90 Fleet



BAE Systems is offering this latest modernized version of the CV9030. Photo: BAE Systems
Updated June 22, 2012: The Norwegian Government awarded BAE Systems a contract worth over US$750 million (£500 M.) for the upgrading and manufacturing of 144 CV90 armored combat vehicles for the Norwegian Army. This number will include the upgrading of all 103 CV9030s, currently operational with the Norwegian Army since the mid 1990s, and the production of 41 new chassis, bringing all future Norwegian CV90s to a common configuration by 2017.
The Norwegian Defense Logistics Organization (NDLO) stated the program’s budget is about US$1 billion, about two thirds of a $1.6 billion allocated for the program, the difference will be allocated for the provision of Government Furnished Equipment (GFE) including remote controlled weapon stations (RWS), unmanned air and ground vehicles (UAV/UGV), spare parts, training and communication.
“This is one of the largest investments ever made in the Army. Delivery will take place between 2015 and 2017, and forms an important part of our overall modernization efforts and will provide the Armed Forces and the Army with the capabilities they need to carry out future operations both domestically and internationally.” says Rear Admiral Morten Jacobsen of the NDLO.
The vehicles will be delivered in different configurations, the most common will be 74 infantry fighting vehicles providing protected transport for the two mechanized battalions of the Norwegian Army. Among other variants to be built are 21 new reconnaissance vehicles, to be equipped with a sensor suite for improved surveillance capability.

The new CV90 fleet is therefore intended to replace some of the existing M113 vehicles in support roles. These platforms will include 15 command vehicles, 16 engineering specialist vehicles and 16 multi-role platforms that will be able to fulfill different functions, including mortar carrier and logistics transport. Two vehicles will be used for driver training. Delivery of all vehicles is expected to complete within five years (2017).
Incorporating lessons learned from Norwegian operations in Afghanistan, the new vehicle fleet will have significantly enhanced protection, survivability, situational awareness, intelligence and interoperability. “We have had a long and excellent experience with CV90, and have built up considerable expertise about the system, which we have chosen to further develop together with our supplier in Sweden,” said Petter Jansen, managing director at the Norwegian Defence Logistics Organisation. “This is one of the largest Army investments and an important part of the Norwegian Army modernization plan.”
The Norwegian group Kongsberg is the leading domestic partner in the program, leading an industry team that also include Thales Norway and Vinghøg. The team is responsible for the Integrated Combat Solution to the Norwegian CV90. According to Kongsberg, the system will be based on open standards for connectivity and integration of sensors, weapons, communication networks and security systems. The system increases crew situational awareness and ability to operate swiftly and efficiently. As part of the current upgrade Kongsberg was awarded about US$68 million contract for the supply of the CV90 combat systems. The Norwegian Army’s upgrade program of the CV90 also includes installations of Kongsberg’s Protector Remote Weapon Stations (RWS) on all vehicles. The RWS will be delivered through the PROTECTOR “Nordic” contract, awarded separately by the Norwegian defense ministry in December 2011. Under these contracts valued about US$78 million, the company will develop and produce some Protector RWS in a common configuration, to be adapted for CV90s in service with the armies of Norway and Sweden. The total value of the production lots for both countries could reach US$160 million over several years.
The Swedish CV90 has been selected by the Nordic nations (Norway, Sweden, Denmark and Finland), Switzerland and The Netherlands. The first CV90 was delivered to Sweden in 1993, and this program will increase the number of vehicles ordered to more than 1,200.

The latest-generation CV90, a multi-role vehicle, features a wide range of enhancements from earlier models. Among these developments are significantly enhanced protection, survivability, situational awareness, intelligence and interoperability, incorporating lessons learned from operations in Afghanistan by Norwegian and other forces. (Photo: BAE Systems
»»  READMORE...

Kirim Astronot ke Luar Angkasa, AS Numpang Rusia


NASA harus bayar Rp4 triliun untuk 6 orang astronot.



Astronot-astronot yang bekerja di International Space Station
Astronot-astronot yang bekerja di International Space Station(nasa.gov)
-
VIVAnews - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah menghentikan proyek pengiriman astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional atau International Space Station (ISS)pada tahun 2011.

Saat ini, NASA mengandalkan Badan Antariksa Rusia untuk menerbangkan astronot-astronotnya ke ruang angkasa. 

Artinya, Rusia menjadi satu-satunya negara yang bisa mengirimkan astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. 

Kepala NASA, Charles Bolden mengatakan, penyebab NASA tidak bisa mengirimkan astronot ke luar angkasa adalah minimnya dana yang diberikan oleh pemerintah Barack Obama.

"Sampai tahun 2017, NASA tidak akan bisa mengirimkan awaknya ke luar angkasa," kata Bolden, dilansir CSMonitor, 2 Mei 2013.

