Satu persatu persenjataan Indonesia yang akan dibeli dari Rusia, rontok di tengah jalan. Indonesia membatalkan pembelian dua kapal selam Rusia klas Kilo Project 877 Paltus, karena Rusia tidak bersedia melakukan alih teknologi. Indonesia akhirnya memilih tiga kapal selam Korea Selatan Changbogo U 209/1400. Satu dari tiga kapal selam tersebut akan dibangun di PT PAL Surabaya- Jawa Timur.
Kenapa Bukan Smerch
Daya Hancur MLRS Smerch tidak perlu diragukan lagi. Dalam 5 menit, Smerch siap ditembakkan salvo, untuk melumat ratusan hektar wilayah: infanteri, kendaraan tempur, logistik, pos komando, ranjau dan lainnya. Jika dipasang hulu ledak thermobaric, pasukan musuh akan mati sesak napas karena paru-paru mereka mengering dan terbakar. Namun jarak tembak Smerch hanya 90 km. Secara teknologi tidak ada yang istimewa bagi Indonesia. Tahun 2012 ini Indonesia telah membuat roket berdaya tembaknya melebihi roket Smerch. Tim riset TNI juga terus mengembangkan hulu ledak panas (HE).
Indonesia hanya akam membeli BM 30 Smerch, jika jarak tembaknya 300 km. Hal ini tidak bisa dipenuhi Rusia. Menjadi Rumit
Rencana pembelian roket multi laras Smerch sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 2008 namun terus tertunda.
Pada Tahun 2012 TNI kembali mematangkan pembelian MLRS dan dilakukanlah tender. PT Rosoboronexport Rusia yang juga penjual SU 30 MK2 dan Tank Amfibi BMP 3 Indonesia, ikut tender tersebut.
Roket Smerch tidak lagi masuk kualifikasi, karena teknologi roket Indonesia terus berkembang. Indonesia telah memiliki teknologi roket balistik Smerch, walau hulu ledaknya belum sehebat milik Rusia.
Sementara Rusia tidak mendisain BM 30 Smerch sebagai roket jarak jauh, karena yang mereka butuhkan dari Smerch adalah daya hancur yang luas. Untuk menghancurkan target jarak jauh 300 Km ke atas, Rusia cukup menggunakan Rudal Iskandar berhulu ledak 800 Kg. Namun versi ini tidak dijual ke Indonesia.Pengganti Smerch Saat ini TNI sedang mengincar MLRS Himars buatan Amerika Serikat atau MLRS WS-2 China.
Himars adalah roket multi laras yang bisa berubah menjadi misil. Jarak tembak normal Himars 30- 70 Km. Namun jika diisi peluru ATACMS, jangkauannya menjadi 300 km.
Roket Himars kaliber 270 mm, bisa dipasang beragam munisi dari cluster HE hingga cluster anti tank. Salah satu andalan munisi Himars adalah M77 “Steel Rain”. Setiap hulu ledak memiliki 664 munisi kecil dan setiap munisi bisa menembus armor setebal 4 inch serta kemampuan anti personel. Himars juga memiliki munisi SADARM untuk melumpuhkan Main Battle Tank.
Peluru Himars juga bisa diganti berupa 6 laras roket atau satu rudal ATACMS. Namun Amerika Serikat tampaknya tidak akan memberikan rudal ATACMS kepada Indonesia. Rudal anti-tank hellfire saja, tidak dikasih. Jika AS menjual Himars ke Indonesia, tampaknya hanya munisi standar roket 6 tabung berhulu ledak HE dan steel rain. Namun roket multi laras Himars memiliki kelebihan lain. Himars bisa diangkut dengan pesawat Hercules C-130, atau dimasukkan ke C 295 yang sedang dirakit di PT DI Bandung, Jawa Barat.
MLRS WeiShi-2
Sementara WeiShi-2/ WS 2 adalah roket balistik 6 laras kaiber 400-mm yang bisa ditembakkan sejauh 200 Km. Panjang roket 7,3 Kg dengan berat 1,3 Ton. Roket bisa disimpan bertahun-tahun di dalam kontainer tanpa memerlukan perawatan.
Roket WS 2 bisa ditembakkan secara tunggal atau salvo dengan berbagai jenis peluru: anti personel, anti armor serta peluru bakar (fuel air explosive). WS 2 juga bisa diupgrade menjadi misil yang dipandu satelit, untuk jelajah jarak menengah 350 Km.
Jika MLRS membutuhkaan waktu 5 menit untuk siap ditembakkan, MLRS WS 2 butuh waktu lebih lama, yakni 12 menit. Pilih yang Mana
Jika Indonesia membeli roket multi laras WS 2, Indonesia memiliki opsi mendapatkan transfer teknologi. Transfer teknologi misil C 705 China, bisa dikembangkan ke kelas yang lebih advance WS 2. Pasokan rudalnya lebih aman dan kemampuan alih teknologi sejalan dengan rencana pemerintah. Sementara jika membeli Himars, ada kemungkinan suatu saat TNI akan diembargo lagi. Kok gak kapok-kapok ya. Make up your mind !.(Jkgr).
--------------------------------------------
S 300 - SEACRH AIR MISSILE FROM RUSIA FOR SALE
beli ga ya :)
---------------------
Mungkin kita sudah mendengar bagaimana F-18 US dengan seenaknya melintasi wilayah udara Indonesia. Begitu pula dengan pesawat negara lain, seperti Australia dan Malaysia.
