Battery Meledak
Jakarta - Akhir-akhir ini ada dua kasus meledaknya smartphone di Swiss dan Uni Emirat Arab, satu di antaranya mencederai penggunanya. Mengapa smartphone itu bisa meledak?
Baterai smartphone, tablet dan laptop saat ini umumnya berjenis lithium-ion. Lithium-ion marak digunakan karena ringan, murah dan lebih padat energi dibanding tipe baterai lainnya.
Tetapi, baterai ini pun memiliki kekurangan. Selain memiliki sirkuit pendek, baterai ini juga seringkali cepat panas (overheating) yang menjadi pemicu utama terjadinya peledakan. Apa sebabnya?
Dinukil dari berbagai sumber, meledaknya baterai lithium-ion cenderung disebabkan suatu proses yang dikenal sebagai thermal runaway. Thermal runaway adalah istilah dimana munculnya energi balik positif yang menaikkan suhu baterai dan menyebabkan sistem baterai menjadi lebih panas.
Namun thermal runaway sebenarnya adalah hal yang umum dan dapat ditemukan dalam berbagai macam proses fisik dan kimia.
Ada beberapa penyebab terkait terjadinya thermal runaway di baterai lithiun-ion. Diantaranya adalah pengisian baterai yang berlebihan, suhu disekitar smartphone mencapai 60 derajat Celcius, atau perubahan tidak resmi pada komponen smartphone.
Lainnya adalah ukuran baterai, konfigurasinya dan jumlah sel-sel yang ada di dalamnya. Baterai lithium-ion berukuran kecil yang sering digunakan di kamera DSLR, hanya berisi beberapa sel sehingga kemungkinan terjadinya peledakan relatif rendah.
Sedangkan baterai lithium-ion berukuran besar yang sempat membuat kasus serupa di pesawat Boeing 787 Dreamliner, memiliki kemungkinan overheating yang tinggi.
Baterai besar ini dimasukkan ke dalam kotak logam yang disegel dengan ventilasi udara panas yang minim. Akibatnya, ketika sebuah sel tunggal menjadi cukup panas untuk menyalakan elektrolit, sisa selnya akan mengikuti dengan cepat.
Namun, Anda tidak perlu takut smartphone atau laptop Anda menjadi 'bom waktu' karena baterai ini.
Dengan menggunakan perangkat sesuai prosedur, baterai lithium-ion adalah yang baterai yang kuat dan aman, meski waktu hidupnya tergolong pendek. Baterai ini umumnya hanya dapat bertahan dan bekerja optimal sekitar dua sampai tiga tahun.
Baterai lithium-ion harus diganti setiap 36 bulan untuk menghindari resiko tertentu. Selain itu, jika perangkat Anda menggunakan tipe baterai ini, sebaiknya lakukan pengisian jika sisa daya baterai tersisa 50%.
Selain itu, sebaiknya jangan memaksakan menggunakan pengisi daya yang rusak atau yang daya listriknya tidak stabil, jangan menutupi perangkat yang diiisi dengan apapun, gunakan pengisi daya yang kompatibel, dan juga selalu gunakan baterai orisinil.
Jangan pernah mencoba untuk memperbaiki sendiri perangkat Anda jika terjadi kerusakan kecuali Anda memang ahli dalam memperbaikinya.
Baterai smartphone, tablet dan laptop saat ini umumnya berjenis lithium-ion. Lithium-ion marak digunakan karena ringan, murah dan lebih padat energi dibanding tipe baterai lainnya.
Tetapi, baterai ini pun memiliki kekurangan. Selain memiliki sirkuit pendek, baterai ini juga seringkali cepat panas (overheating) yang menjadi pemicu utama terjadinya peledakan. Apa sebabnya?
Dinukil dari berbagai sumber, meledaknya baterai lithium-ion cenderung disebabkan suatu proses yang dikenal sebagai thermal runaway. Thermal runaway adalah istilah dimana munculnya energi balik positif yang menaikkan suhu baterai dan menyebabkan sistem baterai menjadi lebih panas.
Namun thermal runaway sebenarnya adalah hal yang umum dan dapat ditemukan dalam berbagai macam proses fisik dan kimia.
Ada beberapa penyebab terkait terjadinya thermal runaway di baterai lithiun-ion. Diantaranya adalah pengisian baterai yang berlebihan, suhu disekitar smartphone mencapai 60 derajat Celcius, atau perubahan tidak resmi pada komponen smartphone.
Lainnya adalah ukuran baterai, konfigurasinya dan jumlah sel-sel yang ada di dalamnya. Baterai lithium-ion berukuran kecil yang sering digunakan di kamera DSLR, hanya berisi beberapa sel sehingga kemungkinan terjadinya peledakan relatif rendah.
Sedangkan baterai lithium-ion berukuran besar yang sempat membuat kasus serupa di pesawat Boeing 787 Dreamliner, memiliki kemungkinan overheating yang tinggi.
Baterai besar ini dimasukkan ke dalam kotak logam yang disegel dengan ventilasi udara panas yang minim. Akibatnya, ketika sebuah sel tunggal menjadi cukup panas untuk menyalakan elektrolit, sisa selnya akan mengikuti dengan cepat.
Namun, Anda tidak perlu takut smartphone atau laptop Anda menjadi 'bom waktu' karena baterai ini.
Dengan menggunakan perangkat sesuai prosedur, baterai lithium-ion adalah yang baterai yang kuat dan aman, meski waktu hidupnya tergolong pendek. Baterai ini umumnya hanya dapat bertahan dan bekerja optimal sekitar dua sampai tiga tahun.
Baterai lithium-ion harus diganti setiap 36 bulan untuk menghindari resiko tertentu. Selain itu, jika perangkat Anda menggunakan tipe baterai ini, sebaiknya lakukan pengisian jika sisa daya baterai tersisa 50%.
Selain itu, sebaiknya jangan memaksakan menggunakan pengisi daya yang rusak atau yang daya listriknya tidak stabil, jangan menutupi perangkat yang diiisi dengan apapun, gunakan pengisi daya yang kompatibel, dan juga selalu gunakan baterai orisinil.
Jangan pernah mencoba untuk memperbaiki sendiri perangkat Anda jika terjadi kerusakan kecuali Anda memang ahli dalam memperbaikinya.
Serahkan masalah perangkat Anda pada pihak yang ahli atau langsung melalui produsen. [ikh]
source : iNILAH.COM,
No comments:
Post a Comment