Kongres AS memang tidak menyetujui pengeluaran anggaran untuk proyek pengiriman awak NASA ke luar angkasa. "Penolakan dana ini akan menimbulkan dampak pada program-program luar angkasa NASA," ujar Bolden.

Beruntung

Untuk tetap bisa mengirimkan astronotnya ke Stasiun Luar Angkasa, NASA akhirnya membuat kesepakatan dengan Badan Antariksa Rusia untuk menerbangkan astronot dengan menggunakan pesawat ruang angkasa Soyuz.

Dalam kontrak dengan Rusia, NASA akan mengirimkan enam astronotnya pada tahun 2016 dan 2017. Rusia pun meminta bayaran sebesar US$424.000.000, setara Rp4 triliun untuk enam orang astronot.

Artinya, satu orang astronot harus membayar US$70 juta atau sekitar Rp688 miliar. Harga tersebut telah dinaikkan Rusia, dari sebelumnya per US$65 juta, setara Rp632 miliar, per astronot.

Tidak hanya menerbangkan astronot-astronot NASA, Rusia juga diketahui bekerja sama dengan sejumlah negara Eropa, Kanada, dan Jepang untuk pengiriman astronot ke luar angkasa.

»»  READMORE...

Korea Selatan beli 36 helikopter serang AH-64 Apache



Helikopter AH-64E Apache saat melundurkan roket AGM-114 Hellfire di udara. Helikopter serang buatan Boeing Company, Amerika Serikat, ini sekelas dengan Eurocopter Tiger dan Kaman Ka-52 Aligator buatan Rusia. (air.attack.com)
 ... kehadiran AH-64E Apache Guardian itu, Korea Selatan semakin percaya diri menghadapi provokasi Korea Utara... "

Seoul (ANTARA News) - Korea Selatan mengonfirmasik pembelian 36 unit helikopter serang Boeing AH-64E Apache Guardian senilai 1,5 miliar dolar Amerika Serikat. Pembelian itu terjadi saat ketegangan makin memuncak di Semenanjung Korea. 

Badan Program Pengadaan Alat Pertahanan (DAPA) Korea Selatan, mengatakan, ke-36 AH-64E Apache Guardian itu akan lengkap hadir pada 2016. Jika lengkap semua, Korea Selatan bisa membuat tiga skuadron kaveleri udara terdiri helikopter serang ini. 

Apache merupakan helikopter serang yang dapat menghancurkan tank utama dan kendaraan lapis baja lain, selain memberi payung udara pada operasi pasukan infantri serta misi militer lain. Dia memiliki empat cantelan (pods) bagi roket AGM-114 Hellfire dan roket udara-darat Hydra-70.

Dengan kehadiran AH-64E Apache Guardian itu, Korea Selatan semakin percaya diri menghadapi provokasi Korea Utara. 

Keputusan membeli 36 AH-64E Apache Guardianitu dibuat saat semenanjung Korea tetap berada dalam keadaan ketegangan militer yang tinggi dengan Korea Utara yang mengancam "perang thermo-nuklir" karena marah pada sanksi-sanksi PBB yang baru dan pelatihan militer gabungan Amerika Serikat-Korea Selatan, Foal Eagle 2013.

Badan itu menolak merinci harga dan hanya mengatakan perjanjian itu termasuk alih teknologi tetapi kantor berita Yonhap mengatakan proyek itu akan menelan biaya 1,8 triliun won atau 1,5 miliar dolar Amerika Serikat.

Korea Selatan akan merupakan negara keempat membeli helikopter bermesin dua itu setelah Amerika Serikat, Taiwan dan Arab Saudi, kata Yonhap.

Helikopter itu akan menggantikan satu armada helikopter AH-1 Cobra yang telah beroperasi selama puluhan tahun di Korea Selatan, kata para pejabat DAPA.
»»  READMORE...

AS luncurkan skuadron gabungan helikopter dan "drone"




Drone/ pesawat tak berawak militer Amerika Serikat (reuters)

Coronado - Angkatan Laut Amerika Serikat mengenalkan skuadron pertama yang menggabungkan helikopter tempur dengan wahana tanpa awak (drone) di satu pangkalan dekat San Diego.  Skuadron ini diklaim sebagai pendekatan baru untuk perang masa depan.

Skuadron berkekuatan 140 pelaut yang menyebut dirinya Magicians ini akan mengoperasikan kapal perang di lepas pantai yang ukurannya lebih kecil dan lebih cepat dibandingkan destroyer dan kapal induk.

"Kami telah menggunakan destroyer-destroyerberharga jutaan dolar AS untuk memburu para pembajak Somalia," kata Laksamana David Buss seperti dikutip Reuters.

"Pendekatan ini dirancang untuk lingkungan dekat pantai yang berdasarkan pengalaman kami menjadi tempat ancaman-ancaman paling sering muncul."

