Jakarta (ANTARA News) - Ames Research Center Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengembangkan telepon pintar menjadi miniatur satelit yang bisa mengorbit pada ketinggian 150 mil di atas Bumi.
"Sebuah telepon seluler memiliki semua jenis sensor yang dibutuhkan untuk menjadi satelit, seperti gyroscope, accelerometer," kata insinyur NASA, Jim Cockrell, seperti dikutip laman radio publik Northern California, KQED.
"Telepon pintar punya kemampuan toleransi kuat, membuat mereka bisa bertahan dengan peluncuran dan lingkungan antariksa, dan bentuk mereka kompak, komponen elektronik modern membuat mereka lebih mudah bekerja di ruang hampa," kata Cockrell di laman Ames Research Center NASA.
Berdasarkan hal-hal itu, para ilmuwan NASA melakukan eksplorasi untuk melihat apakah perangkat itu bisa menjadi komponen inti satelit, kata Cockrell, manajer proyek PhoneSats di Ames.
Cockrell dan tim NASA di Ames Research Center menggunakan tiga telepon pintar Nexus One dengan baterai lebih besar dan pemancar radio.
Mereka menempatkan ketiga telepon pintar itu dalam kubus berukuran 10 sentimeter, standar untuk melakukan percobaan satelit kecil yang disebut CubeSats.
Ketiga perangkat yang disebut PhoneSats itu diluncurkan pada peluncuran perdana roket Orbital Science Corp.'s Antares dari fasilitas NASA di Virginia.
Transmisi dari ketiga PhoneSats itu sudah diterima di beberapa stasiun Bumi, menunjukkan bahwa mereka beroperasi normal.
"Anda mungkin bisa mengamatinya di layar komputer dan itu bertahan. Itu sudah cukup membuktikannya bahwa ia bisa bertahan hidup saat peluncuran dan beroperasi di ruang angkasa," ujar Cockrell.
Ia mengatakan misi ini hanya bertahan dua minggu, setelah itu CubeSats akan terbakar di atmosfer.
Para insinyur juga telah menyiapkan aplikasi Android khusus yang digunakan untuk menjalankan misi.
Salah satu aplikasi berfungsi untuk memotret dengan kamera ponsel, dan mengirimkan hasilnya ke Bumi, dimana operator radio amatir memantau sinyal dan mengirim lagi datanya ke NASA.
Yost mengatakan satelit kecil ini sangat berpotensi untuk menjalankan misi yang lebih penting pada masa mendatang.
"Hari demi hari, saya lihat tren makin banyak kelompok di NASA, militer dan pemerintah, mencari CubeSats yang untuk misi mereka. Mungkin tak lama lagi, kami akan mempertimbangkan menggunakan perangkat ini untuk misi ilmiah," kata Yost.
"Sebuah telepon seluler memiliki semua jenis sensor yang dibutuhkan untuk menjadi satelit, seperti gyroscope, accelerometer," kata insinyur NASA, Jim Cockrell, seperti dikutip laman radio publik Northern California, KQED.
"Telepon pintar punya kemampuan toleransi kuat, membuat mereka bisa bertahan dengan peluncuran dan lingkungan antariksa, dan bentuk mereka kompak, komponen elektronik modern membuat mereka lebih mudah bekerja di ruang hampa," kata Cockrell di laman Ames Research Center NASA.
Berdasarkan hal-hal itu, para ilmuwan NASA melakukan eksplorasi untuk melihat apakah perangkat itu bisa menjadi komponen inti satelit, kata Cockrell, manajer proyek PhoneSats di Ames.
Cockrell dan tim NASA di Ames Research Center menggunakan tiga telepon pintar Nexus One dengan baterai lebih besar dan pemancar radio.
Mereka menempatkan ketiga telepon pintar itu dalam kubus berukuran 10 sentimeter, standar untuk melakukan percobaan satelit kecil yang disebut CubeSats.
Ketiga perangkat yang disebut PhoneSats itu diluncurkan pada peluncuran perdana roket Orbital Science Corp.'s Antares dari fasilitas NASA di Virginia.
Transmisi dari ketiga PhoneSats itu sudah diterima di beberapa stasiun Bumi, menunjukkan bahwa mereka beroperasi normal.
"Anda mungkin bisa mengamatinya di layar komputer dan itu bertahan. Itu sudah cukup membuktikannya bahwa ia bisa bertahan hidup saat peluncuran dan beroperasi di ruang angkasa," ujar Cockrell.
Ia mengatakan misi ini hanya bertahan dua minggu, setelah itu CubeSats akan terbakar di atmosfer.
Para insinyur juga telah menyiapkan aplikasi Android khusus yang digunakan untuk menjalankan misi.
Salah satu aplikasi berfungsi untuk memotret dengan kamera ponsel, dan mengirimkan hasilnya ke Bumi, dimana operator radio amatir memantau sinyal dan mengirim lagi datanya ke NASA.
Dua dari satelit itu berharga sekitar 3.500 dolar AS dan yang lainnya 7.500 dolar AS karena ada penambahan panel surya.
"Itu mungkin tiga kali lebih kecil dibandingkan biaya pembuatan satelit tradisional," kata Bruce Yost, manajer Small Spacecraft Technology Program di NASA.
"Itu mungkin tiga kali lebih kecil dibandingkan biaya pembuatan satelit tradisional," kata Bruce Yost, manajer Small Spacecraft Technology Program di NASA.
Yost mengatakan satelit kecil ini sangat berpotensi untuk menjalankan misi yang lebih penting pada masa mendatang.
"Hari demi hari, saya lihat tren makin banyak kelompok di NASA, militer dan pemerintah, mencari CubeSats yang untuk misi mereka. Mungkin tak lama lagi, kami akan mempertimbangkan menggunakan perangkat ini untuk misi ilmiah," kata Yost.
sumber = antara
No comments:
Post a Comment