Pencarian ranjau dan bahan peledak anti kapal di Teluk Persia selama ini dilakukan menggunakan helikopter yang menyeret piranti pendeteksi ranjau. Namun bukan hanya mesin yang digunakan dalam pencarian ranjau tersebut, melainkan juga mamalia laut pintar, yakni lumba-lumba.
Lumba-lumba tersebut –seperti K-Dog yang tampak dalam gambar– dilengkapi kamera video kecil yang dipasang pada sirip kanannya. Lewat kamera tersebut, militer AS bisa melihat keadaan perairan Teluk Persia tanpa harus mengirimkan penyelam ke dasarnya. Adapun gambar yang diambil kamera tersebut akan dikirimkan ke sebuah monitor di markas AL.
Dalam Perang Irak kali ini, Angkatan Bersenjata AS yang bertugas di Teluk menggunakan lumba-lumba jenis hidung botol (bottlenose dholpinatau Tursiops truncatus) terlatih untuk mencari ranjau anti kapal di perairan sekitar pelabuhan Umm Qasr. Pemanfaatan kecerdasan lumba-lumba tersebut bukan yang pertama kali dilakukan militer AS.
Pihak militer telah menggunakan binatang-binatang laut sejak tiga dekade dalam berbagai operasinya. Di antara binatang-binatang tersebut terdapat lumba-lumba, paus putih (beluga atauDelphinapterus leucas), pilot whale (Globicephala melaena) dan singa laut (Zalophus califonianus) yang dilatih memberikan peringatan bila ada sabotase dari lawan. Singa-singa laut yang dilepas di Teluk dilatih untuk menampakkan diri di wilayah yang disusupi musuh.
Bila paus beluga dimanfaatkan karena pendengarannya yang hebat hingga kedalaman 300 meter, lumba-lumba yang bisa berkomunikasi dengan sonar, selain dilatih untuk menemukan ranjau juga dipakai untuk penelitian sistem sonar milik AL.
Kemampuan lumba-lumba menemukan ranjau dan melepas tali pengikatnya sehingga ranjau terlihat akan sangat membantu tentara membersihkan perairan dari bahan peledak itu, sehingga kapal-kapal militer dan kapal bantuan kemanusiaan bisa merapat di Umm Qasr dengan aman.
Berbagai Misi
Angkatan laut AS mulai menggunakan mamalia laut sejak awal tahun 1960, saat para ilmuwan mulai menyelidiki bentuk tubuh lumba-lumba untuk memperoleh bentuk torpedo dan kapal selam yang mampu menembus air dengan mulus.
Para peneliti militer kemudian mulai menyadari bahwa kemampuan mamalia laut itu –seperti sonarnya– dapat dimanfaatkan lebih jauh. Sepanjang penelitian tahun 60-an itu lumba-lumba dan singa laut terbukti mampu membawa dan menyampaikan pesan, serta mengerjakan pekerjaan sederhana seperti menemukan benda-benda di dasar laut. Lebih jauh, mereka juga bisa menjalankan misi tanpa harus ditemani di perairan lepas.
Lumba-lumba pernah pula ditugaskan di Perang Vietnam pada tahun 1970-an. Sedangkan pada tahun 1980-an, enam lumba-lumba AL dikirim ke Bahrain untuk berpatroli di pelabuhan kota itu. Mereka bertugas melindungi kapal-kapal AS dari penyusup dan ranjau, serta mengawal tanker Kuwait melewati perairan berbahaya.
No comments:
Post a Comment