Pendekatan ini menggabungkan helikopter-helikopter MH-60 Romeo yang digunakan Angkatan Laut, dengan pesawat tak berawak MQ-8 Fire Scout buatan Northrop Grumman.

Jika helikopter-helikopter itu dirancang untuk operasi anti kapal selam dan kapal perang serta SAR, maka Fire Scout akan digunakan untuk pengamatan, mencirikan target dan mengumpulkan informasi.

Pesawat tak berawak ini dikendalikan dua pilot jarak jauh di darat atau di atas kapal perang dari jarak 110 mil.  Pesawat ini bisa mengudara selama delapan jam, sedangkan helikopter hanya bisa mengudara maksimal 3,3 jam.

Angkatan Laut AS mengujicoba Fire Scout sejak 2007 dan menggelarkannya sejak 2009, untuk memerangi operasi antinarkoba di Afghanistan.

Pada 2012, dua pesawat ini jatuh sehingga harus di-grounded. Satu pesawat lainnya ditembak jatuh Libya pada 2012. 

"Daya tahan terbang Fire Scout yang bisa sampai delapan jam, membuat helikopter bisa kembali ke pangkalan untuk mengisi bahan bakar, dipersenjatai lagi dan ditambah lagi awaknya selagi Fire Scout menjalin kontak," kata Buss seperti dilaporkan Reuters.
sumber : (ANTARA News) 

»»  READMORE...

"Israel – an unmanned air systems (UAS) super power”




IAI Malat Maritime heron I performs an autimatic landing at Webster Field, after demonstrating a maritime patrol mission of several hours. ©Photo Credit : Defense-Update.
IAI Malat Maritime heron I performs an autimatic landing at Webster Field, after demonstrating a maritime patrol mission of several hours. ©Photo Credit : Defense-Update.
The Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) said Israeli companies were behind 41 percent of all UAVs exported in 2001-11. Those Israeli exports went to 24 countries, including the United States. i-hlsreports.
That volume’s expected to expand as production costs are relatively low. Israeli industry officials boast that it’s significantly cheaper to buy an advanced UAV than it is to train an air force pilot.
“In recent years, there have been more pilotless sorties than piloted ones in the Israeli air force,” observed Ophir Shoham, an army reserve brigadier general who heads the Defense Ministry’s Research and Development division known by the Hebrew acronym Mafat.
Accordimg to Space war  , Shoham, who’s had the job for three years, is responsible for the ministry’s program to develop advanced technology for rockets, missile interception, satellites and unmanned systems.
“Within a few years there will be a number of operational missions of a known character that we will be able to carry out with a small number of unmanned devices,” Shoham, the little-known “backroom boffin,” told the Israeli daily Haaretz in a rare interview.
British troops from 32 Regiment Royal Artillery, assisted by contractor personnel, practice flight preparation of Hermes 450 UAV at a flight strip somewhere in the Middle East, representing conditions similar to those experienced in the Southern Iraqi desert.
British troops from 32 Regiment Royal Artillery, assisted by contractor personnel, practice flight preparation of Hermes 450 UAV at a flight strip somewhere in the Middle East, representing conditions similar to those experienced in the Southern Iraqi desert.
“That’s the direction we’re taking,” he said. “Robots are not about to replace combat soldiers — that’s a bit far off — but yes, we’ll operate unmanned vehicles on the ground against highly dangerous targets.
“I refer to targets in enemy territory against which we can send such vehicles remotely, as a kind of forward guard — vehicles that both observe and shoot. We will witness this in the foreseeable future.”
Israel’s military has long used UAVs for intelligence-gathering operations in the fight against Palestinian militants and the Iranian-backed Hezbollah in Lebanon.
The Israelis also pioneered the use of missile-armed drones to assassinate key militant leaders. But it was the Americans who developed UAVs like General Atomic’s MQ-1 Predator as killer drones in their war against al-Qaida since the attacks on the United States Sept. 11, 2001. The first such ‘targeted killing’ mission was in Yemen in November 2002.
Israel’s pioneering work with UAVs dates back to 1970. The first major combat role for the UAVs, namely an early variant called the Scout, was in the June 1982 Israeli invasion of Lebanon. The Israelis used Scouts from Israel’s first UAV unit, Squadron 200, as decoys to lure Syrian surface-to-air missiles sites in Lebanon, thinking the UAVs were combat aircraft, to lock on their radar systems, exposing their positions. Israeli warplanes knocked out all 19 batteries over a two-day period, during which Israeli fighters shot down 85 Syrian aircraft for no loss. The Scout was built by Israel Aircraft Industries, IAI’s original incarnation.
In addition to exports, Israeli defense firms set up subsidiaries in consumer countries “to target markets, rather than expand local manufacturing,” Israel’s Haaretz daily observed in 2009.
Azeri Aerostar UAVs on the march at Baku, 2008. Photo: Day.Az
Azeri Aerostar UAVs on the march at Baku, 2008. Photo: Day.Az
One example is the Aerostar and Orbiter 2M aerial drones being manufactured in Azerbaijan by Azad Systems Co., a joint venture between Israel’s Aeronautics and the Azeri Defense Ministry. Oil-rich Azerbaijan, which borders Iran, has become a key Israeli ally.
“There are three explanations for Israel’s success in becoming a world leader in development and production of UAVs,” a senior Israeli official told The Jerusalem Post. ”We have unbelievable people and innovation, combat experience that helps us understand what we need and immediate operational use since we’re always in a conflict which allows us to perfect our systems.”
Shoham gets the last word. Developing the UAV, he says, “was one of Israel’s best investments. ”It led to the development of a tremendous technological infrastructure in the country. It’s important to us to maintain our place in the forefront of world technology. ”This is the key to development in the coming generations as well.”
»»  READMORE...

