News in Picture

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Friday, May 10, 2013

Komputer Akan Sepandai Manusia 2029




ilustrasi Penampilan komputer genggam Raspberry Pi karya Nathan Morgan. (Parts People)
 Perkiraan saya tidak berubah, tapi pandangan konsensus ilmuwan kecerdasan buatan telah berubah menjadi lebih dekat dengan pandangan saya,"

Jakarta - Ide mesin superpintar mungkin terdengar hanya terjadi pada film saja seperti "The Terminator" atau "The Matrix,". Namun banyak ahli yang meyakini ide mesin super itu dengan tingkat kecerdasan dapat melebihi manusia, bisa terjadi.

Para ahli meyakini singularitas atau saat kecerdasan buatan menyamai bahkan melebihi manusia, bisa terjadi dalam 16 tahun. Tapi ada ahli lain yang berbeda mengenai kapan dan bagaimana singularitas akan terwujud, seperti dilansir Livescience, Rabu.

Beberapa orang percaya manusia dapat melampaui keterbatasan fisik mereka dengan bantuan mesin. Tetapi yang lain berpikir manusia pada akhirnya akan melepaskan sebagian besar kemampuan mereka dan secara bertahap diserap ke dalam kecerdasan buatan berbasis organisme, seperti energi membuat mesin dalam sel manusia sendiri.

Seorang futuris bernama Ray Kurzweil, dalam bukunya "The Singularity is Near: When Humans Transcend Biology", memprediksi pada 2029 komputer akan sepandai manusia dan pada 2045, komputer dapat miliaran kali lebih hebat dari kecerdasan manusia tanpa bantuan.

"Perkiraan saya tidak berubah, tapi pandangan konsensus ilmuwan kecerdasan buatan telah berubah menjadi lebih dekat dengan pandangan saya," tulis Kurzweil.

Ilmuwan komputer di University of Wisconsin-Madison, Bill Hibbard, tidak berani memprediksi. Tapi Hibbard tetap yakin kecerdasan buatan akan memiliki tingkat kecerdasan manusia beberapa kali di abad ke-21.

"Bahkan jika tebakan paling pesimis saya adalah benar, itu akan terjadi selama masa orang yang sudah lahir," kata Hibbard.

Sedangkan peneliti kecerdasan buatan lain skeptis dengan ide mesin yang melampaui kecerdasan manusia.

"Saya tidak melihat tanda-tanda bahwa kita dekat dengan singularitas," kata ilmuwan komputer di New York University, Ernest Davis.

Ia mengatakan karena itu intuisi fisik, manusia dapat menonton seseorang membatalkan secangkir kopi dan hanya tahu bahwa hasil akhirnya akan menjadi genangan air di lantai.

Sebuah program komputer, di sisi lain, harus melakukan simulasi melelahkan dan mengetahui ukuran yang tepat dari cangkir, ketinggian cangkir dari permukaan dan berbagai parameter lain untuk memahami hasilnya.

Hibbard menambahkan, setelah singularitas terwujud, orang pun tidak akan mati. Manusia dapat memperbaharui pada bagian sibernetika mesin tersebut.

"Mereka bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan-asalkan secara fisik mungkin dan tidak membutuhkan terlalu banyak energi," ujar Hibbard.

Menurut Hibbard, kekhawatiran lainnya, adalah ketika manusia menuju masa depan yang menghilangkan pekerjaan. Misalnya mobil yang bisa menyetir sendiri, dapat meningkatkan keselamatan, tetapi juga menempatkan jutaan pengemudi truk keluar dari pekerjaan.

"Sejauh ini, tidak ada orang yang berencana untuk kemungkinan tersebut," kata Hibbard.

Sebaliknya, saat mesin telah sepandai manusia, menurut Robin Hanson, ekonom George Mason University di Washington DC, ekonomi akan berlipat ganda setiap bulan atau minggu. Ini telah terjadi pada singularitas sebelumnya yakni revolusi pertanian dan industri.

Devolusi manusia?

Saat produktivitas melonjak, bisa jadi adalah bukan hal yang baik. Misalnya, robot mungkin bisa bertahan dalam skenario kehancuran yang akan melenyapkan manusia.

"Sebuah masyarakat atau ekonomi yang dibuat terutama dari robot tidak akan takut menghancurkan alam dengan cara yang sama dimana manusia harus takut merusak alam," kata Hanson.

Sementara itu, ahli mikrobiologi perguruan tinggi Kenyon, Joan Slonczewski, mengatakan manusia telah melepaskan banyak tugas yang cerdas seperti kemampuan menulis, navigasi, menghafalkan fakta atau menghitung.

Bahkan, sejak Gutenberg menemukan mesin cetak, manusia terus menerus mendefinisikan ulang kecerdasan dan memindahkan tugas kemanusiaan seperti merawat orangtua, orang sakit.

"Pertanyaannya yaitu bisakah kita berevolusi diri dari eksistensi, berangsur-angsur digantikan oleh mesin?" ujar Slonczewski.

"Saya pikir itu merupakan pertanyaan terbuka," ujarnya.

Slonczewski menganalogikan masa depan kemanusiaan kemungkinan mirip dengan mitokondria, pembangkit energi sel. Mitokondria sesekali adalah organisme independen, tapi pada beberapa titik, ditelan bakteri primitif.

Bahkan mitokondria kemudian membiarkan sel secara bertahap mengambil alih semua fungsi yang mereka gunakan, sampai sel memproduksi energi.

"Kita seperti mitokondria, kita menyediakan energi, tapi mereka semakin melakukan segala sesauatu," kata Slonczewski .(*)
sumber : (ANTARA News)

No comments: