Sejumlah pemberitaan terbaru dari media-media China menunjukkan bahwa pesawat tempur multiperan J-15 yang berbasis kapal induk telah mulai diproduksi secara massal.
J-15 dengan warna baru |
Shenyang J-15 nama lengkapnya (dijuluki dalam bahasa China sebagai Hiu Terbang) adalah pesawat tempur berbasis kapal induk (untuk dioperasikan dari kapal induk). Pesawat ini disebut-sebut adalah hasil kloning China dari pesawat tempur Sukhoi Su-33 yang rekayasanya diperoleh China dari Ukraina.
Kabar juga menyebutkan bahwa J-15 dilengkapi dengan sebagian senjata, avionik dan fitur lain buatan China sendiri yang diklaim akan meningkatkan kemampuannya. Untuk mesin, J-15 menggunakan mesin turbofan Taihang (WS-10) yang juga buatan China sendiri.
Prototipe J-15 pertama kali uji terbang pada bulan Agustus 2009. Pada November tahun lalu diumumkan bahwa pilot Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAAF) telah berhasil melepaslandas dan mendaratkan J-15 pada kapal induk China, Liaoning, dengan menggunakan salah satu pesawat J-15 khusus uji coba. Sepanjang 2013 ini, PLAAF intens melakukan latihan lepas landas dan mendarat di kapal induk dengan menggunakan pesawat J-15. Beberapa hari lalu Xinhua juga melaporkan bahwa J-15 sudah berhasil di ujicoba bersama kapal induk Liaoning mulai dari ujian mudah hingga ujian tersulit.
Harian People’s Daily Online pekan ini sudah beberapa kali memberitakan tentang J-15. Diantaranya bahwa J-15 yang muncul dalam video akhir-akhir ini telah dicat warna abu-abu berikut gambar bendera Republik Rakyat China, ini berbeda dengan lima J-15 awal yang bercat kuning. Tentu saja berbeda, karena China menjadikan lima pesawat ini hanya untuk pengembangan dan pengujian saja. Laporan itu juga mencatat bahwa cat baru J-15 ini banyak menarik perhatian pengamat-pengamat militer untuk berspekulasi bahwa J-15 telah masuk tahap produksi massal.
Salah satu laporan kemudian mewawancarai Yin Zhuo, yang adalah seorang analis militer sekaligus mantan Laksamana di Angkatan Laut PLA (PLAN) untuk mengomentari perubahan cat pada J-15 ini. Laksamana Yin memulai dengan menegaskan bahwa belum ada pengumuman resmi dari pemerintah China apakah J-15 sudah memasuki tahap produksi massal, tetapi dapat "dihakimi" bahwa cat baru pada J-15 itu mengindikasikan pesawat itu sudah masuk dalam operasional resmi PLAN.
Yin kemudian mengatakan bahwa spekulasi tentang apakah J-15 sudah memasuki produksi massal cukup logis berdasarkan fakta bahwa J-15 sudah dalam pelayanan, dan teknologinya pun sudah mumpuni untuk diproduksi secara massal. Selanjutnya Laksamana Yin membahas apa implikasinya jika J-15 sudah memasuki produksi massal, termasuk umur pesawat, yang ia perkirakan akan pensiun dalam 25-30 tahun.
Untuk produksi massal ini, Laksamana Yin mengatakan bahwa desain J-15 tidak berubah, namun perubahan kemungkinan dilakukan pada sistem radar dan komunikasi elektronik atau modernisasi mesin setelah 10-15 tahun di layanan. Profil, dasar dan standar performa pesawat sudah terbentuk.
Pemberitaan itu seperti kuat sekali mengindikasikan bahwa J-15 sudah diproduksi secara massal atau setidaknya Partai Komunis China memang ingin menciptakan kesan tersebut.
Khususnya, pemberitaan yang bertepatan dengan Komandan PLAN, Laksamana Wu Shengli yang mengunjungi Amerika Serikat. Komandan kapal induk Liaoning dan pilot yang pertama kali mendaratkan J-15 di Liaoning November lalu juga turut mendampingi Laksamana Wu dalam kunjungannya, menurut Reuters.
"Kami memiliki sekitar 36 pesawat yang beroperasi dari kapal kami," komandan Liaoning Kapten Zhang Zheng mengatakan kepada wartawan Washington pekan ini. "Dan kami masih berlatih dan melakukan uji coba untuk peralatan dan sistemnya."
Di sisi lain, Laksamana Wu, mengatakan kepada wartawan bahwa kapal induk Liaoning ditujukan hanya untuk pelatihan dan eksperimen, dan setelah evaluasi akhir PLAN akan mengembangkan kapal induk baru untuk hal ini.
Sementara itu, salah satu dari artikel J-15 lain yang muncul di website People’s Daily membandingkan J-15 dengan pesawat berbasis kapal induk dari negara lain. Laksamana Yin mengatakan dalam laporan itu mengatakan bahwa J-15 mencapai tingkat kemiripan dengan pesawat tempur F/A-18C/D Super Hornet Amerika Serikat, namun J-15 lebih unggul dari segi kemampuan pertempuran udara.
Namun, ada pula kabar buruk, Want China Times meneruskan laporan Xinhua yang mengutip pernyataan Sun Cong, desainer J-15, bahwa saat ini J-15 belum bisa melancarkan serangan terhadap target kapal dan darat jika lepas landas dari Liaoning. Ini karena Liaoning berdesain ski-jump ramp dan J-15 terlalu berat untuk bisa terbang jika juga membawa rudal udara ke permukaan dan bom. Dengan demikian, sampai PLAN memiliki Catapult (ketapel) untuk melontarkan pesawat dari kapal induk, J-15 belum menjadi pesawat tempur multiperan, terbatas kemampuannya terutama untuk operasi-operasi superioritas udara (dan pertahanan kapal).