Dua Kapal Jenis PC-43 Perkuat Jajaran TNI AL



TNI AL terus menambah kapal-kapal baru. Kemampuan pertahanan harus sepadan dengan luas wilayah. Dalam suatu kesempatan Presiden SBY pernah menyatakan, "Terus terang, dibandingkan dengan luas wilayah, mestinya kekuatan militer kita harus lebih besar dan modern, meski dengan judul minimum essential force"

TNI AL mengalami peningkatan signifikan dalam hal penambahan peralatan baru. Beberapa waktu lalu sejumlah kapal dan helikopter baru telah memperkuat jajaran TNI AL. Sebagian besar kapal baik untuk jenis Kapal Rudal Cepat, LPD, maupun patroli cepat adalah hasil produksi dalam negeri yang kualitasnya tidak kalah dengan buatan luar negeri. 
Kapal cepat buatan perusahaan dalam negeri termasuk canggih, termasuk Kapal Patroli Cepat yang baru saja diresmikan. 
TNI Angkatan Laut resmi menerima dua Kapal Patroli jenis PC-43, KRI Pari-849 dan KRI Sembilang-850, produksi dalam negeri dari PT Palindo Marine, yang resmi diluncurkan pada Rabu (24/4/2013), di Batam, Kepulauan Riau.


Kedua kapal patroli berjenis PC-43 ini, memiliki panjang 43 meter, lebar 7,4 meter dengan kecepatan maksimal 24 knot, serta memiliki ketahanan dalam kemampuan layar selama empat hari.

Rencananya KRI Pari-849 akan memperkuat jajaran Satuan Kapal Patroli (Satrol) Komando Armada RI Kawasan Timur, sedangkan untuk KRI Sembilang-850 akan memperkuat jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat, di wilayah Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) II Padang, Sumatera Barat.

Dalam peluncuran kedua kapal tersebut, Kepala Dinas Pengadaan Angkatan Laut (Kadisadal) Laksamana Pertama TNI Agus Setiadji secara simbolis memotong tali kapal sebagai tanda kedua KRI resmi diluncurkan. Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Wakil Asisten Perencanaan (Waasrena) Kasal Laksamana Pertama TNI Siwi Sukma Adji, Kepala Dinas Kelaikan Material Angkatan Laut (Kadislaikmatal) Laksamana Pertama TNI Ir. Harry Pratomo, Kepala Dinas Material Angkatan Laut (Kadismatal) Laksamana Pertama TNI Ir. Bambang Nariyono, serta pejabat terkait lainnya.

Demikian berita Dinas Penerangan Angkatan Laut.

Sumber : Dispenal Mabesal
»»  READMORE...

Armada Pesawat Tempur TNI-AU Lancarkan Serangan Udara Di Asembagus Situbondo



Jet Tempur Sukhoi TNI-AU. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara

Pesawat Tempur TNI AU Bombardir Asembagus

Pesawat-pesawat tempur TNI AU yang terlibat dalam Latgab TNI berhasil membombardir target penembakan pada latihan pra Latgab TNI yang disaksikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wapres RI Budiono, Panglima TNI serta para pejabat teras TNI dan perwakilan Negara sahabat serta media di lokasi latihan Asembagus Situbondo, Jumat (3/5/2013).

Pesawat-pesawat TNI AU ini berada dibawah Komando Tugas Udara Gabungan yang dipimpin Pangkoopsau II Marsda TNI Agus Supriatna dalam operasi udara mendukung Kampanye militer dibawah Komando Gabungan TNI. Kogasudgab membawahi lima Satgas yaitu Satgas Tempur, Satgas Dukungan Tempur, Satgas Paskhas, Satgas Hanud (Pertahanan Udara) dan Satgas Info untuk melaksanakan Operasi Informasi.