TNI-AU telah menjalankan tugasnya dengan mengirim F-16 dan mengidentifikasi pesawat asing yang dianggap menerobos. Tapi bagaimana dengan peran Arhanud ?. Tentu Arhanud tidak bisa berbuat apa-apa karena sistem pertahanan mereka tidak bisa menjangkau F-18 US. Kalau demikian, satuan mana yang bertanggung jawab menjaga wilayah udara Bawean ?. Padahal tugas Arhanud adalah pertahanan udara medan operasi serta pertahanan udara nasional.
Dari kasus tersebut, terlihat jelas ada “black hole” dalam sistem pertahanan udara Indonesia. Kondisi ini membuat kewibawaan Indonesia berkurang, khususnya terhadap negara-negara tetangga. Mereka mengetahui Arhanud Indonesia hanya bisa bertahan total sambil menunggu diserang.
Itu baru ancaman penyusupan (intruder). Bagaimana pula dengan peran Arhanud untuk melindungi gerakan satuan lain seperti, Batalyon Tank Leopard 2A6,Heli Serbu MI-35, MLRS, Skuadron UAV dan lain sebagainya.
Teknologi senjata pesawat telah berkembang dengan pesat. Musuh tidak perlu lagi menghampiri sasaran untuk melakukan penghancuran. Apakah kondisi ini harus dihadapi satuan darat Indonesia, dengan mencoba melindungi diri sendiri mengandalkan rudal panggul jarak pendek/manpads ?.
Diskursus dan pengkajian mendalam tentang pertahanan udara nasional telah dilakukan secara mendalam. Arhanud juga telah mengusulkan dilengkapinya peralatan mereka dengan rudal anti-udara jarak menengah.
Apakah kekosongan pertahanan udara itu akan tetap dibiarkan ?. Akankah pesawat pesawat asing dengan seenaknya melintasi wilayah RI ?. Beberapa tahun terakhir, Indonesia terus membeli peralatan tempur yang canggih dan tentunya mahal. Antara lain: Jet tempur Sukhoi, Helicopter Serbu MI-35, Korvet Sigma, Meriam 155mm Caesar, UAV Heron, Tank tempur Utama Leopard 2A6, dan sebagainya.
Armada perang yang canggih dan mahal itu membutuhkan “Umbrella”, agar bisa berfungsi dengan maksimal.
Pengadaan rudal jarak menengah tampaknya harus menjadi keniscayaan bagi modernisasi alutsista TNI. Namun, apakah rudal tersebut akan dibeli ?
Jika tidak salah rudal jarak menengah telah masuk ke dalam daftar belanja alut sista TNI tahun 2011. Namun rudal yang dipilih, belum jelas.
Kandidatnya bisa saja S-300P (SA-10 Grumble). Saat ini Rusia benar-benar mengandalkan rudal S-300P untuk melindungi ibukota negara mereka, Moscow. bahkan ada sekitar 80 baterai S-300 di sekitar Moscow, untuk melindungi penduduk dan aset-aset berharga di kota itu. Teater S-300 yang digelar Rusia, membuat banyak negara yang juga menggunakan rudal ini, termasuk: China, Vietnam, Korea Utara, Suriah, Iran, serta negara-negara Amerika Latin dan Eks-Uni Soviet.
Negara terakhir yang tertarik dengan S-300 adalah Turki yang nota-bene anggota NATO.
S-300P mempunyai jarak tembak di atas 150 km dengan kecepatan 4 Mach. Rudal pintar ini mampu menyergap benda yang terbang rendah maupun tinggi (25M- 25KM). Rudal anti serangan udara ini mampu mendeteksi, menyergap dan menghancurkan: Pesawat, Helikopter, Drone, Roket Balistik, serta Peluru Kendali. Varian yang populer saat ini adalah: S-300PMU-1, S-300PMU-2 Favorit (SA-20). China yang menggunakan SAM S-300 sejak tahun 1990-an, berhasil mengeluarkan varian nyadengan nama HQ-12 atau FT-2000. Namun HQ-12 lebih didisain untuk menghancurkan Intelligence Surveillance dan Reconnaissance seperti: E-3 AWACS, E-8 JSTARS dan E-2C Hawkeye.
China mengkombinasikan S-300P dan HQ-12, untuk pertahanan udara mereka.
Jika tidak berhasil mendapatkan S-300P Rusia, tampaknya Indonesia akan melirik HQ-16 atau KY-80. Aparat TNI dari Kosek Hanudnas Tiga Medan, telah melihat uji tembak HQ-16 di Gurun Gobi China, akhir tahun 2011.
Untuk urusan kehandalan rudal, mungkin China bisa membusungkan dada. jangankan pesawat atau misil, Satelit yang berada di ruang angkasa saja, pernah ditembak jatuh oleh China, untuk menunjukkan kemampuan rudal mereka. So…mau pilih yang mana
Jika tidak berhasil mendapatkan S-300P Rusia, tampaknya Indonesia akan melirik HQ-16 atau KY-80. Aparat TNI dari Kosek Hanudnas Tiga Medan, telah melihat uji tembak HQ-16 di Gurun Gobi China, akhir tahun 2011.
Radar HQ-16 mampu menjejak sasaran sejauh 150 km dan melakukan pencegatan hingga 50 km. Rudal ini diklaim China bisa menembak pesawat tempur, rudal terbang tinggi dan rendah, hingga Drone/UAV.
Untuk urusan kehandalan rudal, mungkin China bisa membusungkan dada. jangankan pesawat atau misil, Satelit yang berada di ruang angkasa saja, pernah ditembak jatuh oleh China, untuk menunjukkan kemampuan rudal mereka. So…mau pilih yang mana
No comments:
Post a Comment