Soal pengintegrasian ketapel di kapal induk, untungnya roda depan J-15 sejak awal memang sudah didesain mirip dengan pesawat tempur berbasis kapal induk milik Angkatan Laut Amerika Serikat, kemungkinan besar cocok dengan ketapel peluncur.
Kabar juga menyebutkan bahwa J-15 dilengkapi dengan sebagian senjata, avionik dan fitur lain buatan China sendiri yang diklaim akan meningkatkan kemampuannya. Untuk mesin, J-15 menggunakan mesin turbofan Taihang (WS-10) yang juga buatan China sendiri.
Prototipe J-15 pertama kali uji terbang pada bulan Agustus 2009. Pada November tahun lalu diumumkan bahwa pilot Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAAF) telah berhasil melepaslandas dan mendaratkan J-15 pada kapal induk China, Liaoning, dengan menggunakan salah satu pesawat J-15 khusus uji coba. Sepanjang 2013 ini, PLAAF intens melakukan latihan lepas landas dan mendarat di kapal induk dengan menggunakan pesawat J-15. Beberapa hari lalu Xinhua juga melaporkan bahwa J-15 sudah berhasil di ujicoba bersama kapal induk Liaoning mulai dari ujian mudah hingga ujian tersulit.
Harian People’s Daily Online pekan ini sudah beberapa kali memberitakan tentang J-15. Diantaranya bahwa J-15 yang muncul dalam video akhir-akhir ini telah dicat warna abu-abu berikut gambar bendera Republik Rakyat China, ini berbeda dengan lima J-15 awal yang bercat kuning. Tentu saja berbeda, karena China menjadikan lima pesawat ini hanya untuk pengembangan dan pengujian saja. Laporan itu juga mencatat bahwa cat baru J-15 ini banyak menarik perhatian pengamat-pengamat militer untuk berspekulasi bahwa J-15 telah masuk tahap produksi massal.
Salah satu laporan kemudian mewawancarai Yin Zhuo, yang adalah seorang analis militer sekaligus mantan Laksamana di Angkatan Laut PLA (PLAN) untuk mengomentari perubahan cat pada J-15 ini. Laksamana Yin memulai dengan menegaskan bahwa belum ada pengumuman resmi dari pemerintah China apakah J-15 sudah memasuki tahap produksi massal, tetapi dapat "dihakimi" bahwa cat baru pada J-15 itu mengindikasikan pesawat itu sudah masuk dalam operasional resmi PLAN.
Yin kemudian mengatakan bahwa spekulasi tentang apakah J-15 sudah memasuki produksi massal cukup logis berdasarkan fakta bahwa J-15 sudah dalam pelayanan, dan teknologinya pun sudah mumpuni untuk diproduksi secara massal. Selanjutnya Laksamana Yin membahas apa implikasinya jika J-15 sudah memasuki produksi massal, termasuk umur pesawat, yang ia perkirakan akan pensiun dalam 25-30 tahun.
Untuk produksi massal ini, Laksamana Yin mengatakan bahwa desain J-15 tidak berubah, namun perubahan kemungkinan dilakukan pada sistem radar dan komunikasi elektronik atau modernisasi mesin setelah 10-15 tahun di layanan. Profil, dasar dan standar performa pesawat sudah terbentuk.
Pemberitaan itu seperti kuat sekali mengindikasikan bahwa J-15 sudah diproduksi secara massal atau setidaknya Partai Komunis China memang ingin menciptakan kesan tersebut.
J-15 yang masih bercat kuning (prototipe) |
"Kami memiliki sekitar 36 pesawat yang beroperasi dari kapal kami," komandan Liaoning Kapten Zhang Zheng mengatakan kepada wartawan Washington pekan ini. "Dan kami masih berlatih dan melakukan uji coba untuk peralatan dan sistemnya."
Di sisi lain, Laksamana Wu, mengatakan kepada wartawan bahwa kapal induk Liaoning ditujukan hanya untuk pelatihan dan eksperimen, dan setelah evaluasi akhir PLAN akan mengembangkan kapal induk baru untuk hal ini.
Sementara itu, salah satu dari artikel J-15 lain yang muncul di website People’s Daily membandingkan J-15 dengan pesawat berbasis kapal induk dari negara lain. Laksamana Yin mengatakan dalam laporan itu mengatakan bahwa J-15 mencapai tingkat kemiripan dengan pesawat tempur F/A-18C/D Super Hornet Amerika Serikat, namun J-15 lebih unggul dari segi kemampuan pertempuran udara.
Namun, ada pula kabar buruk, Want China Times meneruskan laporan Xinhua yang mengutip pernyataan Sun Cong, desainer J-15, bahwa saat ini J-15 belum bisa melancarkan serangan terhadap target kapal dan darat jika lepas landas dari Liaoning. Ini karena Liaoning berdesain ski-jump ramp dan J-15 terlalu berat untuk bisa terbang jika juga membawa rudal udara ke permukaan dan bom. Dengan demikian, sampai PLAN memiliki Catapult (ketapel) untuk melontarkan pesawat dari kapal induk, J-15 belum menjadi pesawat tempur multiperan, terbatas kemampuannya terutama untuk operasi-operasi superioritas udara (dan pertahanan kapal).
Soal pengintegrasian ketapel di kapal induk, untungnya roda depan J-15 sejak awal memang sudah didesain mirip dengan pesawat tempur berbasis kapal induk milik Angkatan Laut Amerika Serikat, kemungkinan besar cocok dengan ketapel peluncur.
No comments:
Post a Comment