Kegiatan operasi udara dimulai pada pukul 06.15, empat pesawat Hawk dari Skadron Udara 1 Lanud Supadio Pontianak masing-masing membawa dua buah bom MK-82 (250 kg) melakukan Serangan Udara Langsung (SUL) pada sasaran di pantai Asembagus untuk memuluskan operasi pendaratan amfibi. Pada pukul 06.35 empat pesawat Hawk dari Skadron Udara 12 Pekanbaru dengan bom MK-82 melakukan Serangan Udara Langsung untuk mendukung penerjunan 600 personel TNI dalam operasi serbuan Linud (Lintas Udara) Gabungan.

Penerjunan dilakukan pada pukul 06.45 yang terdiri dari 520 personel Kostrad dan 80 personel Paskhas TNI AU menggunakan 10 pesawat C-130 Hercules dari Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma dan Skadron Udara 32 Lanud Abdurachman Saleh Malang.

Pukul 09.30 pesawat Boeing 737 Intai Strategi Skadron Udara 5 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar melakukan pengintaian pada sasaran yang disusul dengan penembakan oleh pesawat-pesawat tempur terdiri dari empat F-16 Fighting Falcon masing-masing membawa rudal canggih AGM 65G "Maverick", dilanjutkan dengan pemboman area oleh empat Su-27yang masing-masing membawa 18 bomb OFAB 100-120 dan dikawal oleh dua pesawat F-5 Tiger yang membawa rudal udara ke udara AIM-9 "Sidewinder". Sebagai penutup tiga pesawat terbaru TNI AU EMB 314 Super Tucano yang menggotong Bom MK-82 melakukanBantuan Tembakan Udara (BTU) pada pasukan darat gabungan dengan ketepatan perkenaan yang mengagumkan.

Dalam latihan gabungan ini, untuk pesawat tempur seperti F-16 Fighting Falcon, F-5 Tiger, SU 27/30 Sukhoi dan Hawk 100/200 Take off dan Landing dari Lanud Iswahjudi Madiun yang merupakan Markas Komando Satuan Tugas Tempur (Satgaspur), sedangkan pesawat tempur taktis terbaru TNI AU yaitu EMB 314 Super Tucano Take off dan Landing dari Lanud Abdurachman Saleh Malang. Sementara dua pesawat helikopter NAS-332 dan satu SA-330 Puma melakukan SAR tempur yang dikawal dua pesawat Hawk 100/200 Skadron Udara 1 "Elang Khatulistiwa" Lanud Supadio.

Dalam mendukung Latgab TNI tahun 2013, TNI AU menyiapkan 62 pesawat yang merupakan 91% dari sasaran kesiapan yang meliputi pesawat tempur SU-27/30 Sukhoi, F-16 Fighting Falcon, F-5 Tiger, Hawk 100/200, EMB-314 Super Tucano. Pesawat Intai B-737 Patmar, Pesawat angkut C-130 Hercules, B-737 VIP, Fokker-28, CN-235, C-295, C-212 Aviocar, pesawat helicopter terdiri dari SA-330 Puma, NAS-332 Super Puma dan EC-120 Colibri sebagai pesawat dukungan VIP dan SAR Tempur.

www.poskotanews.com
 
»»  READMORE...

Friday, May 3, 2013

Congress to Army: Why buy Apaches that can’t fly?


Top Army acquisition officials had some explaining to do Friday when a House Armed Services Committee member accused the service of buying helicopters that don’t fly and withholding details about major field radio program.
“It appears the Army has been paying for [AH-64] Apaches … without transmissions,” said Rep. Loretta Sanchez, the ranking member of the House Armed Services Tactical Air and Land Forces Subcommittee. “Could you explain why the Army could take delivery of a helicopter that can’t fly?”
Lt. Gen. William Phillips, the Army’s top uniformed acquisition official, assured Sanchez that the Army only accepts complete aircraft from Boeing, the lead contractor for the Apache.
But in some cases the Army allows Boeing “to take that transmission out and put it back into the production line” until the remaining transmissions arrive from Northstar Aerospace, the subcontractor that produces the transmissions, Phillips said.
As soon as those seven Apaches in question get those transmissions back, they will go to the next unit preparing to deploy to Afghanistan, Phillips said.
“We want as many aircraft available for that unit so they can train and get ready to go,” Phillips said.
The alternative would be to shutdown the production line.
“If we shut down the production line, it would impact supply operations in over 41 states and over 300 companies and it would also cost us more money,” Phillips said.
But that wasn’t the only scolding Army officials had to take during the hearing.
Sanchez also chastised the Army for being nine months late in sending the subcommittee its strategy for the Joint Tactical Radio System, a key part of the service’s network effort that involves a $400 million request in the Army’s fiscal 2014 proposed spending plan.
“The Army’s plans for buying these radios have changed quite a bit over the last few years,” Sanchez said. “I am very concerned that the Army is almost a full year late providing the Congress with the plans to proceed with the various parts of JTRS.”
Phillips apologized for the delay but assured the subcommittee that JTRS program — which includes new Rifleman Radios capable of connecting individual soldiers with higher levels of command in the network — will soon move forward.
The Army plans to issue three requests for proposal this year for three different JTRS radios, Phillips said.
“We are going to execute a full-and-open competition,” Phillips said. “We know that industry can produce these radios cheaper, faster and better than we could have done in the program of record.”
Phillips didn’t offer any details of when the RFPs would be released to industry.
Sanchez said she wanted to make sure that the competition would be as inclusive as possible.
“There are always ways to narrow the people who can go after a contract,” said Sanchez, explaining that she had spent time as a consultant working with the defense industry.
“If we are going to take the time to do this — and I don’t have a dog in this fight —
I just want to make sure that the type of competition you do allows us to get as a good a piece of equipment as we need for as reasonable a price as possible.”


Read more: http://defensetech.org/2013/04/29/congress-to-army-why-buy-apaches-that-cant-fly/#ixzz2S1NFIWpq 
Defense.org 
»»  READMORE...

Peluru kendali (Rudal)


Peluru kendali (disingkat: rudal), peluru berpandu atau misil adalah senjata roket militer yang bisa dikendalikan atau memiliki sistem pengendali otomatis untuk mencari target atau menyesuaikan arah. Dalam penggunaan sehari-hari, istilah "misil" merujuk kepada roket dengan sistem kendali, sedangkan "roket" digunakan untuk roket tanpa sistem kendali. Perbedaan utama di antara dianggap sangat sedikit selain perbedaan sistem kendali.
Peluru kendali pertama digunakan dalam sebuah operasi adalah peluru kendali Jerman dalam Perang Dunia II. Yang paling terkenal adalah V-1 dan V-2, keduanya menggunakan sistem autopilot sederhana untuk menjaga arah terbang peluru agar tetap pada yang rute telah ditentukan sebelumnya.


Peluru kendali balistik

Jenis peluru kendali


LGM-30 Minuteman, rudal balistik berhulu ledak nuklir AS.
Peluru kendali balistik adalah peluru kendali yang memakai lintasan trayektori yang ditentukan oleh balistik dalam sistem pengirimannya. Peluru kendali ini hanya dikendalikan dalam masa peluncuran saja. Peluru kendali balistik yang pertama adalah roket V-2 yang dikembangkan oleh Nazi Jerman pada 1930-an dan 1940-an atas instruksi dari Walter Dornberger. Peluru kendali balistik dapat diluncurkan dari lokasi tetap seperti silo misilkendaraan peluncurpesawatkapal atau kapal selam. Tahap peluncuran dapat berlangsung dari puluhan detik sampai beberapa menit dan dapat terdiri sampai dengan tiga tingkat roket. Trayektori rudal balistik terdiri dari tiga tahap yaitu tahap peluncuran, tahap terbang bebas dan fase memasuki kembali atmosfer Bumi.

Peluru kendali jelajah

Peluru kendali jelajah adalah peluru kendali yang memakai sayap dan menggunakan jet sebagai tenaga penggerak. Peluru kendali jelajah intinya adalah bom terbang. Peluru kendali jelajah dirancang untuk membawa hulu ledak konvensional dalam jumlah besar atau nuklir dan dapat menjangkau ratusan mil dengan tingkat akurasi tinggi. Peluru kendali jelajah modern dapat terbang mencapai kecepatansupersonik atau di atas subsonik, menggunakan sistem kendali otomatis dan terbang pada ketinggian rendah untuk menghindari radar. Rudal jelajah pertama yang dikembangkan adalah Kettering Bug yang dikembangkan oleh Amerika Serikat pada 1917 untuk digunakan dalam Perang Dunia I. Rudal ini terbang lurus untuk waktu yang telah ditentukan sebelumnya kemudian sayapnya akan dilepaskan untuk kemudian badan rudal yang mengandung hulu ledak jatuh menghujam tanah. Rudal ini tidak pernah digunakan dalam perang karena Perang Dunia I selesai sebelum rudal ini dapat digunakan. Rudal jenis ini yang terkenal antara lain adalah BGM-109 TomahawkAS yang dapat mencapai jangkauan 1.100 km.

Peluru kendali anti-kapal


Sebuah RGM 84 Harpoon ditembakkan dari fregat USS Badger (FF-1071).
Peluru kendali anti-kapal adalah rudal yang fungsi utamanya adalah untuk menghancurkan kapal permukaan. Kebanyakan rudal anti-kapal menggunakan sistem pemandu inersial dan pelacak radar aktif. Rudal anti-kapal adalah salah satu dari sekian rudal jarak pendek yang digunakan dalam Perang Dunia II. Jerman menggunakannya untuk menenggalamkan banyak kapal sekutu sebelum pihak sekutu menemukan cara untuk mengatasinya (prinsipnya dengan radio jamming). Rudal anti-kapal dapat diluncurkan dari kapalkapal selam,pesawathelikopter dan kendaraan darat. Rudal anti-kapal yang terkenal dalam sejarah adalah rudal Jerman, Fritz X dan Henschel Hs 293.
Contoh peluru kendali anti kapal :
  • Boeing Harpoon (USA) - 221 kg warhead, 93-315 km range depending on platform
  • C-802/YJ-82 CSS-N-8 'Saccade' (China) - 165 kg warhead, 500+ km range
  • Exocet (France) - 165 kg warhead, 70-180 km range
  • RBS-15 (Sweden) - 200 kg warhead, 200 km range
  • Sea Eagle (UK) - 230 kg warhead, 110+ km range
  • Kh-35 (Rusia) - 1645 kg warhead, 130 km range

Peluru kendali darat ke udara


RIM-116 Rolling Airframe Missile Launcher.
Peluru kendali darat ke udara adalah peluru kendali yang diluncurkan dari darat untuk menghancurkan pesawat. Istilah terkenal untuk rudal jenis ini adalah SAM yang merupakan singkatan dari rudal darat ke udara dalam bahasa Inggris yaitu suface-to-air missile. Rudal darat ke udara dapat diluncurkan dari lokasi tetap atau kendaraan peluncur. SAM terkecil yang dikembangkan oleh Uni Soviet dapat dibawa dan diluncurkan oleh seorang tentara. SAM juga dapat diluncurkan dari kapal, contoh dari jenis ini adalah Aegis.

Peluru kendali udara ke udara

Peluru kendali udara ke udara adalah rudal yang dipasang di pesawat terbang dengan target menghancurkan pesawat musuh. Rudal udara ke udara yang terkenal antara lain adalah AIM-9 Sidewinder buatan Amerika Serikat. Rudal jenis ini dapat mendeteksi target dengan menggunakan pelacak radar, inframerah atau laser. Rudal udara ke udara umumnya berbentuk panjang, silinder tipis untuk mengurangi efek gesekan pada kecepatan tinggi. Rudal ini umumnya digerakkan oleh satu atau lebih roket berbahan bakar padat atau cair. MBDA Meteor buatan Britania Raya menggunakan ramjet dan dapat mencapai kecepatan Mach 4.

Peluru kendali anti-tank

Peluru kendali anti-tank adalah rudal yang fungsi utamanya untuk menghancurkan tank atau kendaraan lapis baja lainnya. Rudal anti-tank generasi pertama seperti AG-3 Sagger dikendalikan dengan menggunakan joystick. Rudal anti-tank generasi kedua seperti BGM-71 TOW dan AGM-114 Hellfire menggunakan radiopenanda laser atau kamera di ujung rudal. Rudal anti-tank generasi ketiga seperti FGM-148 Javelin buatan AS dan Nag buatan India adalah dari jenis "tembak dan lupakan". Nag menggunakan pelacak inframerah sertagelombang milimeter.

Peluru kendali anti-balistik


Sebuah MIM-104 Patriot ditembakkan dari kendaraan peluncur.
Peluru kendali anti-balistik adalah peluru kendali dengan fungsi utama untuk menyergap dan menghancurkan peluru kendali balistik lawan. Rudal anti-balistik jarak pendek antara lain Arrow buatan Israel dan MIM-104 Patriot buatan AS. Sedangkan rudal anti-balistik yang dirancang untuk melawan ICBM sebelumnya hanya ada dua yaitu Safeguard AS yang menggunakan LIM-49A Spartan dan Sprintserta A-35 Rusia. A-35 kemudian dikembangkan menjadi A-135 yang menggunakan Gorgon dan Gazelle. Amerika Serikat kemudian mengembangkan Ground-Based Midcourse Defense.

Peluru kendali anti-satelit

Peluru kendali anti-satelit adalah rudal yang memiliki fungsi untuk menghancurkan satelit buatan musuh. Rudal jenis ini antara lain adalah Anti-satellite weapons (ASAT) yang diluncurkan dari pesawat. Rudal jenis ini relatif masih dalam tahap pengembangan.

Joint Direct Attack Munition (id:Mesiu Serangan Langsung Gabungan)

JDAM adalah perlengkapan pemandu yang mengubah bom gravitasi tak berpandu, atau "bom bodoh", menjadi mesiu "pandai" di segala cuaca. Perlengkapan JDAM bom adalah digunakan untuk memandu pada target dengan suatu sistem pemandu inersial terintegrasi yang dipasangkan sebuah penerima Global Positioning System (GPS) untuk menambah akurasi, memberikan daerah peluncuran lebih dari 15 nautikal mil (28 km) dari titik peluncuran.
Varian JDAM :

Torpedo


VA-111 Shkval. Kecepatan torpedo ini dapat mencapai 200 knots (370 km/h).

Senjata roket anti kapal selam UUM-44 SUBROC. Peluru kendali ini diluncurkan oleh kapal selam dari dalam laut.
Torpedo adalah proyektil berpenggerak sendiri yang diluncurkan dari atas permukaan atau di bawah permukaan air yang kemudian meluncur di bawah permukaan air, dirancang untuk meledak pada kontak atau jarak tertentu dengan target. Torpedo dapat diluncurkan dari kapalkapal selamhelikopterpesawat dan ranjau laut. Beberapa contoh torpedo modern antara lain MK 48 AS yang diluncurkan dari tabung torpedo kapal selam dan menggunakan sonar pasif atau aktif, serta VA-111 Shkval buatan Rusia yang menggunakan efeksuperkavitasi dapat mencapai kecepatan 200 knot atau 370 km/jam.

Pemandu peluru kendali

Pemandu radar

Sistem pemandu radar umumnya digunakan untuk rudal jarak menengah atau jauh dimana sinyal inframerah target umumnya terlalu lemah untuk dilacak detektor inframerah. Ada dua macam rudal berpandu radar yaitu aktif dan semi-aktif. Rudal dengan sistem pemandu radar aktif mempunyai sistem radarnya sendiri untuk mendeteksi dan melacak targetnya. Tetapi ukuran dari antena radar dibatasi oleh diameter rudal yang kecil sehingga membatasi jangkauan deteksi rudal. Untuk mengatasi hal tersebut, rudal harus memiliki cara lain (umumnya sistem pemandu inersial) untuk mendekati target sebelum mengaktifkan radarnya. Rudal berpandu radar semi-aktif adalah lebih umum. Rudal jenis ini mendeteksi energi radar yang dipancarkan dari target. Sinyal radar dipancarkan oleh pesawat penembak. Dengan ini berarti pesawat penembak harus menjaga penguncian target sampai dapat dijangkau rudal, sehingga membatasi daya manuver pesawat penembak yang dapat membahayakan pesawat seiring dengan ancaman musuh. Rudal jenis ini juga lebih gampang dikacaukan (jamming) karena jarak pesawat penembak ke target lebih jauh dibandingkan jarak target ke rudal. Rudal berpandu radar dapat diatasi dengan manuver terus menerus yang mengakibatkan penguncian yang terhenti, menyebarkan chaff atau menggunakan electronic counter-measures.

Pemandu inframerah

Sistem pemandu inframerah akan melacak panas yang dihasilkan pesawat musuh. Detektor inframerah pada awalnya memiliki tingkat sensitivitas rendah sehingg hanya bisa melacak panas yang dihasilkan saluran pembuangan pesawat. Ini berarti pesawat penyerang harus bermanuver untuk dapat menembakkan rudal ketika berada di belakang pesawat musuh. Sinyal inframerah yang melemah ketika jarak makin menjauh juga menjadi kendala sistem lama. Rudal berpandu inframerah modern dapat mendeteksi panas dari bagian manapun dari pesawat musuh yang menjadi panas oleh adanya gesekan dengan udara. Hal ini membuat pesawat penembak tidak perlu bermanuver untuk mencari posisi di belakang pesawat musuh sebelum dapat melepaskan tembakan. Walaupun demikian hal ini tetap dapat memperbesar kemungkinan mengenai target. Untuk mengatasi rudal jenis ini, digunakan flare yang lebih panas dari pesawat sendiri sehingga rudal akan melacak panas yang lebih tinggi tersebut. Penelitian terkini mengembangkan alat laser yang dapat menghancurkan sistem pemandu inframerah di rudal. Rudal modern seperti ASRAAM menggunakan pencitraan inframerah sehingga rudal dapat “melihat” target (seperti sebuah kamera video digital) dan dapat membedakan antara pesawat dengan sumber panas seperti flare. Sistem ini juga memiliki sudut lebar sehingga pesawat penyerang tidak perlu harus berada dalam garis lurus dengan target untuk dapat dikunci. Pilot hanya perlu menggunakan helmet mounted sight (HMS) dan kemudian “melihat” targetnya sebelum melepaskan tembakan. Su-27 Rusia dilengkapi dengan sebuah sistem pencari dan pelacak inframerah dilengkapi dengan pengukur jarak laser untuk sistem HMS-nya. Untuk dapat bermanuver dari sudut tembak yang kurang memadai pada jarak pendek untuk mencari targetnya, rudal udara ke udara dilengkapi dengan pendorong vektor yang memungkinkan rudal untuk berputar arah.

Elektro-optikal

Elektro-optikal adalah sistem pemandu terbaru dalam pemandu misil. Salah satu rudal yang memakai pemandu elektro-optikal adalah Python-5 Israel.
»»  READMORE...